NovelToon NovelToon
Obsesi Sang Ceo

Obsesi Sang Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Diam-Diam Cinta / Dark Romance
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Biebell

Camelia tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam satu malam.
Hanya karena hutang besar sang ayah, ia dipaksa menjadi “tebusan hidup” bagi Nerios—seorang CEO muda dingin, cerdas, namun menyimpan obsesi lama padanya sejak SMA.

Bagi Nerios, Camelia bukan sekadar gadis biasa. Ia adalah mimpi yang tak pernah bisa ia genggam, sosok yang terus menghantuinya hingga dewasa. Dan ketika kesempatan itu datang, Nerios tidak ragu menjadikannya milik pribadi, meski dengan cara yang paling kejam.

Namun, di balik dinding dingin kantor megah dan malam-malam penuh belenggu, hubungan mereka berubah. Camelia mulai mengenal sisi lain Nerios—sisi seorang pria yang rapuh, terikat masa lalu, dan perlahan membuat hatinya bimbang.

Apakah ini cinta… atau hanya obsesi yang akan menghancurkan mereka berdua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Biebell, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29 — Investor

Camelia akan terlihat mondar-mandir di ruang rapat. Ia memastikan map biru berlogo perusahaan sudah rapi di atas meja, masing-masing berisi agenda rapat dan laporan ringkas. Gelas kaca kristal sudah terisi air putih, berdampingan dengan kertas catatan dan bolpoin hitam.

Di sudut meja samping, pramusaji sudah menata coffee break sederhana: cangkir-cangkir putih bersih, teko kopi hangat, teh melati, serta piring kecil berisi kue mini dan potongan buah segar. Suasana dibuat profesional tapi tetap ramah, supaya investor merasa dihargai.

Nerios biasanya hanya duduk diam menunggu investor datang, sementara Camelia memastikan semua detail berjalan mulus—dari proyektor yang menyala tanpa gangguan, hingga temperatur ruangan yang tidak terlalu dingin.

Beberapa menit kemudian, ruang rapat besar itu mulai dipenuhi aura serius. Kali ini bukan tim direksi, tapi juga Mr. Denovan yang kembali hadir. Namun berbeda dari sebelumnya, kursi di samping Nerios kini ditempati oleh Camelia.

Camelia sudah menyiapkan berkas rapi di hadapannya, laptop terbuka dengan presentasi yang tersusun sistematis. Walau wajahnya tenang, ia bisa merasakan pandangan tajam Denovan sejak awal.

“Tuan Nerios,” buka Denovan dengan nada datar, jemarinya mengetuk meja perlahan, “Saya sudah bertemu dengan Sheryl sebelumnya. Dia meyakinkan saya dengan data dan pengalaman yang cukup kuat. Tapi jujur, saya ragu apakah sekretaris baru Anda bisa memberikan hal yang sama.”

Camelia menunduk sedikit, menerima ucapan itu tanpa membalas. Nerios langsung menatap Denovan dengan tajam. “Camelia memang sekretaris baru saya. Tetapi semua data hari ini dia yang siapkan, dan saya percaya penuh padanya.”

Denovan tersenyum tipis, seolah meremehkan. “Saya tidak meragukan Anda, Pak Nerios. Tapi dibandingkan Sheryl, mungkin pengalaman gadis ini masih jauh.”

Camelia menarik napas pelan, lalu berdiri. Dengan tenang ia menyalakan proyektor. Slide pertama muncul, menampilkan grafik tren pasar. Suaranya terdengar jelas, penuh percaya diri.

“Mr. Denovan,” ucap Camelia mantap. “Saya tahu Anda menilai saya kurang berpengalaman dibandingkan Sheryl. Tapi izinkan saya tunjukkan sesuatu. Ini perbandingan strategi kompetitor dengan yang kami tawarkan. Kompetitor memang unggul dalam kecepatan. Namun data lima tahun terakhir menunjukkan bahwa pasar lebih memilih stabilitas. Di sinilah kekuatan kami.”

Denovan menyipitkan mata. “Stabilitas? Kedengarannya seperti janji kosong. Semua orang bisa berkata demikian.”

Camelia tidak goyah. Ia menunjuk grafik yang menampilkan proyeksi keuntungan. “Betul, semua bisa berkata demikian. Tapi tidak semua bisa membuktikan dengan angka. Jika Bapak lihat di sini—” ia mengklik slide berikutnya. “Dari 10 perusahaan dengan strategi kecepatan, tujuh di antaranya tumbang sebelum tahun ketiga. Sedangkan strategi jangka panjang menunjukkan tingkat keberhasilan 65% lebih tinggi.”

Denovan mengetuk dagunya, lalu menoleh pada Nerios. “Tidak buruk … gadis Anda ini tahu cara bicara dengan angka.”

Nerios menyandarkan tubuh ke kursinya, senyum tipis terukir di wajahnya. “Saya sudah bilang, saya percaya padanya. Kalau Anda masih berpikir Sheryl lebih baik, silakan pertimbangkan kembali. Tapi satu hal yang pasti, perusahaan ini tidak pernah berdiri karena satu orang. Perusahaan ini berdiri karena sistem yang solid dan orang-orang yang bekerja bersama saya. Dan Camelia salah satunya.”

Denovan terdiam sejenak, lalu menguji lagi. “Kalau begitu, katakan padaku, Nona Camelia ... Bagaimana Anda menghadapi risiko jika tren pasar tiba-tiba berubah? Apakah strategi ini masih relevan?”

Camelia tersenyum tipis. “Pertanyaan bagus, Mr. Denovan. Itu sebabnya saya menyiapkan dua skenario tambahan. Jika tren berbelok, kami tidak akan kehilangan arah. Strategi cadangan kami berfokus pada diversifikasi produk digital. Jadi risiko tetap ada, tapi mitigasinya sudah kami siapkan. Dengan kata lain, Anda tidak hanya membeli strategi utama, tapi juga jaminan untuk tetap bertahan meski pasar bergejolak.”

Denovan akhirnya menghela napas panjang, lalu menepuk meja pelan. “Baiklah. Anggap saya terkesan. Mari kita lanjutkan diskusi detailnya.”

Setelah itu mereka mulai melakukan rapat yang cukup panjang pada sore itu, dengan Camelia yang terus berusaha agar terlihat profesional. Menanggapi beberapa pertanyaan, mencatat hal penting hasil rapat. Hingga semuanya berjalan dengan lancar.

Camelia menutup presentasinya dengan anggukan kecil, sementara Nerios melirik sekilas padanya—tatapan yang seolah berkata, kau berhasil membuktikan dirimu.

Nerios dan Camelia kemudian bangkit, menyalami Mr. Denovan juga sekretaris yang dibawa oleh pria itu. Nerios mengantarkan investornya hingga lift sambil berbincang kecil. Begitu Mr. Denovan masuk ke dalam lift, Nerios langsung berjalan kembali menuju ruang rapat.

Di dalam ruang rapat Camelia masih membereskan berkas-berkas, ia juga merapihkan proyektor dan bekas jamuan, tapi ditahan oleh Nerios.

"Kau pikir di sini tidak ada Ob, Camelia?" ujar Nerios seraya menjauhkan tangan wanitanya dari piring jamuan.

Camelia melirik Nerios yang berdiri di sampingnya. "Saya hanya berusaha merapihkan ini, Tuan. Agar Ob bisa langsung membawanya."

"Pertama, siapa yang kau panggil Tuan itu?" Sebelah alis Nerios terangkat, kedua tangannya bersedekap dada. "Yang kedua, itu memang tugas Ob, bukan tugas sekretarisku."

Nerios sudah pernah berkata pada Camelia, ia tidak suka jika di panggil Tuan oleh Camelia saat hanya berdua saja. Jika sedang ada karyawan yang lain baru boleh memanggilnya seperti itu.

"Baiklah, baiklah!" Camelia mengalah, ia memilih mengambil berkas yang sudah ia tumpuk, lalu memeluknya di depan dada.

"Ayo, kita kembali ke ruangan," ajak Nerios sambil berjalan lebih dulu.

Camelia berjalan di belakang pria itu, mengikutinya masuk ke dalam lift, berdiri berdampingan. Lalu wajahnya sedikit mendongak hingga dapat melihat wajah tegas Nerios dari samping.

"Nerios," seru Camelia membuat Nerios sedikit meliriknya, menunggu ucapan selanjutnya. "Haruskah aku meminta Sheryl mengajariku cara menjadi sekretaris yang kompeten?"

Nerios kembali menatap depan karena pintu lift sudah terbuka, lalu ia berjalan lebih dulu. "Haruskah aku membatalkan kerja samaku dengan Denovan?"

Mata Camelia membola, ia berlari kecil mengejar Nerios. "Untuk apa kau membatalkannya?" tanyanya panik.

"Dia sudah membuatmu merasa insecure, aku tidak suka!" ungkapnya tanpa menoleh.

"Aku bukan insecure, Nerios! Aku hanya ingin kemampuanku lebih baik saja!" Camelia tidak sepenuhnya berbohong, ia memang ingin kemampuannya lebih baik dan itu karena dirinya sedikit merasa insecure.

"Berbohong lah sesuka hatimu, Camelia." Nerios membuka pintu ruangan, lalu berjalan masuk sambil melonggarkan ikatan dasi. "Tapi satu hal yang harus kau tau. Di mataku, kau lebih segalanya dibandingkan Sheryl!"

Langkah Camelia menuju mejanya terhenti. Nerios selalu seperti itu, pria itu begitu membanggakan dirinya, begitu memikirkan dirinya. Jika saja Nerios tidak memiliki rasa obsesi yang begitu g*la padanya, mungkin secara perlahan ia bisa membuka hati untuk Nerios.

"Lalu bagaimana caraku mengasah kemampuanku?" tanya Camelia seraya duduk di kursinya.

Nerios menyandarkan tubuhnya, lalu menatap Camelia dengan teduh. "Terus ikut rapat bersamaku, jangan takut salah, ada aku yang akan selalu memeriksa hasil kerjamu sebelum ditunjukkan kepada yang lain. Maka secara perlahan kemampuanmu pasti jauh lebih baik."

Camelia membalas tatapan teduh itu dengan tulus. "Baik, terima kasih sudah meyakinkan aku!"

"Ya, tidak masalah," balas Nerios sambil mengangguk kecil. "Hari ini kita akan lembur lagi, kau tidak masalah?"

"Tentu saja tidak!"

Hari ini mereka berdua benar-benar lembur hingga pukul setengah 11 malam, mereka sampai di rumah pun pada pukul setengah 12 malam.

1
Satsuki Kitaoji
Gak nyangka bakal se-menggila ini sama cerita. Top markotop penulisnya!
Alucard
Baca sampe pagi gara-gara gak bisa lepas dari cerita ini. Suka banget!
MilitaryMan
Ceritanya bikin saya ketagihan, gak sabar mau baca kelanjutannya😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!