NovelToon NovelToon
Pendekar Pedang Kelabu : Perang Kebangkitan

Pendekar Pedang Kelabu : Perang Kebangkitan

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan / Pusaka Ajaib
Popularitas:54.2k
Nilai: 5
Nama Author: YanYan.

Alam Dongtian berada di ambang kehancuran. Tatanan surgawi mulai retak, membuka jalan bagi kekuatan asing.

Langit menghitam, dan bisikan ramalan lama kembali bergema di antara reruntuhan. Dari barat yang terkutuk, kekuatan asing menyusup ke celah dunia, membawa kehendak yang belum pernah tersentuh waktu.

Di tengah kekacauan yang menjalar, dua sosok berdiri di garis depan perubahan. Namun kebenaran masih tersembunyi dalam bayang darah dan kabut, dan tak seorang pun tahu siapa yang akan menjadi penyelamat... atau pemicu akhir segalanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Serpihan Masa Lalu

Daratan luas Benua Timur terbentang di hadapan matanya, seolah menyambut kepulangannya dengan sunyi yang menggetarkan. Ia tidak menunggu lebih lama. Dalam satu langkah ringan, tubuhnya sudah melayang naik ke langit, lalu melesat seperti kilat ke utara, menembus awan malam tanpa suara.

Cahaya bulan memantul di bilah pedangnya yang terselip di punggung, menciptakan siluet bayangan panjang yang menari di antara bintang. Ia tiba tepat di atas Kota Canyu, pusat megah Negeri Awan Utara. Dari ketinggian, Zhang Wei menatap hamparan kota yang kini bercahaya, hidup, dan damai. Tidak ada jejak luka lama, tidak pula sisa amarah atau dendam yang dulu pernah membakar perbatasannya.

Rakyat berjalan tanpa rasa takut, pasar malam masih berdenyut dengan riuh tawa, dan bendera kekaisaran berkibar berdampingan dengan lambang Negeri Awan Utara. Hatinya sedikit lega. Tak ada konflik. Tak ada darah. Dunia benar-benar mulai berubah.

Di dalam pedang abu-abu yang terikat di dimensi jiwa, suara Lian Xuhuan bergema pelan, bagai bisikan masa lalu yang masih setia menyertainya.

“Apakah kau tidak ingin menyapa mereka, Wei'er?”

Zhang Wei menatap jauh ke bawah, matanya menyapu istana tinggi tempat para tetua Negeri Awan biasa berkumpul. Mungkin, jika ia muncul sekarang, banyak yang akan terkejut. Banyak yang akan berlutut. Tapi itu bukan tujuannya.

“Tak perlu,” bisiknya. “Selama mereka hidup damai dan terus berkembang, itu sudah cukup.”

Tak ada lagi alasan untuk berlama-lama. Dalam sekejap, tubuhnya menghilang dari langit malam, hanya menyisakan keheningan dan sinar bulan yang tetap tenang.

Ia muncul kembali di tempat yang sama sekali berbeda—sebuah kota kecil bernama Yanjiang, terletak jauh di wilayah selatan Kekaisaran Qin. Tempat itu tidak berubah banyak sejak terakhir kali ia menginjakkan kaki di sana. Jalan-jalan batu yang sama, bangunan tua berlapis debu sejarah, dan suasana suram yang dulu menjadi latar kisah awalnya yang kelam.

Di sinilah segalanya dimulai. Dulu, dia bukan siapa-siapa. Seorang pelayan rendahan di kediaman keluarga Lin. Tak berharga, diremehkan, bahkan akhirnya diusir karena dianggap tak berguna. Tapi sekarang, saat ia berdiri di udara, mengawasi kota yang pernah menolak keberadaannya, tidak ada seorang pun yang tahu bahwa sosok di balik langit itu adalah Zhang Wei—pendekar pedang kelabu yang telah menjadi legenda.

***

Udara malam di Kota Yanjiang dipenuhi aroma rempah yang khas dari wilayah selatan. Jalanan kecilnya masih dipenuhi lentera minyak yang menggantung rendah, menerangi batu-batu jalan dengan cahaya temaram kekuningan. Zhang Wei berjalan perlahan di antara kerumunan penduduk, mengenakan jubah kelabu yang sederhana tanpa lambang ataupun simbol, menyembunyikan keberadaan sejatinya yang mampu mengguncang dunia.

Mata tajamnya menyapu sekeliling, mengenali banyak hal yang tak berubah sejak dulu. Namun kini, ia melihat semuanya dengan pandangan berbeda. Dulu, tempat ini adalah dunia yang kejam baginya. Tapi malam ini, ia hanya seorang musafir yang ingin menikmati hangatnya rasa yang pernah ia rindukan.

Di sudut jalan yang tak begitu ramai, berdiri sebuah kedai kecil berbahan kayu, dengan papan bertuliskan "Masakan Tiga Rasa Selatan" yang mulai memudar dimakan waktu. Asap mengepul dari tungku di dalamnya, menyebarkan aroma sup tulang dan nasi berbumbu. Zhang Wei melangkah masuk.

Lonceng di pintu berdenting pelan.

Beberapa pengunjung yang sedang makan hanya menoleh sesaat, lalu kembali menikmati hidangan mereka. Tidak ada yang mengenalinya. Tidak ada yang menyadari bahwa yang baru saja masuk adalah pendekar pedang kelabu yang namanya ditakuti hingga ke ujung dunia. Dan itulah yang diinginkannya.

Pelayan muda datang menghampiri dengan senyum ramah.

"Selamat datang, Tuan. Silakan duduk. Apa ingin pesan sekarang?"

Zhang Wei mengangguk ringan dan duduk di dekat jendela.

"Bawakan satu porsi nasi panggang tiga rasa dan semangkuk sup pedas tulang babi. Hangatkan tehnya."

"Segera, Tuan," jawab pelayan itu sambil membungkuk dan berlalu.

Ia memandangi jalanan di luar jendela. Awan malam mulai menipis. Suara tawa anak-anak terdengar dari kejauhan. Tidak ada pertempuran, tidak ada darah. Untuk sesaat, ia membiarkan dirinya larut dalam ketenangan ini.

Suara Lian Xuhuan bergema lembut dari dimensi pedang, nada suaranya agak menggodanya.

"Aku tidak ingat terakhir kali kau duduk tenang seperti ini dan memesan makan malam."

Zhang Wei menghela napas pelan.

"Aku juga tidak ingat kapan terakhir kali hidupku terasa normal… setidaknya, walau hanya sebentar."

Tak lama, makanannya tiba. Aroma nasi yang dipanggang dengan saus herbal khas yang bercampur dengan uap sup yang kaya akan tulang babi muda membuat Zhang Wei memejamkan mata sejenak sebelum mengambil sumpit.

Setiap suapan membangkitkan kenangan yang samar. Kehidupan lamanya di kota ini memang pahit, tapi rasa masakan ini… masih seperti dulu.

Setelah selesai makan, ia meninggalkan beberapa koin emas di meja, lebih dari cukup untuk membayar semuanya, lalu bangkit dan berjalan keluar tanpa suara.

Ia berhenti sejenak di depan kedai. Menatap ke arah timur kota, ke tempat berdirinya kompleks keluarga Lin—tempat di mana dulu ia hidup sebagai pelayan rendahan… dan diusir dengan hinaan.

Langkahnya pun melanjut.

Malam semakin dalam, dan konfrontasi dengan masa lalunya… tinggal sejauh satu langkah.

***

Langit Kota Yanjiang semakin gelap, namun di dalam aula utama kediaman keluarga Lin, cahaya lentera spiritual masih menyala terang, memantul di dinding batu hijau berornamen emas. Aroma dupa pahit menggantung di udara, mengiringi keheningan ruangan yang berat.

Lin Yuan, pria paruh baya berambut perak dengan jubah ungu tua bersulam motif naga, duduk di kursi utama dengan dahi berkerut dalam. Tatapan matanya tajam namun kelelahan, menatap tumpukan gulungan laporan bisnis yang tak kunjung memberi kabar baik. Aura Martial Emperor bintang dua yang menyelimuti tubuhnya seperti api yang menurun bara, menandakan tekanan yang ia rasakan bukan main.

Di sampingnya berdiri seorang pria tua berjanggut rapi, mengenakan pakaian pelayan hitam dengan sabuk perak. Li Zhen, kepala pelayan keluarga Lin, serta satu-satunya Martial Grandmaster bintang satu yang masih setia mendampingi Lin Yuan sejak era kekuasaan keluarga ini di wilayah selatan.

“Li Zhen,” desah Lin Yuan, suaranya berat dan penuh frustasi. “Laporan dari distrik timur… semua jalur distribusi rempah kita diambil alih oleh keluarga Jing. Tiga dari empat kontrak pengiriman pun batal. Sialan…”

Li Zhen menunduk sedikit, tetap tenang dalam balutan keheningan yang menekan.

“Sejak keluarga Jing menjalin kerja sama dengan klan farmasi Longwu dari ibukota kekaisaran, mereka seperti terbang naik langit, Tuan. Kita… hanya bisa bertahan di tepian.”

Lin Yuan menatapnya, wajahnya tak lagi menunjukkan wibawa seperti dulu. “Lalu untuk apa aku mempertahankan semua ini? Nama besar keluarga Lin tak ada artinya jika kita kalah di kandang sendiri. Dulu… kita menguasai seluruh perdagangan herba kelas menengah di wilayah selatan.”

Li Zhen tak langsung menjawab. Ia melirik meja bundar tempat beberapa artefak komunikasi tergeletak, sunyi tak berbunyi.

“Kita masih memiliki sedikit pengaruh di pelabuhan barat… jika Tuan mengizinkan, saya akan mengatur pertemuan dengan beberapa pengusaha independen dari luar kota. Mungkin masih ada celah untuk memperkuat posisi kita sebelum keluarga Jing benar-benar memonopoli pasar.”

Lin Yuan mendengus pelan. “Pertemuan? Hmph… dalam dua tahun terakhir, semua pertemuan hanya menghasilkan pengkhianatan. Bahkan Keluarga Chen pun diam-diam mulai menyuplai bahan ke Jing.”

“Kalau begitu, kita bisa fokus mengembangkan teknik refina—”

“Berapa kali harus kujelaskan, Li Zhen?” potong Lin Yuan, matanya memerah. “Kita kekurangan alkemis kelas tinggi! Jika kita paksakan memproduksi eliksir tanpa dukungan formasi energi dan tangan ahli, kita hanya akan mempermalukan diri sendiri.”

Li Zhen menunduk dalam, tapi tak berkata-kata.

Lin Yuan menoleh ke arah jendela terbuka. Angin malam membawa masuk udara dingin serta debu halus dari jalanan kota. Matanya menerawang jauh.

“Kadang aku berpikir,” gumamnya lirih, “mungkin kutukan keluarga Lin dimulai saat kita membuang anak itu…”

Li Zhen menegang. Ia tahu betul siapa yang dimaksud.

Lin Yuan melanjutkan, suaranya seperti bisikan angin yang kehilangan arah.

“Anak itu… yang dibawa oleh ayahku… ternyata telah menjadi sosok yang luar biasa. Tapi tak ada satupun dari kita yang setara dengannya. Kalau saja waktu bisa diputar…”

“Tuan…” potong Li Zhen dengan suara pelan. “Itu semua sudah terjadi bertahun-tahun lalu. Saat itu, tak ada yang menyangka…”

“Benar. Tak ada yang menyangka,” Lin Yuan tersenyum pahit. “Dan kini lihatlah kita, diambang kehancuran. Sementara siapa pun anak itu sekarang… aku yakin, dia jauh… sangat jauh meninggalkan kita.”

1
budiman_tulungagung
gass... satu bab satu mawar 🌹
budiman_tulungagung
gass satu mawar 🌹
budiman_tulungagung
satu mawar 🌹 lanjutttt
budiman_tulungagung
satu mawar 🌹 lagi
budiman_tulungagung
tetap satu mawar 🌹 satu bab
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
apakah Zhang Wei akan menemukan Lin Mei
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Puitis..
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Kopi... Kopi...
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Makjlebz
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Nostalgia
irul
vote meluncur💪💪💪
yuliati sumantri
sehat selalu ya.
yuliati sumantri
haduh kemenangis ......
yuliati sumantri
nangis ya. kalau hutang nyawa susah, sdh Setara dengan ortu.
sie ucup
mantap banget alurnya Thor👍👍
saniscara patriawuha.
wes augustus saiki,, mbokkk mei nya masih turu....
saniscara patriawuha.
gasssss maninggg manggg zhongggg.....
saniscara patriawuha.
manggg lin yanzai lagi retret tertutup....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!