NovelToon NovelToon
Whispers Of A Broken Heart

Whispers Of A Broken Heart

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:752
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Kisah dewasa (mohon berhati-hati dalam membaca)

Rianti bekerja di perusahaan milik Bramantya, mantan suami adiknya. Menjelang pernikahannya dengan Prabu, ia mengalami tragedi ketika Bramantya yang mabuk dan memperkosanya. Saat Rianti terluka dan hendak melanjutkan hidup, ia justru dikhianati Prabu yang menikah dengan mantan kekasihnya. Di tengah kehancuran itu, Bramantya muncul dan menikahi Rianti, membuat sang adik marah besar. Pernikahan penuh luka dan rahasia pun tak terhindarkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Bramantya melajukan mobilnya sekencang mungkin sampai membuat Rianti ketakutan.

"Bram, jangan mengebut seperti ini. A-aku takut!"

Bramantya malah tertawa terbahak-bahak melihat istrinya yang ketakutan seperti itu.

Mendadak ia langsung menginjak rem dan membuat kepala Rianti menghantam dashboard sampai mengeluarkan darah.

Bramantya hanya melihat dan ia kembali melanjukan mobilnya m

Rianti mengambil tisu untuk menahan luka dikening nya.

Tak berselang lama mereka telah sampai di rumah.

Bramantya kembali menarik tangan istrinya dan memintanya untuk duduk.

Ia mengambil tisu dari laci dan perlahan mengusap darah di kening Rianti.

Setelah itu Bramantya mengambil plester dan memasangnya di kening istrinya.

“Kalau kamu pikir ini hanya kesalahan kecil. Kamu salah besar. Sekarang, aku akan menghukummu,” ucap Bramantya sambil menatapnya lurus.

Bramantya berjalan ke meja dan mengambil kontrak pernikahan yang sudah ditandatangani.

“Kamu sudah menandatangani ini dan semua aturan harus diikuti. Tapi, hari ini kamu sudah melanggarnya dan aku harus menghukummu." ucap Bramantya yang kemudian menyeret Rianti ke arah halaman belakang rumah.

Rianti melihat taman yang begitu besar dan kolam ikan koi.

"Hukuman kamu hari ini sangat mudah. Kamu hanya perlu menyapu semuanya dan menguras kolam sampai bersih."

Bramantya mengambil sapu, ember, dan peralatan lainnya.

"Aku akan berangkat kerja dan jangan lakukan hal yang membuat aku marah." ucap Bramantya.

Rianti membuang semua nya dan berjalan ke arah Bramantya yang masih berdiri di hadapannya.

"Apa yang kamu inginkan sebenarnya, Bram? Apa aku pernah membuat kesalahan sebelum kita menikah? Kenapa kamu melakukannya? Padahal kamu yang sudah memperkosa aku, Bram. Dan sekarang seenaknya kamu menjadikan aku boneka! AKU PERGI DAN CERAIKAN AKU SEKARANG!!'

Rianti menghapus air matanya dan mencoba memberanikan diri untuk melawan suaminya.

Bramantya tertawa terbahak-bahak mendengar teriakan Rianti.

“Hahaha!! Rianti, kamu sungguh terlalu percaya diri."

Rianti menatapnya dengan penuh amarah dengan air matanya masih mengalir.

“Kamu gila, Bram! Aku tidak pernah menatapmu, tapi itu bukan alasan untuk membenci aku sampai seperti ini!”

Bramantya melangkah lebih dekat, senyumnya masih tipis tapi dingin.

“Aku membenci kamu, karena selama ini kamu tidak pernah melihatku sama sekali. Kamu selalu diam dan sibuk dengan Prabu. Dan itu membuatku muak. Aku ingin kamu merasakan bagaimana rasanya ketergantungan, rasa takut, dan perhatian yang selama ini kamu berikan padanya.”

Rianti menahan napasnya dan hatinya campur aduk antara marah dan ngeri.

“Aku menikahi Linda, adikmu. Hanya untuk membuatmu cemburu. Tapi kamu sama sekali tidak peduli! Kamu tetap tidak melihatku. Jadi aku harus mengambil langkah lebih jauh agar kamu benar-benar merasakan aku ada di hidupmu.”

Rianti membelalakkan matanya saat mendengar perkataan dari mulut Bramantya.

“Kamu gila, Bram! Apa yang kamu lakukan ini keterlaluan!”

Rianti memukul-mukul dada bidang suaminya yang sudah keterlaluan.

Bramantya menatapnya dengan mata penuh kendali, suara dinginnya menusuk.

“Kalau kamu berani pergi, Rianti. Aku punya video malam itu. Video yang akan aku sebarkan kalau kamu menolak untuk berada di sisiku. Kamu akan menjadi bahan omongan semua orang, dan Mama pasti akan terkena serangan jantung."

Rianti terdiam sejenak, jantungnya berdegup kencang.

“Apa maksudmu?!” tanya Bramantya.

Bramantya tersenyum tipis, menatap tajam ke matanya.

“Ini tentang kekuasaan, Rianti. Tentang siapa yang menang. Dan aku yang menang sekarang.”

Rianti yang sudah tidak sabar langsung mendorong tubuh suaminya.

Bramantya yang kehilangan kendali langsung menarik tangan istrinya.

BYUR!

Mereka berdua jatuh di kolam renang yang lumayan dalam.

Rianti yang tidak bisa berenang mencoba menggerak-gerakkan kakinya.

"T-tolong..."

Tubuh Rianti langsung tenggelam di dasar kolam renang.

Bramantya yang berhasil naik ke atas dan melihat jika istrinya meminta tolong.

“Aku tahu kamu hanya berpura-pura, Rianti,” gumamnya sinis.

Tubuh Rianti mengapung dan Bramantya baru sadar jika istrinya tenggelam.

Ia langsung melompat dan menyelamatkan istrinya yang sudah pucat.

Tubuh Rianti sudah dingin ketika Bramantya mengangkatnya ke pinggir kolam.

“Rianti!!” teriaknya panik.

Ia menepuk-nepuk pipi istrinya, tapi Rianti tidak juga sadar.

“Jangan mati, jangan mati gara-gara aku!”

Bramantya langsung melakukan CPR, menekan dada Rianti berulang kali.

“Bangun, Rianti! Jangan berani tinggalkan aku sekarang!”

Beberapa detik yang terasa seperti berjam-jam, Rianti akhirnya tersedak air dan batuk keras.

Air mengalir keluar dari mulutnya, membuat tubuhnya kembali bergerak.

Bramantya menghela napas panjang, lega sekaligus gemetar.

Ia langsung memeluk Rianti erat-erat, meski tubuh istrinya masih lemah.

"M-mas Prabu..." ucap Rianti.

Mata Bramantya langsung merah, rahangnya mengeras.

“Prabu lagi yang kamu panggil, Ri?! Aku yang telah menyelamatkanmu dari kematian dan kamu masih sebut nama dia?!” teriak Prabu dengan suara pecah.

Ia memeluk tubuh Rianti lebih erat, seakan takut istrinya lepas dari genggamannya.

“Kamu milikku, Rianti! Hanya milikku! Jangan pernah sebut nama dia lagi!”

Rianti yang setengah sadar hanya bisa menangis pelan, tubuhnya masih gemetar.

Bramantya mengangkat tubuhnya dengan kasar, membopongnya masuk ke dalam rumah.

Setiap langkahnya berat, bukan karena fisik, tapi karena hatinya sendiri penuh gejolak.

“Kamu nggak boleh tinggalkan aku. Kamu denger, Rianti? Sekali pun kamu benci aku, aku nggak akan lepaskan kamu ke Prabu.”

Sesampainya di kamar, ia menidurkan Rianti di atas ranjang.

Rambut Rianti basah menempel di wajah pucatnya.

Bramantya duduk di tepi ranjang, menatap wajah istrinya dengan campuran amarah dan rasa takut.

DRRT… DRRT… DRRT…

Ponsel Rianti yang tergeletak di nakas bergetar, layar menyala menampilkan nama Prabu.

Mata Bramantya langsung membelalak, rahangnya mengeras.

Tangannya yang gemetar meraih ponsel istrinya dengan cepat.

Ia menatap layar beberapa detik, seolah sedang menahan badai dalam dadanya.

Dengan sekali geser, ia mengangkat panggilan itu.

“Rianti? Kamu baik-baik saja? Dari tadi aku hubungi nggak bisa, aku khawatir sama kamu, Ri” ucap Prabu.

Bramantya menatap wajah Rianti yang masih terbaring tak sadar, lalu tatapannya kembali ke layar ponsel.

Ia tidak berkata apa-apa, hanya mendengarkan ucapan dari Prabu.

“Ri, aku masih di sini. Aku nggak akan biarkan kamu sendirian, Ri. Kamu dengar aku kan?”

Jantung Bramantya berdetak kencang dan genggaman tangannya di ponsel semakin kuat.

“Ri, aku janji akan selalu mencari kamu. Kamu bukan milik siapa pun, kamu milikku.”

BRAK!

Bramantya mematikan ponsel itu tanpa sepatah kata pun.

Nafasnya memburu, wajahnya menegang, dan ponsel itu nyaris hancur dalam genggamannya.

Ia menoleh ke arah Rianti, yang masih lemah di atas ranjang.

“Jadi begini, ya? Bahkan setelah hampir mati, kamu masih berani terhubung dengan dia?” bisik Bramantya

Bramantya mengepalkan tangannya, lalu meletakkan ponsel itu kembali di nakas dengan keras.

“Kalau begitu, aku akan pastikan satu hal, Rianti. Mulai sekarang, aku akan membelikan kamu ponsel baru." ucap Bramantya yang kembali menatap layar ponsel itu lagi.

Nama Prabu masih tertera jelas di sana, seakan mengejeknya.

Nafasnya memburu, wajahnya merah karena amarah yang nyaris tak terbendung.

PRANGG!!

Ponsel Rianti dibanting ke lantai hingga pecah berkeping-keping.

Suara pecahan kaca memenuhi kamar, membuat Rianti yang masih lemah hanya bisa terkejut dengan sisa tenaga.

Bramantya menunduk, memungut sisa ponsel itu dengan tangan gemetar, lalu melangkah cepat ke arah tempat sampah di pojok kamar.

Dengan sorot mata tajam, ia melemparkan ponsel itu ke dalamnya.

“Mulai malam ini, tidak ada lagi yang namanya Prabu di hidupmu, Rianti. Hanya ada namaku, mama kamu dan mamaku” ucapnya dingin, suaranya bergetar menahan amarah.

Ia kembali duduk di samping tempat tidur istrinya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!