Info novel 👉🏻 ig @syifa_sifana
Salah sambung hingga berakhir pacaran. Sepasang kekasih yang sudah siap menikah harus kandas karena sebuah kecelakaan.
Restu terlepas, seorang anak harus berbakti pada orangtuanya dengan menikahi wanita pilihan mereka.
Bertemu kembali dengan status berbeda, dengan harapan ingin kembali dengan cinta lama.
"Aku tidak ingin menikahi bekas orang!" kalimat penegasan keluar dari bibir seorang mantan.
Strategi meraih mantan tercinta hingga berujung pada sebuah pernikahan.
Perjuangan mendapatkan cinta kembali dari sang mantan hingga air mata menjadi saksi bisu.
Inilah kisah Terpaksa Menikahi Mantan yang penuh dengan tawa dan air mata.
Lanjutan novel ini 👉🏻 Sang Penakluk Playboy
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syifa Sifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai ada sesuatu
"Assalamualaikum." Raka membuka pintu, lalu masuk ke dalam rumahnya itu.
"Wa'alaikumussalam warahmatullah."
Raka menemui Talita untuk mencium punggung tangannya, kemudian ia berjalan ke sofa untuk merebahkan tubuhnya.
Talita mengernyit keningnya sambil menghampiri Raka.
"Kamu kenapa, Nak?" tanya Talita sembari duduk di samping Raka.
"Lelah, Mom." Raka memejam mata seraya lengan diletakkan di dahinya.
"Lelah kenapa?" Talita mulai bingung.
"Tadi ada divisi personalia mencoba menggoda aku, Mom."
"Menggoda kamu bagaimana?" Talita semakin bingung dan penasaran.
"Marsela! Baru saja kenalan sudah ngajak makan dan banyak ngoceh lagi," keluh Raka kesal.
"Hahaha ... Kamu ini ada-ada saja." Talita tertawa geli mendengar cerita anaknya itu. Sudah lama sekali dia tidak mendengar Raka curhat padanya.
Raka beranjak bangun, lalu duduk berhadapan dengan Talita.
"Oh ya, Mommy itu lebih suka punya menantu berhijab apa terbuka dan seksi?" tanya Raka mulai serius.
"Hmmm ... Mommy lebih suka punya menantu berhijab seperti mommy. Tapi itu semua tergantung Raka. Yang penting Raka nyaman dengan pasangan Raka," jelas Talita memberi pengertian.
"Jadi Raka sukanya yang mana ni?" Talita kembali bertanya.
"Sebenarnya aku lebih suka wanita yang punya malu, Mom."
"Apa wanita yang sekarang bersama kamu itu nggak punya malu?"
"Lebih kurang gitu sih, Mom. Mereka semuanya nggak punya malu. Aurat terbuka suka asal peluk cium yang bukan mahramnya. Pokoknya nghak banget deh Mom," cerocos Raka dengan serius.
"Bukannya semua pacarmu dulu seperti itu? Suka peluk cium anak *M*ommy ini," celoteh Talita mencubit hidung Raka.
"Itu dulu, Mom. Tapi sekarang aku mau cari yang berbeda," jelas Raka menyungging bibirnya.
Gunawan tidak sengaja mendengar pembicaraan Raka dan Talita. Dia langsung menghampiri mereka.
"Ehem ... Seru banget ni kayaknya."
"Anak kita sudah besar, Dad," celoteh Talita tersenyum sumringah.
"Gimana ni maksudnya?" Gunawan semakin penasaran.
"Raka sekarang sudah mulai menyukai wanita berhijab dan nggak mau berhura-hura lagi," jelas Talita tersenyum bahagia.
"Jadi kamu mau menikah?" tanya Gunawan menatap Raka dengan serius.
"Maulah, Dad. Tapi nghak sekarang juga. Tunggu beberapa tahun lagi," sahut Raka dengan serius.
"Jangan lama-lama dong!" sahut Talita.
"Mom! Cari istri beda sama cari pacar loh," ucap Raka menatap Talita dengan serius.
"Ya sudah, jika nanti sudah saatnya, kamu kabari kami." Gunawan menengahi.
"Ok deh. Kalau gitu aku mandi dulu ya! Gerah banget ni," kata Raka beranjak bangun dari duduknya, lalu beranjak pergi.
Setelah shalat magrib dan isya', Raka membaringkan tubuhnya sembari melihat foto Melisa di sosial medianya.
Tanpa sengaja ia teringat dengan pesan Melisa yang akan menghubunginya malam ini.
"Kenapa dia belum menelpon juga ya?" Raka mulai memikirkan Melisa.
"Gue sms dia deh." Raka dengan segera mengetik pesan.
...****************...
Seperti biasa, sebelum tidur Melisa bersandar di kepala ranjang sambil membaca buku. Tiba-tiba fokusnya hilang saat mendengar suara ponsel.
Drrrtt...
Melisa menutup buku, lalu mengambil ponsel di atas nakasnya.
📩0812xxxxxxxx
Assalamualaikum, lagi sibuk nggak?
📨Melisa
Wa'alaikumsalam. Ngak sibuk kok. Ada apa ya?
Setelah membaca pesan Melisa, dengan penuh semangat Raka langsung menghubungi Melisa.
Drrrttt...drrttt....
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam."
"Melisa ya!"
"Iya. Maaf ini dengan siapa ya?" tanya Melisa penasaran.
"Namaku Irsyad, apa boleh kita berkenalan?" tanya Raka penuh harap.
"Hmmm ... Boleh. Tapi tunggu! Mas ini dapat kontak saya dari mana?" Melisa semakin penasaran.
"Karena salah sambung jadi nggak sengaja sampai ke kamu."
"Hmm ..."
"Oh ya, kamu masih kuliah atau sudah kerja?"
"Tahun ini saya masuk kuliah."
"Dimana?"
"Di salah satu kampus di Jakarta."
"Ooo .. Masih single?" Raka mulai to the point.
"Tunggu! Maksudnya tanya tentang status saya, apa ya?" tanya Melisa penasaran.
"Kamu jangan salah paham dulu. Saya tanya status kamu, karena kalau kamu sudah punya pacar, aku nggak mau kamu bermasalah dengan pacarmu," jelas Raka berusaha memberi pengertian.
"Oh begitu. Alhamdulillah saya belum punya pacar."
"Alhamdulillah," ucap Raka spontan.
"Hahaha," tidak sengaja Melisa kelepasan.
"Kok ketawa? Ada yang lucu ya?" tanya Raka penasaran.
"Dikit."
"Lucu kenapa ni?"
"Masa aku nghak punya pacar malah Mas yang bilang Alhamdulillah sih?"
"Oh iya dong. Bukannya bagus kalau kamu nggak punya pacar. Jadi aku bebas untuk menghubungimu," goda Raka.
"Ah Mas, ini ada-ada saja." Melisa mulai tersipu malu.
"Jadi kamu ini nggak punya pacar atau gak mau pacaran?" tanya Raka penasaran.
"Sampai saat ini saya belum pernah pacaran," jelas Melisa gamblang.
"Kenapa? Bukannya pacaran itu menyenangkan?"
"Bisa dibilang nggak ada waktu. Aku terlalu sibuk dengan urusanku sendiri."
"Hahaha ... lucu banget kamu ini." Raka ngakak mendengar ucapan Melisa yang begitu polos.
"Kok ketawa sih?" protes Melisa.
"Ya udah deh, aku gak ketawa lagi." Raka mulai menutup mulutnya agar tidak ketawa lagi.
"Hmmm ... Mas ini orang mana?"
"Jakarta, kamu sendiri?"
"Bandung, Mas."
"Bandung Jakarta, lumayan juga ya."
"Lumayan? Maksudnya?"
"Perjalanannya."
"Oo... Mas ini masih kuliah juga ya?"
"Aku nggak kuliah lagi. Dan sekarang aku sudah mulai kerja," jelas Raka tersenyum.
"Alhamdulillah. Semoga suksesnya."
"Amiin."
"Raka! Kamu sudah tidur, Nak?" Talita membuka pintu, lalu menghampiri Raka.
"Mommy ... Sttt ..." Raka menyuruh Talita untuk diam dengan mengarahkan di bibirnya.
"Ops Sorry, *M*ommy keluar dulu." Talita segera beranjak.
Raka menganggukkan kepalanya dan melanjutkan obrolannya.
"Maaf ya! Tadi nyokap kesini," jelas Raka merasa tidak enakan.
"Santai aja. Tapi boleh saya tanya sesuatu? Dan tolong jawab yang jujur!" tegas Melisa.
"Ok. Kamu mau tanya apa?" tanya Raka penasaran.
"Siapa nama Mas yang sebenarnya?" Melisa mulai mencurigai.
"Irsyad."
"Ok kalau masih mau berbohong ... Jadi gini, saya kasih waktu 5 menit, jika Mas nggak mau jujur saya blokir kontak Mas sekarang juga," tegas Melisa.
"Nama aku Irsyad, tinggal di jakarta"
"Mas punya waktu 3 menit lagi untuk jujur kepada saya."
"Saya sudah jujur, masa kamu nggak percaya sih?"
"Dengar ya! Saya tidak suka berbohong kepada orang dan saya benci orang berbohong kepada saya. Sekarang terserah Mas, mau saya matikan telponnya sekarang atau ..."
"Ok. Saya jujur. Nama aku Raka Irsyad, 25 tahun, tinggal di Jakarta dan bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta juga," jelas Raka.
"Emm ... gitu dong jujur. Sebenarnya aku sudah curiga dari tadi, kemarin Mas memperkenalkan diri Mas dengan nama Raka, tadi Irsyad dan sekarang Raka Irsyad," ucap Melisa menyungging bibirnya
"Kamu ini sangat teliti. Jika aku belum jujur masih saja diinterogasi, memangnya kamu ini ambil jurusan apa sih?" tanya Raka penasaran.
"Ekonomi management," jawab Melisa spontan.
"Kenapa nggak ambil hukum aja? Pasti cocok banget tuh, semua orang nggak berani bohong sama kamu," cerocos Raka.
"Hahaha ... Mas ini ada-ada saja."
"Serius loh."
"Jadi gimana dong, aku udah lulus di situ."
Klek..
"Lisa! Kenapa belum tidur?" Maya tiba-tiba masuk.
Melisa merasa tidak enak dengan Maya, ia pun segera mematikan ponselnya.
"Ini mau tidur kok, Ma." Melisa gugup sambil meletakkan ponsel di atas nakas.
"Ya sudah! Cepat tidur! Besok kamu harus ke kampus lagi, kan?" tanya Maya sembari merebahkan tubuhnya di atas kasur.
"Iya, Ma," ucap Melisa merebahkan tubuh.
Maya mematikan lampunya dan segera tidur.
Melisa melirik Maya yang sudah memejamkan matanya, kemudian ia mengambil ponselnya kembali untuk mengirim pesan pada Raka.
...****************...
Raka merasa bingung saat Melisa tiba-tiba memutuskan panggilannya.
Drrtt...
📩Melisa
Maaf ya, Lisa langsung matiin tanpa pamitan dulu. Soalnya ada Mama di samping. Jadi kita lanjut besok aja, ya. Assalamualaikum.
📨Mas Raka
Iya nghak apa. Good night and have a nice dream. Wa'alaikumsalam.
Malam yang indah, tersenyum-senyum sendiri sambil membaca pesan hingga mengantarkan mereka pada tidur nyenyaknya.
rasanya juga tdk puas kalo tdk ada karma utk keluarga raka