Dikhianati suami dan sahabatnya sendiri, Seraphine Maheswara kehilangan cinta, kepercayaan, bahkan seluruh harta yang ia perjuangkan. Malam itu, ia dijebak dalam kecelakaan maut oleh Darian Wiranata dan Fiora Anindya.
Namun takdir memberinya kesempatan kedua untuk kembali ke masa lalu. Kini, Seraphine bukan lagi wanita naif, melainkan sosok yang siap membalas dendam kepada paraa pengkhianat.
Di tengah jalannya, ia dipertemukan dengan Reindra Wirajaya, CEO muda yang perlahan membuka peluang takdir baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadinachomilk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 SARAPAN
Reindra sekarang sudah ada di dapur apartemen nya sedang memasak nasi goreng untuk gadis kecilnya. Sera yang sedari tadi masi menahan malu dan saltingnya di dalam kamar ikut keluar dan menunggu di meja makan dekat dapur.
"Reii,kamu masak apa wangi banget" Sera berjalan ke arah Reindra aroma wangi nasi goreng sudah menusuk hidungnya membuat perut mungilnya meronta.
"Bentar ya Sera,ini bentar lagi matang" ucap Reindra sambil tersenyum.
Sera menekuk kedua tangannya dan ia taruh di atas meja,kepalanya ia taruh di atas tangannya. Kaki Sera ia goyang goyangkan seperti anak kecil yang sedang menunggu. Hingga nasi goreng itu pun sudah jadi. Reindra dengan cekatan menaruhnya diatas piring dan menghiasnya.
"Taraaaa"ucap Reindra sambil membawa dua piring yang berisi nasi goreng.
Nasi goreng itu terdapat timun yang dijadikan mata,telor yang sudah dipotong potong Reindra ia jadikan mulut yang tersenyum dan wortel yang dijadikan hidung.
"Ihh nassi gorengnya tersenyum"ucap Sera sambil mengeluarkan ponselnya dan memfotonya.
"Harus di abadikan ini" Sera memfoto foto nasi goreng buatan Reindra.
"Udah buruan makan Sera" kata Reindra saat terdengar suara gemuruh dari perut Sera.
"Iya iya" Sera segera meraih sendok di sana dan mengambil satu suapan besar lalu memasukannya ke dalam mulut.
"Wowww"ucap Sera dengan mata berbinar seolah ini makanan terenak yang pernah ia makan.
Sera masih mengunyah dengan mulut penuh, matanya berbinar sambil menunjuk piring Reindra dengan sendok.
"Mmhm… mantap banget! Kamu juga harus makan, cepat coba Rei" ucapnya terbata-bata, suaranya terdengar aneh karena makanan masih memenuhi mulutnya.
Reindra yang melihat itu langsung tertawa kecil sambil menggeleng. "Sera makannya pelan pelan jangan ngomong dulu itu mulit kamu udah penuh"
Sera menoyor lengan Reindra pelan dengan "Ihh, kamu ini! Aku serius, coba dulu! Nanti keburu dingin" Sera cemberut.
"Iya iya"ucap Reindra sambil mencubit pipi Sera yang membuat pipi Sera sedikit merah.
Reindra akhirnya menuruti keinginan Sera, mengambil satu sendok nasi goreng itu dan memasukkannya ke mulut. Ia sengaja menatap Sera lama, pura-pura berpikir.
"Hmm" gumamnya pura-pura serius, alisnya berkerut.
Sera mencondongkan tubuhnya, menunggu jawaban dari Reindra. "Kenapa? Ga enak ya?"tanya Sera bingung padahal itu yang masak juga Reindra tetapi wajahnya terlihat aneh.
"Enak sekali,biasanya kalau aku masak selalu keasinan tapi karena ada kamu masakannya jadi enak" ucap Reindra sambil menyendok satu sendok nasi goreng.
"Apa ihh tuan muda bisa gombal juga ya" Sera spontan menutup wajahnya dengan tangan, pipinya memerah.
Reindra tertawa puas, lalu melanjutkan makannya. Sementara Sera pura-pura cemberut, tapi beberapa detik kemudian ikut tertawa. Mereka berdua menikmati sarapan sambil bercanda gurau membuat suasana apartemen Reindra menyenangkan. Hingga akhirnya kegiatan makan mereka selesai.
"Dimana kamar mandinya Rei?aku mau mandi kan kita harus magang"Sera berdiri sambil membereskan piringnya dan piring Reindra.
"Sera,sekarang hari sabtu ngapain kamu kerja?"tanya Reindra bingung.
"APAAAAA!"Sera menepuk jidatnya.
Reindra hanya tertawa terus menoyor dahi Sera.
"Aduh Rei sakit" ucap Sera sambil cemberut.
Hingga akhirnya terdengar suara ketukan dari luar apartemen Reindra, Reindra segera membukakan pintu itu dan terlihat Bima disana dengan wajah datarnya.
"Dimana adek gue?"tanya Bima tak santai.
Bima yang tak kunjung mendapat jawaban segera nyelonong masuk ke dalam rumah itu,ia bodo amat dengan Reindra yang menatapnya.
"Seraa...Seraphine Maheswara" teriak Bima mencari dimana keberadaan adiknya.
Sera yang mendengar itu segera berlari,ke arah Bima yang sedari tadi teriak dirumah orang.
"Kak Bima,ini rumah orang ga boleh teriak teriak"omel Sera menatap kak Bima yang sedang berjalan santai.
"Kamu ini,main ke rumah cowo ga bilang bilang mama papa"Kak Bima berkacak pinggang seperti ibu ibu yang sedang mengomeli anaknya.
"Ih lebay amat,Sera kan semalem demam dibawa Reindra disini"ucap Sera datar.
"Lebay lebay,kakak ini khawatir"Kak Bima menoyor dahi adiknya itu.
Reindra yang baru saja sampai,hanya diam sambil menyenderkan badannya di tembok. Bima pun segera beralih menatap ke arah Reindra.
"Bro,bukannya Sera di anterin pulang malah disuruh nginep di rumah kamu"Bima menatap tajam ke arah Rei yang ekspresinya tidak ada salah sama sekali.
Sera menatap ke arah kakaknya lalu berganti ke arah Reindra. "Loh kakak sama Rei udah kenal?"tanya Sera bingung.
"Ya udahlah kita kan rekan kerja"ucap Bima santai.
Sera hanya mengangguk lalu tangannya segera di tarik Bima untuk segera pulang. "Udah ayo pulang,dicariin mama papa" Bima menarik Sera seperti ibu ibu yang sedang menarik anaknya pulang main.
"Rei..Rei terimakasih ya Rei, aku pulang dulu"teriak Sera karena tangannya sudah di cengkram sang kakak.
Reindra hanya mengangguk,lalu menatap kepergian Sera dari dalam apartemennya ia merasa lucu dengan tingkah adek kakak itu.
"Sera aku senang kamu dekat dengan keluargamu"gumam Reindra.
.
.
Darian dan Fiora sudah berada di dalam cafe, Darian tampak datar menatap Fiora. Sedangkan Fiora masi mencoba untuk mendekatkan dirinya kepada Darian.
"Aku akan selalu mengejarmu Darian"batin Fiora.
"Fiora"Darian memanggil Fiora dengan tatapan tajam.
"Iya Darian"ucap Fiora manja.
"Aku ingin kamu membantuku"ucap Darian menatap ke arah Fiora yang masi memutar mutar ujung rambutnya.
"Kamu memerlukan bantuanku untuk apa?"tanya Fiora.
"Tentang Sera lagi?"lanjut Fiora.
Darian hanya diam tidak peduli,tetapi Fiora tiba tiba memukul meja lalu mendekatkan mukanya dengan muka Darian dan sekarang hanya berjarak beberapa centimeter.
"Darian lihat lah aku,aku yang mencintaimu,aku yang peduli untukmu. BUKAN SERA!" ucap Fiora bergetar.
Darian tidak peduli lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi, tatapannya tetap dingin menusuk bagi siapa saja yang menatapnya.
"Fiora, aku ingin kamu mendekati Sera. Buat dia luluh, bujuk dia supaya kembali padaku" ucap Darian tegas, tanpa sedikit pun menoleh pada wajah cantik yang kini begitu dekat dengannya.
Fiora terdiam, senyumnya memudar. "Darian kenapa harus aku? Kenapa selalu Sera? Bukankah aku sudah ada di sini, selalu di sampingmu?Kenapa harus Sera,Sera dan Sera" suaranya bergetar antara marah dan sedih.
Darian mengetukkan jarinya ke meja, suaranya datar tapi tajam. "Karena hanya Sera yang bisa membuatku berdiri setara dengan Raka di mata ayahku. Tanpa dia, aku bukan siapa-siapa dan kamu hanya memberikanku cinta,hidup ini tidak perlu cinta tetapi kekuasaan"
Fiora menggigit bibirnya. "Oh jadi bagimu aku tidak berguna aku hanya mainanmu?
Darian mendengus, wajahnya menegang. "Jangan drama, Fiora. Kalau kamu benar mencintaiku buktikan dengan melakukan ini. Dekati Sera"
"Aku tidak mau!" potong Fiora, suaranya meninggi. "Aku memang suka hartamu, Darian. Aku tidak akan munafik. Tapi hatiku… hatiku sudah jatuh padamu sejak lama. Kenapa sulit sekali bagimu melihat itu?"
Darian terdiam sejenak. Sorot matanya bergetar, ada sesuatu yang nyaris pecah dalam dirinya. Ia menatap Fiora lama, seolah mencoba menahan sesuatu di dadanya. Tapi detik berikutnya, genggaman tangannya di meja mengeras hingga gelas di depannya bergetar.
"Cukup, Fiora!" bentaknya. "Jangan paksa aku memilih antara perasaan dan masa depan. Kalau aku tidak mendapatkan Sera, aku akan selamanya dianggap lemah menjadi boneka dan anak buangan di hadapan ayahku!"
MOHON DUKUNGANNYA JANGAN LUPA VOTE,LIKE,KOMEN SEBANYAK BANYAKNYA TERIMAKASIHH❤️❤️❤️😚😚