Dia Erland dan Erlita.. Mereka terlahir hanya berbeda beberapa menit saja. Si kembar dengan sikap dan sifat yang sangat berbeda. Jika bukan ada kemiripan di wajah mereka. Mungkin tidak akan ada yang menyangka jika mereka adalah saudar kembar.
Hingga suatu saat Erland dan Erlita harus bertemu dengan lawan jenis mereka yang tiba-tiba mengejar mereka dengan alasan cinta.
Mungkin Erland akan jatuh cinta lebih dulu dari Erlita? Atau bahkan sebaliknya.. Ikuti kisahnya hanya di Mengejar Cinta Si Kembar
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 (Kedatangan Mengejutkan Ke Mini Market)
Erland berjalan masuk ke mini market, entah apa yang membawanya ke tempat ini. Padahal jarak apartemen ataupun rumahnya sangat jauh dari mini market ini. Lalu, kenapa langkah kakinya membawanya ke tempat ini?
Adriana yang sedang mengecek beberapa barang yang baru saja datang dan menatanya di rak di setiap lorong, tiba-tiba saja dia terkejut dengan kedatangan pelanggan yang tidak dia sangka akan datang ke tempat dia bekerja. Saking terkejutnya, bahkan Adriana sampai menjatuhkan sebuah botol sampo yang di pegangnya. Jatuh membentur lantai.
"Kak, ngapain kesini? Kangen ya sama aku?" Adriana yang selalu percaya diri meski menghadapi Erland sekalipun. Pria yang dinginnya setinggi gunung es di kutub utara.
Erland memalingkan wajahnya, telinganya terasa memanas. "Gak usah terlalu percaya diri! Aku kesini hanya karena lewat saja. Lagian aku tidak tahu kalau kau ternyata kerja di mini market ini"
Adriana tersenyum, dia tidak merasa tersinggung atau apapun oleh ucapan ketus Erland. "Oh gitu ya, yaudah kalau emang cuma karena kebetulan saja. Berarti kita itu memang jodoh dan sudah di takdirkan oleh Tuhan untuk selalu bersama"
Ada telinga yang semakin memerah saat mendengar ucapan Adriana barusan. Erland berbalik dan berjalan meninggalkan Adriana tanpa tujuan arah. Yang jelas dia hanya ingin menghindari gadis itu saja. Tapi, kenapa kau bodoh sekali sampai datang ke tempat ini jika memang ingin menghindarinya. Gumam Erland dengan mata setengah terpejam dan wajah yang melengos, merutuki kebodohannya.
Adriana tentu tidak tinggal diam, dia berlari dan mengikuti Erland. Gadis itu berjalan cepat di samping Erland, langkah kaki mungilnya sedang menyesuaikan dengan langkah lebar kaki Erland.
"Kak, gak papa kok kalau Kakak beneran datang kesini karena tidak sengaja atau karena kebetulan lewat saja. Beneran deh, aku gak marah kalau Kakak memang tidak merindukan aku"
Ngomong apasi gadis ini?
Erland menghentikan langkahnya, dengan gerakan yang cepat Erland berbalik menghadap Adriana dan menyudutkannya di rak. Satu tangannya berpegangan pada rak, menatap tajam Adriana yang sekarang berada dalam kukungannya. Satu tangannya lagi masuk ke dalam saku celana panjangnya.
"Jadi kau ingin aku merindukanmu?" Erland sedikit menipiskan bibirnya untuk mengejek Adriana dengan apa yang gadis itu ucapkan barusan. "...Jangan terlalu mimpi ketinggian, jika jatuh akan sangat sakit. Kau berharap aku merindukanmu? Jelas hal yang tidak akan pernah aku lakukan. Untuk apa aku merindukan gadis sepertimu, buang-buang waktu saja"
Erland berbalik dengan wajah yang datar, dia berjalan ke arah pintu keluar. Tidak memperdulikan Adriana dan perasaannya lagi. Aku hanya tidak mau dia semakin berharap terlalu jauh padaku. Karena aku tidak mencintainya.
Adriana terdiam dengan cairan bening yang tiba-tiba meluncur begitu saja di pipinya. Menatap punggung tetap yang berjalan menjauh darinya. Ucapan Erland barusan benar-benar melukai hatinya. Tapi sedetik kemudian, Adriana segera menghapus kasar air mata di pipinya.
"Tidak papa Riana, memang sudah seharusnya kamu sadar diri. Lagian salah kamu sendiri yang berkata seenaknya. Mana mungkin orang seperti dia merindukan kamu. Gadis yang hancur karena keegoisan orang tua"
Adriana mencoba menyemangati dirinya dengan suara bergetar. Mungkin jika masa lalunya tidak seburuk itu, mungkin Erland tidak akan membencinya sebesar itu. Rasanya Adriana ingin terlahir kembali dengan masa lalu dan kehidupan yang lebih baik. Setidaknya dia tidak akan menyakiti Kakak perempuannya, meski dirinya juga korban dari keegoisan Ibunya. Mengingat hal itu membuat air mata yang sudah hampir kering itu, kembali basah dan kembali mengalir di pipinya.
"Aku kangen Mama, tapi kenapa Mama malah meninggalkan aku dan Papa. Mama benar-benar tidak pernah tulus mencintai dan menyayangi kami. Mama sangat tega.. Hiks.. Meninggalkan aku dan Papa"
Tubuh Adriana luruh ke lantai, dia duduk dengan menekuk lututnya. Memeluknya dan menyembunyikan wajahnya di antara kedua tangannya.
Suara isak tangis itu terdengar oleh seseorang yang baru saja masuk ke dalam mini market ini. Perlahan dia mendekati ara sumber suara hingga dia menemukan seorang gadis yang menangis sendiri dengan memeluk kedua lututnya. Dia menatap gadis itu dengan prihatin, bahunya bergetar hebat dengan suara isakan yang semakin keras.
"Entah apa yang terjadi padamu dan kehidupanmu. Tapi, aku siap meminjamkan bahuku untuk kau bersandar dan menangis"
Adriana mengangkat wajahnya, cukup terkejut saat mendnegar suara orang itu. Adriana mengusap kasar sisa air mata di pipinya, lalu dia menoleh dan menatap pria yang duduk di sampingnya dengan menyandar pada rak dan kakinya yang berselonjor.
"Siap kamu?" Adriana segera berdiri, dia takut jika pria itu berniat tidak baik padanya.
Pria itu terkekeh, dia menatap Adriana dengan tatapan gemas. Melihat hidung merah dan sisa-sisa air mata di pelupuk matanya, membuat Adriana terlihat seperti boneka menghemaskan di matanya.
"Aku sebenarnya ingin membeli minum dan beberapa cemilan. Tapi ternyata aku malah menemukan seseorang yang menangis dengan begitu menyakitkan"
Adriana diam, benarkah jika suara tangisannya terdengar begitu menyakitkan. Karena apa? Mungkin karena memang dirinya begitu tersakiti dengan kenyataan yang ada.
"Yasudah, sekarang mau beli apa?" Adriana segera berlalu dari hadapan pria itu. Dia kembali ke meja kasir dan menunggu pembeli yang masuk ke dalam mini market ini.
Pria itu malah mengikuti Adriana, dia duduk di bagian depan meja kasir. "Siapa namamu? Dan berapa nomor ponselmu?"
Adriana menatap kesal pada pria di depannya ini. Sungguh jika tidak ada sistem hukum di negara ini, mungkin Adriana sudah memukul kepala pria itu dengan batu hingga dia sadar jika mereka baru saja bertemu dan tidak seharusnya dia menanyakan nomor ponsel pada wanita yang baru saja dia temui.
"Kau sebenarnya mau beli apa? Disini tidak di jual nomor ponsel, sana saja ke counter"
Pria itu terkekeh, melihat Adriana yang marah dan kesal malah membuatnya semakin gemas saja. "Jadi, siapa namamu? Aku akan pergi setelah tahu siapa namamu"
Akhirnya Adriana benar-benar tidak punya pilihan lain. Dia hanya ingin pria menyebalkan itu segera pergi dari harapannya. "Adriana, panggil saja Riana"
Pria itu mengangguk, dia mengulurkan tangannya di depan Adriana. Namun tetap di acuhkan oleh gadis itu. Akhirnya dia meraih tangan kanan Adriana dan menyalami tangannya dengan secara paksa.
"Aku Pendy, salam kenal Adriana. Semoga kita bisa bertemu kembali ya"
Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan, Pendy langsung pergi keluar dari mini market ini. Membuat Adriana semakin kesal saja dengan sikap pria itu yang seenaknya.
"Dasar pria gila.." Adriana pun kembali mengerjakan pekerjaannya. Menunggu mini market dengan semangat sangat tipis setelah bertemu dengan pria menyebalkan itu. Membuat Adriana jadi sangat malas dengan semuanya"
Sementara di luar sana, ada seorang di balik sebuah mobil yang melihat adegan di depan kasir itu. Sebenarnya Erland ingin keluar dan menemui Adriana, tapi egonya masih terlalu tinggi. Erland tidak mau jika dirinya di anggap cemburu oleh gadis yang selalu saja percaya diri dengan apa yang dirinya katakan. Apalagi jika dia tahu kalau Erland mengawasinya dari belakang, meski tidak setiap kegiatan yang dia lakukan terlihat dari pandangan Erland di tempatnya berada sekarang.
Sudahlah, untuk apa aku memikirkan gadis tidak jelas itu.
Akhirnya Erland melajukan mobilnya meninggalkan kawasan mini market.
Bersambung
otw bucin ni si Pendy,
Land kmu kmna sii ??