Bagaimana jadinya jika pernikahan yang seharusnya kakaknya ( Jimmy) yang menjadi pengantin justru berubah menjadi pernikahan sang adik Greandira dengan ( Arvandra Pratama) kakak dari calon mempelai wanita ( Arindia ) yang justru melarikan diri dengan mantan kekasihnya tepat di hari pernikahan.
Demi menutupi rasa malu keluarga Zaindra dan Alexander serta memenuhi keinginan (Risma) mama Arvandra yang terkena serangan jantung akibat ulah putrinya (Arindia) yang melarikan diri dengan mantan kekasihnya. akhirnya dengan terpaksa mereka meminta Arvandra untuk menikah dengan Greandira adik dari Jimmy.
Arvandra sosok pria dingin dan tegas harus menjalani pernikahan dengan Greandira putri Alexander yang keras kepala dan tidak suka di atur namun memiliki rasa empati yang tinggi.
Bisakah keduanya menjalin pernikahan layaknya pasangan pengantin pada umumnya?
siapakah diantara mereka yang akan jatuh cinta terlebih dahulu?
Saksikan cerita selanjutnya di Nikah Menjadi Pengantin Pengganti!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dianshen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari pertama
Pagi ini Grea dengan semangat 45 sudah berangkat ke kantor, ini adalah hari pertama Grea bekerja dia tidak ingin meninggalkan kesan yang tidak baik diawal bekerja.
Arvan keluar dari kamarnya dan langsung menuju meja makan, Arvan duduk dan tatapannya tertuju pada kamar Grea yang letaknya memang tidak jauh dari ruang makan.
" Kemana dia, kenapa sepi ?" gumam Arvan.
Mendengus kesal saat netranya menangkap secarik kertas yang ada di bawah gelas yang berisi jus jeruk milik Arvan.
" Apa-apaan dia, sepagi ini sudah berangkat!" Arvan menarik kertas tersebut dan membacanya.
" Maaf tuan es balok, aku pergi tanpa pamit. bukan mau menjadi istri durhaka tapi pekerjaan baruku ini lebih penting. aku tidak mau di hari pertama kerja terkesan buruk karena telat. jangan lupa sarapannya di makan ya!"
"Cihh, awas saja dia sudah berani-beraninya pergi tanpa seizinku" dengus Arvan.
****
Arvan sudah berada di kantor, Hanan memberikan beberapa laporan kontrak kerja sama yang diajukan oleh beberapa koleganya.
Dengan teliti Arvan memeriksa satu persatu berkas-berkas tersebut.
" Han!"
" Iya Presdir" jawab Hanan sedikit membungkuk
" Di bagian apa dia ditempatkan di kantor ini?"
tanya Arvan tanpa menoleh ke Hanan
" Sesuai keinginan Presdir saya menempatkan nyonya muda di bagian office girl" lapor Hanan.
" Bagus!" Arvan tersenyum puas dan menutup berkasnya lalu beranjak dari duduknya.
" Kamu awasi dia, dan perhatikan kinerja kerjanya" Arvan hendak melangkah keluar dari ruangannya.
" Presdir!" panggil Hanan hati-hati
" Ada apa?" Arvan menoleh
" Bagaimana jika tuan besar dan tuan Alex sampai tahu kalau nyonya muda bekerja di sini dan sebagai office girl?" tanya Hanan takut-takut
" Mereka tidak akan tahu, karena perempuan itu pasti tidak akan membiarkan mereka sampai tahu" Sahut Arvan santai.
" Aku yakin bila di tempatkan dibagian office girl perempuan itu tidak akan betah dan dengan sendirinya dia pasti akan mengundurkan diri"
" Tap.. tapi tuan!"
" Kamu tidak usah khawatir hal itu, Han aku lebih tahu dari kamu jadi jangan banyak protes!" tegas Arvan membuat Hanan langsung diam.
" Maaf tuan!" Hanan menundukkan kepalanya
" Sekarang kita berangkat ke restoran x, ada temanku yang baru pulang dari Australia ingin bertemu" ucap Arvan
" Baik Presdir!"
Arvan dan Hanan sudah pergi dari kantor sementara Grea sedang mendengus kesal karena bisa-bisanya dia tiba-tiba dipindahkan ke bagian Office Girl.
" Ahhh... kenapa omongan si es balok itu jadi beneran sih. masa gue ditempatkan di sini sih!" ucap Grea menggerutu.
" Eh Loe OG baru ya?" tanya seseorang yang tiba-tiba mengagetkan Grea
" Ah iya mbak " jawab Grea dengan malas.
" Kalau gitu buatkan aku kopi susu tiga gelas dan antarkan ke lantai 20 Devisi perencanaan!" pinta Monik
" Baik mbak" Sahut Grea dengan malas
" Ingat gak pake lama!" pinta Monik dan Grea mendengus kesal.
Monik pergi dari pantri dan Grea berkali-kali mengumpat. bukan karena di suruh buatkan kopi Grea kesal tapi dengan cara bicara dan gaya Monik yang sok senior membuatnya merasa kesal.
Selesai membuat kopi Monik langsung ke pergi lantai 20 menuju ruangan Monik.
" Maaf mbak ini kopinya" ucap Grea pada Monik
" Grea!" panggil Caca membuat Grea yang merasa namanya dipanggil langsung menoleh.
Grea meletakkan kopinya di meja Monik dan langsung menghampiri Caca.
" Gre loe jadi OG?" tanya Caca dan Grea mengangguk dengan malas.
" kok bisa?"
" Entahlah gue juga bingung, padahal waktu itu gue kan diterimanya ya kalau bukan di tempatkan di bagian perencanaan ya di bagian pemasaran." jawab Grea menghela napasnya kasar.
" Ya udah loe yang sabar aja ya, semoga aja loe gak lama-lama jadi OG!" ucap Caca menyemangati.
" Thanks ya Ca!"
" Ehh.. siapa nama loe?" tanya Sisil teman satu bagian dengan Caca
" Grea mbak!" jawab Grea
" Sini loe!" pinta Sisil jutek
Grea dengan malas mau tidak mau menghampiri Sisil. " Ada apa mbak?" tanya Grea dengan sopan
" Loe cariin gue bubur ayam dan jangan lupa kuahnya dipisah!" perintah Sisil dengan sombong" Ini duitnya!" saat tangan Grea hendak mengambil duit ditangan Sisil dengan sengaja Sisil malah menjatuhkan uang tersebut.
Grea menggeram menahan kekesalannya, andai saja dia tahu siapa Grea apa mungkin Sisil masih berani bersikap angkuh seperti itu.
" Gre!" lirih Caca melihat Grea diperlakukan tidak baik oleh Sisil yang memang dari segi usia jauh lebih tua dari Grea dan Caca.
" Gre loe gak apa-apa?" tanya Caca saat menyusul Grea yang sudah keluar dari ruangan tersebut.
" Gue gak apa-apa, santai aja kali Ca, selama dia gak berbuat macam-macam tuh Mak lampir masih aman Ca!" sahut Grea santai
" Mak lampir?" Caca menautkan alisnya
" Iya, cewek tua yang suka marah-marah siapa lagi kalau bukan Mak lampir" ucap Grea membuat Caca tertawa.
" Udah balik loe gih keruangan loe, ketahuan big bos bau tahu rasa loe karyawannya keluyuran!" suruh Grea
" Iya gue balik, tapi loe kalau ada apa-apa bilang ya sama gue!" pinta Caca
" Iya bawel!" Grea pun pergi mencari pesanan Sisil dan Caca sudah kembali ke ruangannya.
...🖤...
Di restoran X Arvan tengah duduk bersama dengan seorang wanita cantik dengan senyum yang masih saja mengembang setiap kali menatap wajah tampan pria yang berada dihadapannya.
" Kamu kenapa dari tadi senyum terus?" tanya Arvan pada wanita yang duduk di hadapannya.
" Gak kenapa-napa cuma sedikit kagum aja, ternyata kamu itu berubah banget ya sekarang, semakin tampan" ucap wanita yang tidak lain adalah Talita.
" Kamu juga semakin cantik Tali" ucap Arvan membuat Talita seketika bersemu
Arvan dan Talita memang sudah lama tidak bertemu tepatnya terakhir mereka bertemu pada saat di lobi kantor papanya Talita di Australia dan mereka hanya berkomunikasi lewat telpon saja.
" Ah kau ini seperti sahabatku saja masih memanggil ku dengan sebutan itu" Talita tergelak dan suasana yang awalnya sedikit canggung kini sedikit biasa.
Talita adalah putri dari rekan bisnis Arvan yang berada di Australia. pertemuan mereka pada saat orang tua Talita tengah mengadakan pesta ulang tahun perusahaannya dan pada saat itu Arvan dan tuan Zaindra adalah tamu istimewa dari papa Talita.
Flashback on
Disaat pesta tengah berlangsung Talita yang merasa jenuh karena tidak ada satupun tamu yang ia kenal, Talita memutuskan untuk pergi dari ballroom dan baru saja hendak melangkah tanpa sengaja ia malah menubruk seseorang yang tengah membawa segelas minuman hingga minuman itu tumpah dan mengenai jas yang dikenakan oleh orang tersebut yang tidak lain adalah Arvandra.
" Maaf tuan, saya tidak sengaja!" ucap Talita dengan sedikit gugup.
Arvan berlalu begitu saja dengan wajah dinginnya. " Duh itu cowok ganteng banget, siapa ya kira-kira?" batin Talita.
Sampai pada puncak pesta yang diadakan pesta dansa, Talita yang ingin meninggalkan ballroom pun akhirnya tidak jadi karena rasa penasarannya terhadap pria yang ditabraknya.
" Hai nona mau berdansa denganku?" tanya seorang laki-laki yang berbadan sedikit gemuk.
" Maaf saya tidak bisa!" ucap Talita ketus.
" Hai nona jangan sok jual mahal, ayolah berdansa dengan ku!" ajak pria itu kembali dengan sedikit memaksa.
" Tuan, apa pendengaran Anda bermasalah, aku sudah bilang tidak ya tidak" Talita hendak pergi meninggalkan pria tersebut namun pria itu malah menarik tangan Talita.
" Tuan jaga sikap anda, itu kekasih saya jika dia tahu anda bersikap tidak sopan terhadap saya anda akan kena masalah!" ucap Talita yang menunjuk asal dan malah tepat ke arah Arvan.
Pria gendut yang tahu siapa itu Arvan malah tertawa. " Kau tidak perlu berbohong nona, dia itu tuan Arvandra tidak mungkin dia kekasihmu!" ucap laki-laki itu yang masih tertawa.
" Dia benar kekasihku, aku tidak berbohong!" ucap Talita yang dengan mengumpulkan sedikit keberaniannya menghampiri Arvan dan langsung menarik tangannya.
Arvan tercengang karena tiba-tiba ada gadis yang dengan berani menarik tangannya dan membawanya menemui laki-laki tersebut.
" In.. ini kekasihku, apa kamu percaya sekarang!" ucap Talita dengan percaya dirinya
" Tuan Arvandra!" ucap si pria tersebut dengan sopan lalu pergi meninggalkan Talita dan Arvan begitu saja
Arvan menatap tajam ke arah Talita yang sudah berani menarik tangannya. " Kau lancang sekali nona!" ucap Arvan dengan nada dingin membuat Talita nampak pias dan sulit menelan salivanya.
" Ma.. maafkan saya tuan!" Arvan tidak mendengarkan kata maaf dari Talita dan malah pergi begitu saja.
Sampai pada akhirnya Talita memutuskan untuk pulang karena sudah jenuh berada di pesta tersebut.
Saat hendak masuk ke dalam mobil tiba-tiba tangan Talita ada yang menarik dari belakang, dan betapa terkejutnya Talita melihat pria bertubuh gempal yang ia temui di dalam ballroom tengah menarik tangannya paksa namun saat pria itu ingin membawa Talita tiba-tiba.
Bugh
Seseorang menghempaskan Bogeman mentah ke wajah si pria tersebut hingga tersungkur.
" Jangan pernah berani tangan kotormu itu menyentuh paksa wanita dihadapan ku!" ancam Arvan pria yang baru saja memberikan Bogeman mentah tersebut.
Pria bertubuh gempal itu langsung bangkit dan berlari ketakutan.
" Te.. Terima kasih tuan!" ucap Talita gugup
Arvan menolong Talita bukan karena Arvan menyukai Talita tapi karena Arvan merasa tidak tega jika melihat seorang wanita dianiaya oleh laki-laki, dia teringat akan adiknya jika posisi Talita adalah adiknya bagaimana? .
Arvan tidak merespon ucapan terima kasih dari Talita membuat Talita mendengus kesal tapi bagaimana pun caranya Talita harus membalas kebaikan Arvan yang sudah menolongnya.
" Tuan... tuan... !" panggil Talita mengejar Arvan
" Tuan tolong tunggu dulu!" Arvan menghentikan langkahnya tanpa menoleh
" Nama saya Talita tuan, bagaimana caranya agar saya bisa membalas kebaikan tuan!" ucap Talita dengan takut-takut
Arvan menoleh dengan tatapan mata yang sulit di artikan.
" Tu... tuan mau apa?" tanya Talita terbata-bata
" Jadilah kekasihku Tali!" ucap Arvan tiba-tiba membuat Talita seketika mematung. karena tidak mendapat respon apa-apa dari Talita Arvan dengan langkah tegas masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan Talita begitu saja yang masih berdiri mematung karena keterkejutannya.
Ke esokannya Talita mendatangi kantor papanya dan benar saja Arvan pun datang ke kantor milik papanya Talita. pada saat melihat Arvan berjalan di lobi dengan langkah cepat Talita menghampirinya.
" Tuan!" panggil Talita
Arvan menoleh dengan tatapan datar " Tuan apa bisa kita bicara sebentar?" tanya Talita
Arvan mengerutkan keningnya sementara Hanan yang berada di samping Arvan hendak melangkah dan menyuruh Talita pergi.
" Nona anda siapa? sebaiknya Anda pergi saja nona !" ucap Hanan
" Saya mau bicara dengan tuanmu !" ucap Talita
" Hai Tali bicaralah sekarang waktuku tidak banyak!" ucap Arvan
" Ishh Tali.. Tali.. namaku Talita tuan kenapa dia memanggilku dengan nama itu sih, jadi mengingatkan aku pada Greandira!" batin Talita protes.
" Maaf tuan, ap.. apa tawaran tuan semalam masih berlaku?" tanya Talita ragu-ragu
" Tawaran?" Arvan memincingkan alisnya
" Iy..iya tuan, sebagai balas budi saya bersedia menerima tawaran tuan!" ucap Talita
" Siapa yang bisa menolak dijadikan kekasih oleh pria setampan dia?" batin Talita
" Tawaran yang mana?" tanya Arvan yang lupa dengan ucapannya semalam.
" Menjadi kekasih tuan!" dengan beraninya Talita berucap.
Arvan terdiam dan mengingat kembali kejadian tadi malam
" Hai nona apa kau sedang mabuk?" tanya Hanan
" Ak..aku tidak mabuk" ucap Talita
" Ya aku ingat, Baiklah kalau begitu sekarang kau adalah kekasih ku!" ucap Arvan tiba-tiba membuat Talita dan Hanan tercengang
" Pre... Presdir anda_?" ucap Hanan terkejut dengan pernyataan tuannya.
" Kalian jangan salah paham, kau akan menjadi kekasihku tapi kekasih pura-pura, aku paling tidak suka berkomitmen tapi karena orang tua ku slalu memaksaku untuk menikah jadi kau harus berpura-pura menjadi kekasihku sampai hari pernikahan adikku, setelah itu sandiwara kita selesai dan aku anggap hutang budimu lunas!" ucap Arvan tegas dan dengan berat hati karena hanya dijadikan kekasih pura-pura Talita pun menyetujuinya.
Namun sehari sebelum pernikahan adik kandung Arvan yaitu Arindia, tiba-tiba Talita jatuh sakit dan tidak bisa datang ke Indonesia.
Arvan tadinya kecewa tapi karena mamanya sudah jarang membahas tentang pernikahannya lagi dan sibuk dengan persiapan pernikahan sang adik membuat Arvan sedikit lega, setidaknya mamanya tidak lagi menanyakan tentang kekasihnya yang pernah ia katakan beberapa bulan yang lalu.
flashback off
" Bagaimana Van, apa kamu masih membutuhkan aku untuk menjadi kekasih pura-pura kamu lagi?" tanya Talita
Semenjak sering berkomunikasi lewat telpon Arvan dan Talita mulai akrab dan panggilan Talita pun berubah menjadi Arvan tidak tuan lagi.
" Aku rasa itu tidak perlu lagi" jawab Arvan sambil memakan makanannya.
" Kenapa? apa mamamu sudah tidak memaksamu untuk menikah?" tanya Talita dan Arvan mengangguk
" Sayang sekali ya!" ucap Talita
" Maksudmu?" tanya Arvan menghentikan makannya.
" Padahal aku sengaja pulang ke Indonesia hanya karena berharap bisa menjadi kekasih pura-pura kamu, atau kalau tidak menjadi kekasih mu sesungguhnya juga aku tidak keberatan" ucap Talita membuat Arvan meletakkan sendok dan garpu yang berada di tangannya.
" Kamu tahu Van, semenjak aku mengenalmu aku selalu memikirkan mu apalagi saat kau memintaku untuk menjadi kekasihmu" ucap Talita lagi.
" Kekasih pura-pura tepatnya!" ucap Arvan membenarkan ucapan Talita.
" Tapi kenapa kita tidak menjadi kekasih sungguhan saja Van?" tanya Talita yang sudah menggenggam tangan Arvan yang berada di atas meja.
Arvan langsung menarik tangannya dan mendelik tajam.
" Jaga sikap anda nona Talita!" ucap Hanan yang memang sejak awal mereka bertemu Hanan sudah tidak suka.
Arvan beranjak dari duduknya, " aku harap ini pertemuan kita yang terakhir, jika kamu masih berharap lebih padaku!" ucap Arvan tegas
" Tapi kenapa Van? apa aku kurang cantik?" tanya Talita yang sudah beranjak dari duduknya
" Karena aku bukan lagi Arvandra yang dulu, aku su_" ucapan Arvan terpotong
" Maaf tuan anda sudah hampir telat meeting hari ini dengan CEO PT. Sadewa Grup !" ucap Hanan
" Baiklah kalau begitu kita pergi sekarang!" ucap Arvan yang langsung pergi dan diikuti oleh sekretarisnya Hanan.
Arvan dan Hanan sudah pergi dari restoran x menuju hotel Zaindra untuk bertemu dengan CEO PT. Sadewa Grup.
Talita mendengus kesal lalu pergi keluar dari restoran tersebut dan saat ia tengah mengumpat dalam hati langkahnya tiba-tiba oleng dan menubruk seorang gadis hingga bubur yang ada di tangannya terlepas begitu saja.