Gharial El Barrack, seorang pria yang dijodohkan dengan selebriti papan atas. Namun, hasratnya justru hanya bangkit ketika bersama sang adik, Liliyana.
Hingga suatu kejadian membawa Liliyana terjebak dengan kegilaan Gharial.
Akankah mereka bersatu? Sementara di mata umum, cinta mereka adalah cinta terlarang?
Noted : Banyak umpatan kasar, dan kata-kata nyeleneh. Kalau tidak suka harap skip!
Salam anu 👑
Follow Ig @nitamelia05
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Lily Frustasi
Akhirnya hari itu Lily benar-benar mau masuk kuliah. Dia bersiap-siap dan diantar oleh Ghara seperti biasa. Kali ini Ghara terlihat sabar sekali menunggu Lily, karena dia tidak mau membuat sang adik merasa terpuruk gara-gara kejadian itu.
Akan dia pastikan bahwa Frans akan mendapatkan sesuatu yang setimpal. Karena pria itu sudah berani mengganggu gadisnya.
"Maaf ya, Kak, aku lama," ucap Lily ketika dia masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Ghara.
"Ck, bosen gue denger lu minta maaf mulu!" balas Ghara seraya mencondongkan tubuh untuk memasangkan seat belt di tubuh Lily.
Suatu kebiasaan yang tidak pernah bisa hilang. Sebab Ghara selalu memperlakukan Lily dengan spesial.
"Ya terus aku harus bilang apa dong? Kan aku udah buat Kakak nunggu lama."
"Kalo gue bilang Jeky mau ketemu sama lu, lu bakal izinin gak?" Ghara menyalakan mesin mobil, lalu membawa kendaraan roda empat itu keluar dari gerbang.
Sementara Lily mengeryitkan dahinya. Mendengar nama asing yang baru pernah keluar dari mulut Ghara. "Jeky? Jeky siapa?"
"Adek-adekan gue," jawab Ghara sambil menahan senyum.
Lily tampak manggut-manggut, meskipun dia tidak tahu siapa orang yang dimaksud. "Boleh, nanti kapan-kapan kita ketemu."
Sebuah jawaban yang membuat tawa Ghara meledak. Sebab ia sukses meracuni otak polos sang adik, yang belum tahu apa-apa dengan dunia perjeky-an.
"Malem itu mau gue ketemuin sama elu, tapi takut lu kaget."
"Kaget kenapa? Emang si Jeky serem?" Lily memasang wajah menggemaskan, membuat Ghara ingin sekali menggigit bibir gadis cantik itu.
"Gak serem sih, tapi keker kalo udah berdiri," timpal Ghara sambil cengar-cengir tidak jelas.
Sementara di dalam bayangan Lily, Jeky adalah seorang pria dengan tubuh kekar bak binaragawan. Yang sering dia lihat di beberapa cabang olahraga. Sehingga dia tidak curiga sama sekali dengan arah pembicaraan Ghara.
"Gak apa-apa lah, Kak. Aku gak mungkin kaget cuma gara-gara si Jeky itu keker, kan badan Kakak juga sama kekernya."
Tawa Ghara semakin menggelegar, tak habis pikir dengan otak Lily yang selalu positif thinking. Berbeda dengan dirinya yang nyaris sinting, ketika disuguhi dada dan bokongg yang sedang melengking.
"Kakak kok malah ketawa sih? Aku serius!" ketus Lily, merasa aneh dengan respon sang kakak. Akan tetapi bukannya menjawab, Ghara justru mengusak puncak kepala Lily dengan asal.
"Gemes banget sih Adek gue, jadi pengen cubit tetenya."
"Ish Kak Ghara mesyum!" teriak Lily seraya menepis tangan Ghara dari kepalanya. Sementara pria itu masih terkekeh-kekeh hingga wajahnya memerah.
***
Di pertengahan jalan, Ghara mencoba menghubungi Edo yang merupakan sahabat sekaligus asistennya, mereka berdua seperti sedang reinkarnasi, sebab ayah Edo adalah asisten dari ayah Ghara. Sementara kakeknya Edo pun asisten kakeknya Ghara.
Jadi jabatan itu terus turun-temurun.
"Kirim rekaman CCTV itu ke email gue, Do. Bentar lagi gue nyampe kampus soalnya. Hari ini gue bakal kasih pelajaran buat si Kunyukk itu!" ucap Ghara saat panggilan itu sudah terhubung.
"Oke, gue kirim langsung nih."
"Sip, gue selesaiin urusan si Lily dulu ya."
"Ya selow ae bos mah, biasanya juga gitu, Nyet."
Ghara terkekeh kecil, tahu jika Edo sedang memasang wajah jengah. Sebab dia kerap melimpahkan pekerjaannya yang menumpuk pada pria itu. "Kok ngegas sih, Njingg?"
"Biji bokap lu kembar. Gimana gue gak ngegas, Anjirrr, tiap hari gue dicekokin kerjaan. Tahu gini gue gak bakal mau terima tawaran Pak Boby buat jadi asisten lu," gerutu Edo, mengeluarkan unek-uneknya selama menjadi asisten Ghara.
"Pak Boby goblok ya, Do?"
"Bokap gue anyingg!"
Ghara langsung tergelak kencang, dan memutuskan sambungan telepon itu, dia tidak mau bertambah sakit perut, sementara rahangnya sudah terasa kaku.
***
Sesampainya di kampus, Ghara langsung keluar dan menggandeng tangan Lily untuk masuk ke dalam. Namun, Lily sedikit meronta karena sepanjang jalan keduanya diperhatikan oleh semua orang.
Tatapan-tatapan aneh itu seperti ingin mengatakan, bahwa Lily dan Ghara lebih pantas untuk disebut sebagai pasangan.
"Kakak, lepas! Aku bisa jalan sendiri," sentak Lily, tetapi tidak berhasil sebab genggaman Ghara sangat erat.
"Kalo bisa berdua ngapain sendiri sih, Li?"
"Ish, malu tahu diliatin banyak orang."
"Kenapa mesti malu? Orang kita gak berbuat mesyum kok."
Ah, rasanya Lily frustasi sendiri menghadapi Ghara. Hingga akhirnya dia memilih untuk diam, sampai mereka tiba di ruangan bagian kemahasiswaan.
Lily bertanya-tanya untuk apa Ghara membawanya ke mari, tetapi belum sempat dia bertanya, Ghara sudah kembali menarik tangannya untuk masuk ke dalam sana.
"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya seorang dosen yang ada di ruangan tersebut.
Sebelum menjawab, Ghara lebih dulu mengeluarkan sebuah flashdisk, lalu meletakkannya di atas meja. "Saya tidak mau berbasa-basi. Drop out mahasiswa bernama Frans, karena dia hampir melakukan pelecehan sexsual."
***
Sekali lagi gue bilangin, jangan aneh ya sama omongan si Ghara🤣 Ini turunan dari biangnya🙏
"maen apa dad?? "😆😅