Alistair, seorang pemuda desa yang sederhana, mendapati dirinya dihantui oleh mimpi-mimpi aneh tentang pertempuran dan pengkhianatan. Tanpa disadarinya, ia adalah reinkarnasi dari seorang ksatria terhebat yang pernah ada, namun dikutuk karena dosa-dosa masa lalunya. Ketika kekuatan jahat bangkit kembali, Alistair harus menerima takdirnya dan menghadapi masa lalunya yang kelam. Dengan pedang di tangan dan jiwa yang terkoyak, ia akan berjuang untuk menebus dosa-dosa masa lalu dan menyelamatkan dunia dari kegelapan abadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhimas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 Perjalanan Dimulai
Alistair terpaku di tempatnya, matanya membelalak ngeri menyaksikan kehancuran yang melanda desanya, Willow Creek. Api menjilat-jilat rumah-rumah kayu, mengirimkan asap hitam pekat ke langit senja. Teriakan kesakitan dan ketakutan memecah keheningan yang sebelumnya damai. Mayat-mayat bergelimpangan di jalanan, wajah mereka membeku dalam ekspresi ngeri.
"Tidak! Tidak mungkin!" Alistair berteriak, suaranya tercekat di tenggorokan. Ia berlari menuju desa, Lightbringer terhunus di tangannya, siap untuk menghadapi siapa pun yang bertanggung jawab atas pembantaian ini.
Merlin mengikuti dari belakang, wajahnya dipenuhi kesedihan dan kemarahan. "Makhluk-makhluk itu... mereka pasti dikirim oleh Valerius," gumam Merlin, matanya menyipit menatap kegelapan yang menyelimuti desa.
Saat Alistair memasuki desa, ia melihat makhluk-makhluk mengerikan berkeliaran di antara reruntuhan. Mereka adalah makhluk kegelapan yang mengerikan, dengan kulit pucat, mata merah menyala, dan cakar tajam yang meneteskan darah. Mereka menyerang siapa pun yang mereka temui, tanpa ampun dan tanpa belas kasihan.
Alistair menyerang makhluk-makhluk itu dengan Lightbringer. Pedang itu bersinar dengan cahaya keemasan yang terang, membakar kulit mereka dan mengusir kegelapan yang menyelimuti mereka. Makhluk-makhluk itu menjerit kesakitan dan hancur menjadi debu saat terkena cahaya Lightbringer.
Alistair bertempur dengan gagah berani, melindungi penduduk desa yang masih hidup dan membalas dendam atas kematian mereka yang telah gugur. Ia menebas, menusuk, dan membakar makhluk-makhluk itu dengan Lightbringer, tanpa henti dan tanpa ragu.
Namun, jumlah makhluk-makhluk itu terlalu banyak. Alistair mulai kelelahan dan terluka. Ia tahu bahwa ia tidak bisa mengalahkan mereka sendirian.
Tiba-tiba, ia mendengar suara teriakan yang familiar. Ia menoleh dan melihat ibunya, Sarah, berlari ke arahnya, wajahnya dipenuhi ketakutan.
"Alistair! Nak, kau baik-baik saja?" teriak Sarah, air mata mengalir di pipinya.
"Ibu! Apa yang kau lakukan di sini? Kau harus pergi dari sini!" teriak Alistair, khawatir akan keselamatan ibunya.
"Aku tidak bisa meninggalkanmu, Nak," kata Sarah. "Aku akan bersamamu sampai akhir."
Tiba-tiba, seorang makhluk kegelapan melompat ke arah Sarah, siap untuk menyerangnya. Alistair berteriak dan berlari untuk menyelamatkan ibunya, tetapi ia terlambat.
Namun, sebelum makhluk itu bisa mencapai Sarah, sebuah panah perak melesat dan menembus jantung makhluk itu. Makhluk itu menjerit dan jatuh ke tanah, hancur menjadi debu.
Alistair dan Sarah menoleh dan melihat seorang wanita berdiri di dekat mereka. Wanita itu mengenakan baju zirah kulit dan membawa busur dan anak panah perak. Ia memiliki rambut merah panjang dan mata hijau yang tajam.
"Siapa kau?" tanya Alistair dengan nada curiga.
"Namaku Lyra," jawab wanita itu. "Aku adalah seorang pemburu, dan aku datang untuk membantu kalian."
Lyra menjelaskan bahwa ia telah mendengar tentang serangan di Willow Creek dan datang untuk membantu. Ia adalah seorang ahli dalam berburu makhluk kegelapan dan ia memiliki banyak pengalaman dalam bertempur.
"Kita harus pergi dari sini," kata Lyra. "Desa ini sudah tidak aman lagi. Kita harus mencari tempat yang aman untuk berlindung."
Alistair setuju. Ia tahu bahwa mereka tidak bisa tinggal di Willow Creek lebih lama lagi. Mereka harus pergi dan mencari bantuan.
"Bagaimana dengan penduduk desa yang lain?" tanya Alistair.
"Aku akan membantu mereka untuk mengungsi," kata Lyra. "Kita akan membawa mereka ke tempat yang aman."
Lyra dan Alistair membantu penduduk desa yang masih hidup untuk mengungsi dari Willow Creek. Mereka membawa mereka ke sebuah hutan yang lebat di dekat desa, tempat di mana mereka bisa berlindung dari makhluk-makhluk kegelapan.
Merlin membantu menyembuhkan luka-luka penduduk desa dan memberikan mereka makanan dan minuman. Ia juga menggunakan sihirnya untuk melindungi mereka dari makhluk-makhluk kegelapan.
Setelah memastikan bahwa penduduk desa aman, Alistair, Merlin, dan Lyra berkumpul untuk membahas apa yang harus mereka lakukan selanjutnya.
"Kita harus mencari cara untuk mengalahkan Valerius," kata Alistair dengan nada serius. "Dia adalah ancaman yang terlalu besar untuk diabaikan."
"Aku setuju," kata Merlin. "Tapi kita tidak bisa mengalahkannya sendirian. Kita membutuhkan bantuan."
"Aku tahu tempat di mana kita bisa menemukan bantuan," kata Lyra. "Kota Silverwood. Kota itu adalah rumah bagi para ksatria dan penyihir terhebat di dunia. Mereka pasti akan membantu kita."
"Silverwood?" tanya Alistair. "Aku pernah mendengar tentang kota itu. Kota itu jauh dari sini, bukan?"
"Ya," kata Lyra. "Perjalanan ke Silverwood akan memakan waktu berhari-hari. Tapi itu adalah satu-satunya harapan kita."
Alistair berpikir sejenak. Ia tahu bahwa perjalanan ke Silverwood akan berbahaya, tetapi ia juga tahu bahwa mereka tidak punya pilihan lain.
"Baiklah," kata Alistair. "Kita akan pergi ke Silverwood. Kita akan mencari bantuan dan mengalahkan Valerius."
"Bagus," kata Merlin. "Kalau begitu, mari kita bersiap-siap untuk perjalanan kita."
Mereka memutuskan untuk berangkat ke Silverwood keesokan harinya. Mereka mengumpulkan perbekalan, mempersiapkan senjata, dan mengucapkan selamat tinggal kepada penduduk desa yang akan tinggal di hutan.
Keesokan paginya, Alistair, Merlin, dan Lyra meninggalkan Willow Creek dan memulai perjalanan mereka ke Silverwood. Mereka berjalan melewati hutan yang lebat, melintasi sungai yang deras, dan mendaki gunung yang tinggi. Mereka menghadapi berbagai macam bahaya di sepanjang jalan, mulai dari binatang buas hingga perampok.
Namun, mereka tidak menyerah. Mereka terus berjalan, didorong oleh harapan untuk menemukan bantuan dan mengalahkan Valerius.
Saat mereka berjalan, Alistair mulai merasakan perubahan dalam dirinya. Ia menjadi lebih kuat, lebih cepat, dan lebih bijaksana. Ia belajar tentang dunia di luar Willow Creek dan ia bertemu dengan orang-orang yang berbeda. Ia mulai memahami takdirnya dan ia siap untuk menghadapinya.
Alistair tahu bahwa perjalanan ke Silverwood akan sulit, tetapi ia juga tahu bahwa ia tidak sendirian. Ia memiliki Merlin dan Lyra di sisinya, dan ia memiliki Lightbringer di tangannya. Ia siap untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi.