Alam Dongtian berada di ambang kehancuran. Tatanan surgawi mulai retak, membuka jalan bagi kekuatan asing.
Langit menghitam, dan bisikan ramalan lama kembali bergema di antara reruntuhan. Dari barat yang terkutuk, kekuatan asing menyusup ke celah dunia, membawa kehendak yang belum pernah tersentuh waktu.
Di tengah kekacauan yang menjalar, dua sosok berdiri di garis depan perubahan. Namun kebenaran masih tersembunyi dalam bayang darah dan kabut, dan tak seorang pun tahu siapa yang akan menjadi penyelamat... atau pemicu akhir segalanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keruntuhan Qianlong
Bumi yang retak menganga di bawah tubuh Zhang Wei. Sosoknya yang tercampak bagai bangkai mati, tergeletak tanpa daya di tengah medan perang yang dipenuhi puing dan darah. Kui melangkah maju, wajahnya congkak memancarkan hawa kemenangan yang tak terbantahkan. Dia menjambak rambut Zhang Wei dan mengangkat tubuh itu tinggi ke udara.
"Ini akhir dari kebodohanmu, pecundang!" teriaknya lantang. Suaranya menggema bagaikan genderang kemenangan di antara reruntuhan. "Lihat baik-baik! Inilah takdir siapa pun yang menentang kebangkitan ras siluman!"
Tubuh Zhang Wei dilempar seperti sampah ke bebatuan hitam. Darah mengalir deras dari sela-sela bibir dan pelipisnya. Suara tawa para siluman terdengar memuakkan, membaur dengan angin gelap yang mengiringi kemunculan Buah Bencana—berdenyut pelan di telapak tangan Kui, seperti jantung iblis yang baru dilahirkan.
"Buah Bencana telah didapatkan," ujar siluman bermata tiga yang berdiri di belakang Kui. "Kehendak Dewa Siluman akan sepenuhnya membangkitkan ras kita… Dunia ini milik kita sekarang!"
Namun di kejauhan, dari dalam dimensi abu-abu di kedalaman pedang kuno, Lian Xuhuan berteriak membelah keheningan, meski tak satu suara pun bisa menjangkau dunia nyata.
"TIDAK! Zhang Wei…! Bangkitlah! Aku mohon…!"
Namun hanya kehampaan yang menjawab. Jarak di antara mereka terlalu jauh, ruang dan waktu tak bisa lagi dijangkau oleh jiwa suci itu.
Lalu, langit mendadak berubah. Suara lirih muncul, bukan dari tenggorokan, tapi dari udara itu sendiri. Angin mati. Tanah membeku. Akar-akar kehidupan bergetar di bawah tanah.
Sinar giok menyala dari dahi Zhang Wei, sangat terang hingga membakar debu dan kegelapan di sekitarnya. Tanda segel elf kuno bersinar seperti nyala obor zaman yang tak boleh padam. Tubuh yang tak lagi bergerak itu—berdenyut.
"Mustahil!" teriak Guo Shi. "Dia sudah mati!Bagaimana mungkin bisa bangkit lagi!"
Tetapi udara di sekitar Zhang Wei seperti ditelan oleh pusaran tak kasat mata. Semua energi kehidupan tersedot deras ke arahnya—tanpa kendali, dari tanah, tanaman, bahkan roh-roh yang sempat terlahir. Batunya retak. Cahaya hijau yang membalut tubuhnya seakan menumbuhkan kehidupan kembali pada tulang-tulangnya.
Telinganya memanjang perlahan. Matanya terbuka dengan cahaya ilahi. Tapi itu bukan Zhang Wei yang dikenal…
"Dia…" Kui mundur satu langkah, nadi di pelipisnya berdenyut. "Itu bukan kesadarannya… itu kehendak lain! Apa… apa ada roh yang menghuni tubuhnya?!"
Zhang Wei berdiri perlahan. Gerakannya tenang, seperti makhluk yang tidak mengenal rasa sakit. Darah di sekitarnya mendidih lalu menguap. Dalam cahaya kehijauan yang membungkus tubuhnya, siluet tinggi menjulang berdiri di belakangnya—tanpa wajah, namun agung, dengan sepasang telinga runcing, aura seperti mahkota dan sayap yang terlipat dari cahaya giok yang redup. Setiap langkahnya menciptakan gema gaib yang membuat lutut siluman-siluman itu lemas.
Lian Xuhuan terdiam. Matanya melebar. "Kehendak agung macam apa itu..."
Zhang Wei—atau apa yang merasukinya—mengangkat wajahnya, dan berkata dengan suara rendah, bergemuruh, seolah ribuan jiwa berbicara bersamaan:
"Beraninya kalian melukai putraku!."
Langit terbelah.
Dan dunia kembali menahan napas.
***
Langit runtuh dalam sekejap, dan tanah di bawah kaki mereka berguncang hebat. Segel elf yang telah lama tertanam di dalam tubuh Zhang Wei akhirnya mekar bagaikan bunga abadi yang membelah ruang dan waktu. Cahaya zamrud meledak ke segala penjuru, menyingkap pancaran kesadaran yang tak terhingga. Dalam sekejap, seluruh dunia seakan tak layak menatap sosok itu.
Kilatan cahaya membentuk siluet agung di belakang tubuh Zhang Wei. Hanya sesaat—cukup untuk membuat dunia terdiam. Gaunnya seperti anyaman embun pagi, rambut panjangnya mengalir lembut dalam kilau cahaya, dan mata yang seakan memuat seluruh kesedihan dan kemurkaan dunia. Ia tidak berbicara, namun kemunculannya saja sudah cukup membuat langit muram dan bumi menunduk. Sosok itu lenyap secepat kemunculannya, digantikan oleh tubuh Zhang Wei yang kini berdiri kembali… namun bukan dia yang mengendalikan tubuh itu.
Seseorang yang lain telah mengambil alih.
Mata Zhang Wei kini memancarkan cahaya ilahi yang lembut namun berbahaya. Aura elf purba meledak dari tubuhnya, membentuk medan energi yang menggulung dan menindas seluruh penjuru. Kui yang tadinya baru saja mendeklarasikan kemenangannya, terpaksa mundur beberapa langkah. Keempat siluman di belakangnya bahkan tersungkur, darah keluar dari mulut mereka, tubuh mereka gemetar hebat seperti tikus di hadapan naga.
Lian Xuhuan memucat. Dia belum pernah merasakan kekuatan seperti ini bahkan di era puncak kejayaannya sekalipun. Sesuatu yang lembut namun tak tergoyahkan, elegan namun mengerikan.
Sosok dalam tubuh Zhang Wei melangkah pelan, tanpa amarah yang meledak-ledak, hanya mata yang menyimpan kesedihan dan kejijikan mendalam. Tanpa mengucapkan satu kata pun, dia mengangkat tangan, dan langit pun terbelah. Awan menyapu menjauh, dan badai energi membentuk pusaran besar di angkasa. Petir hijau dan ungu saling bersahutan, seperti menyambut kembalinya penguasa lama yang telah lama tidur.
"Berani kalian membuat putraku mengalami hal ini lagi… mahluk hina dan terkutuk..." bisikannya begitu pelan, namun seluruh mahluk dalam radius seribu kilometer mendengarnya seakan itu adalah suara langit itu sendiri.
Kui, untuk pertama kalinya, tidak mampu berkata apa-apa. Wajahnya yang biasanya penuh dengan ejekan kini membeku. Satu langkah lagi diambil oleh sosok itu, dan bumi pun runtuh di bawah kaki Zhang Wei. Satu gerakan anggun dari tangannya, dan tubuh salah satu siluman meledak menjadi kabut darah.
Tidak ada teriakan. Tidak ada peringatan.
Hanya kemurkaan telah lama tertidur.
***
Suara retakan menggelegar menghancurkan langit Qianlong. Petir berwarna ungu tua bersahut-sahutan dari segala arah. Tanah bergetar seolah hendak terbelah, dan seluruh langit diselimuti aura bencana tak terjelaskan. Saat tubuh Zhang Wei berdiri kembali dengan tatapan kosong menyala lembut, seluruh alam membeku sesaat.
KRAAAAK!!
Dengan langkah tenang namun berisi amarah membara yang tak terucap, tubuh Zhang Wei terangkat ke udara. Udara di sekitarnya langsung membeku dalam kabut embun bercahaya.
BRAAANG!!
Dari kejauhan, pedang kelabu legendaris yang tertancap di bebatuan bergetar hebat. Kilatan abu-abu mengoyak udara saat senjata itu melesat dan langsung mendarat di tangan Zhang Wei dengan dentuman dahsyat yang mengguncang langit.
ZWOOOOSH!!
Saat dia menggenggam pedangnya, seluruh alam seperti berhenti sejenak. Empat makhluk kolosal milik Kui yang mengelilinginya langsung meraung, tubuh mereka memancarkan cahaya kegelapan pekat, menahan tekanan luar biasa yang menindih mereka.
"GRUAAAAHH!!"
Salah satu kolosal, naga batu hitam raksasa, menyemburkan napas penghancur yang membelah langit menjadi dua.
DUSHHH!! KRAAAK!!
Gelombang energi itu menghantam sosok Zhang Wei... namun menghilang begitu saja, tertelan embun suci yang menyelubungi tubuhnya.
Kui, berdarah-darah dan dengan tatapan penuh kebencian, berteriak,
“Tidak akan kubiarkan kau menghalangi kebangkitan ras kami!!”
Di belakangnya, empat siluman muda yang telah gugur sebelumnya dihidupkan kembali oleh kehendak Dewa Siluman. Mereka bangkit dengan tubuh menyala, aura mereka menjadi gila dan ganas, menciptakan badai energi di sekeliling Kui.
BOOM! BOOM! BOOM!
Ledakan demi ledakan terdengar ketika seluruh kekuatan dilemparkan ke arah sosok yang mereka pikir bisa mereka runtuhkan.
Tapi suara langkah kaki Zhang Wei tetap bergema perlahan.
Tap… tap… tap…
Setiap langkahnya memancarkan gelombang yang meretakkan daratan Qianlong. Mata milik kehendak itu menatap penuh penghinaan.
“Makhluk hina. Kau berani menyentuh darahku?”
Suaranya lembut tapi menggema, seolah disuarakan dari seluruh penjuru langit.
Lian Xuhuan di dalam dimensi pedang kelabu menggigil, suaranya tercekat.
“Ini... kehendak siapa ini...?! Tidak... ini... ini terlalu kuat... bahkan aku... tidak bisa menahan...!”
Zhang Wei—atau entitas dalam dirinya—mengangkat pedang kelabu tinggi-tinggi.
DRRAAAAGGGHHH!!
Satu tebasan vertikal! Cahaya abu-abu bergulung membelah angkasa.
WUUUUUUUMMMM!! KRAAAK!!!
Empat siluman yang baru dihidupkan kembali meledak menjadi debu sebelum bisa mendekat.
RAAAAAH!!
Salah satu kolosal yang mencoba melindungi Kui terhempas ke tanah, menciptakan kawah selebar lima kilometer.
Namun, Kui dan tiga kolosal tersisa tetap bertahan. Mereka menjerit, menggertakkan gigi, darah menetes dari mata, telinga, dan mulut mereka. Tapi semangat mereka tak runtuh.
Tiba-tiba, suara retakan terdengar di angkasa.
KREEEEEKKK!!
Langit Qianlong retak. Ruang terbelah. Dua kehendak—satu dari Dewa Siluman yang memberkati Kui, dan satu lagi dari entitas agung dalam diri Zhang Wei—mengguncang fondasi dunia kecil ini.
ZRRRAAAAKKK!!!
Langit runtuh, dan cahaya putih pekat melahap semuanya. Qianlong hancur, tak mampu lagi menahan tabrakan dua kehendak dahsyat itu.
Dalam semburat cahaya yang menelan semuanya, tubuh-tubuh mereka lenyap...
...dan semuanya terhempas kembali ke alam Dongtian, tepat di tengah wilayah netral Benua Tengah.
Langit kini merah darah.
Tanah tempat mereka muncul sudah dikepung oleh ribuan pasukan dan kultivator dari berbagai sekte besar dan organisasi legendaris.
Suara genderang perang menggema dari kejauhan.
tetap semangat berkarya Thor, msh ditunggu lanjutan cerita ini