NovelToon NovelToon
Legenda Seorang Gus

Legenda Seorang Gus

Status: tamat
Genre:Spiritual / Tamat
Popularitas:951
Nilai: 5
Nama Author: David Purnama

Kisah kehidupan seorang Gus yang membawa obor kebenaran di medan gelap perjuangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kehidupan di Dalam Hutan Belantara

Hari ke beberapa masuk sekolah

Di bawah pohon ulin yang berusia ratusan tahun.

Ci seekor anak kancil yang periang. Satu-satunya murid perempuan.

Wok anak gajah yang lucu dan menggemaskan. Berjenis kelamin jantan. Setiap hari berat badannya semakin membengkak karena rajin makan rumput.

Su satu-satunya anak manusia. Memiliki tubuh yang kuat seperti anak binatang yang lain.

Tapi Su lebih unggul dari segi isi kepala dibandingkan dengan dua temannya.

Itu terjadi karena beberapa tahun yang lalu sebelum dihanyutkan ke sungai. Bayi Su terlebih dahulu sudah pernah beberapa minggu disusui oleh ibunya.

Perbandingan asi manusia dengan asi hewan terletak pada kandungan nutrisi dan juga fungsinya.

Dengan memperoleh dua perpaduan jenis air susu ibu. Su tumbuh dengan keistimewaan.

Fisik dan daya tahan tubuhnya jauh lebih kuat daripada anak manusia pada umumnya.

Dengan akal yang lebih pintar dan cerdas beradaptasi daripada anak binatang siapa pun di dalam hutan belantara.

Di bawah pohon ulin yang berusia ratusan tahun. Mereka bertiga sudah datang pagi-pagi.

Tapi Mia guru mereka belum juga kelihatan.

Biasanya orangutan itu yang suka terlebih dahulu datang.

Turun dari atas langit kepada mereka seekor burung rangkong.

"Selamat pagi anak-anak",

"Kalian bertiga murid Mia bukan?",

"Mia hari ini tidak bisa berangkat mengajar karena ia sedang kurang enak badan ",

Kata burung rangkong yang memiliki paruh seperti tanduk sapi itu.

"Lalu apa yang harus kami lakukan?",

"Kalian bertiga bermain lah dan jangan lupa pulang sebelum malam",

"Hari ini kalian libur anak-anak",

Burung rangkong itu hanya membawa kabar. Sebentar lalu pergi terbang.

Ci, Wok dan Su sekarang bebas. Mereka bertiga hari ini tidak ada kelas.

"Apa yang akan kita lakukan?",

"Bagaimana kalau kita pergi ke perbatasan?",

Su dari dulu ingin sekali melihat manusia sepertinya.

"Bukankah kita dilarang untuk pergi ke sana?",

"Itu terlalu berbahaya Su",

"Mereka punya senjata api yang bisa menembakkan peluru dari jarak yang sangat jauh",

Ci dan Wok menolak ajakan Su untuk pergi ke kawasan perbatasan hutan belantara dengan wilayah pemukiman manusia.

"Bagaimana kalau kita pergi ke hutan sisi barat?",

"Aku dengar di sana buahnya sedang masak-masak",

"Ini masih terlalu pagi untuk makan siang Wok",

"Kami berdua masih kenyang",

Ci dan Su menolak usulan Wok gajah gendut untuk pergi mencari makan. Yang ada di dalam pikiran anak gajah itu hanya makan dan makan.

"Bagaimana kalau kita berkunjung ke rumah Mia?",

"Aku setuju lebih baik kita ke rumah Mia untuk menghiburnya",

"Aku setuju tapi sebaiknya kita juga membawakan Mia buah tangan untuk dimakan supaya bisa lekas sembuh dan berangkat mengajar kita lagi",

Akhirnya ada usulan yang lebih masuk akal dari Ci satu-satunya perempuan diantara dua laki-laki.

Ketiga murid itu memutuskan untuk pergi ke rumah Mia.

Namun sebelumnya mereka akan pergi terlebih dahulu untuk mencari oleh-oleh.

"Apa kira-kira makanan yang paling Mia sukai?",

"Mia adalah seekor orangutan mestinya jawabannya adalah pisang",

Ci, Wok dan Su berdiskusi.

"Kalau begitu kita harus pergi ke tempat pisang terenak di hutan belantara ini tumbuh",

"Aku tahu dimana tempatnya",

Su yang selama ini hidup bersama para bekantan tentu saja tahu dimana makanan kesukaan para monyet yang paling enak bisa didapatkan.

"Ayo ikuti aku teman-teman",

"Kami percaya padamu Su",

Su berlari dengan kedua kakinya yang lincah. Melompat kesana kemari memijak tanah demi menghindari semak belukar.

Sesekali Su berayun dengan kedua tangannya yang kuat. Dari tali pohon yang satu ke tali pohon yang lain.

Diikuti oleh Ci seekor kancil yang berlari sambil melompat-lompat dengan sangat gesit.

Luar biasa dengan kecepatan yang tinggi Ci tetap stabil.

"Jangan cepat-cepat",

Dan yang paling belakang ada Wok yang sedikit tertinggal dari dua temannya.

Maklum karena seekor gajah beban tubuhnya yang paling berat.

Jika Su dan Ci menghindari rumput-rumput liar dan semak belukar. Maka Wok akan menerjang dengan kekuatannya untuk membuka jalan.

Su berhasil membawa kedua temannya di tempat pohon-pohon pisang tumbuh. Yang memiliki buah pisang terenak di dalam hutan belantara ini.

"Maafkan aku teman-teman",

"Sepertinya kita tidak bisa membawakan Mia buah pisang kesukaannya",

Su berkata demikian karena fakta buah pisang di hadapan mereka masih pentil-pentil. Hijau-hijau dan mentah.

"Sudah lah Su kita masih bisa cari buah tangan yang lain",

Ci mencoba menghibur Su.

"Sia-sia aku sudah berlari dengan susah payah untuk mengimbangi kalian berdua",

Wok tampak paling kelelahan.

Rumah kawanan orangutan di pohon beringin yang paling besar

"Permisi",

"Mau apa kalian datang kemari?",

"Kami mencari Mia",

"Jadi kalian murid-murid Mia yang baru?",

"Begitulah",

Seekor orangutan muda menerima kedatangan Ci, Wok dan Su.

"Mia berada di dalam pohon yang berlubang itu",

"Mia sedang dirawat karena kelelahan",

"Apakah kami boleh bertemu dengan Mia?",

"Tentu saja boleh kebetulan Mia sedang terbangun",

"Tapi sebaiknya kalian jangan terlalu berlama-lama biarkan Mia istirahat",

"Baiklah terimakasih",

Ada pohon beringin tua yang sudah berlubang. Di situlah sekarang Mia sedang disembuhkan.

Ci, Wok dan Su mendekati pohon berlubang.

"Permisi",

"Mau apa kalian anak-anak?",

"Kami mau menjenguk Mia",

"Jadi kalian murid-murid Mia",

"Kebetulan Mia baru terbangun mari masuk",

Di dalam ruang pengobatan

"Kalian benar-benar mengejutkanku",

"Terimakasih telah menjengukku",

"Ci, Wok dan Su",

"Apa yang kalian bawa untuk ku?",

"Ini kami membawakan berry manis",

"Terimakasih sekali",

"Kalian sangat baik hati",

"Rasanya benar-benar manis",

Mia mengajak Ci, Wok, Su dan juga seekor kera tabib yang sedang merawatnya untuk makan berry manis bersama-sama.

Ketiga murid Mia membawakan bermacam berry manis dengan jumlah yang banyak.

Setelah cukup lama menemani Mia. Ci, Wok dan Su pamit. Meninggalkan Mia yang sudah ketiduran.

Kancil, gajah dan anak manusia itu tidak langsung pulang.

Karena hari masih siang mereka melanjutkan pergi bermain.

Mereka naik ke bukit bebatuan yang konon katanya dahulu merupakan tempat tinggal dari seekor pertapa.

Mereka bertiga dengan hati-hati menapaki bebatuan yang semakin meninggi.

"Kamu harus berterimakasih kepada Ci",

"Jika kamu sudah besar nanti kamu tidak akan mungkin bisa melewati jalan bebatuan ini",

Kata Su kepada Wok.

"Darimana kamu tahu tempat ini Ci?",

"Kami para anak kancil sebelum tidur sering diceritakan dongeng tentang seekor pertapa",

"Melalui alam mimpi pertapa itu bisa meramalkan masa depan para penghuni hutan belantara",

"Apakah pertapa itu hari ini masih ada?",

"Aku tidak tahu",

"Ada yang bilang cerita itu hanya sekedar mitos",

"Ada juga yang bilang cerita tentang pertapa itu hanya sebuah karangan belaka untuk menakut-nakuti anak-anak kecil",

"Aduh....... ",

"Kenapa kamu Su?",

"Ada apa Su?",

Su berteriak kencang sekali. Saat duduk di atas bebatuan tiba-tiba ada seekor binatang yang muncul dari balik batu yang diduduki oleh Su.

"Pantatku digigit ular",

Itu adalah ular biru merah ekstrim.

Ular itu keluar dari balik batu karena kaget ekornya terjepit.

Dengan reflek melindungi diri ular itu menggigit pantat Su.

Setelah mengigit ular biru merah ekstrim itu langsung pergi menghilang. Kembali masuk ke dalam celah bebatuan.

"Itu adalah ular biru merah ekstrim",

"Sangat berbisa",

"Bukan hanya sekedar berbisa itu adalah ular yang paling berbisa di hutan belantara",

"Bagaimana ini kita harus segera menolong Su",

Sayangnya ular biru merah ekstrim yang menggigit Su bukan ular beracun biasa. Tidak bisa hanya ditolong dengan tumbukan daun-daun obat mujarab ataupun disedot bekas gigitannya.

Ular biru merah ekstrim adalah ular dengan bisa yang paling mematikan.

Wok dan Ci panik sekaligus ketakutan.

Sementara Su yang baru digigit sebentar saja sudah kehilangan kesadaran.

Su pingsan. Mukanya pucat. Dan mulai keluar keringat dingin.

"Bagaimana ini Ci?",

"Kita bawa ke tempat Mia dirawat",

Wok menaikkan Su yang sudah lemas di atas tubuhnya.

Anak gajah membawa anak manusia. Berlari untuk mencari pertolongan.

Ci berlari di depan. Anak kancil itu membuka jalan.

Di tengah perjalanan. Masih dengan berlari. Wok dan Ci dihampiri seekor burung.

Terbang di atas tiga kepala sekawan yang sedang mengalami kepayahan darurat.

"Mau kalian bawa kemana anak manusia yang sedang sekarat itu?",

Burung itu adalah Jel.

Elang gunung yang jambulnya mohawk. Yang seharian tugasnya adalah berpatroli di wilayah udara hutan belantara.

"Kami mau membawa teman kami ke tempat para kera diobati",

"Belum sampai di sana teman kalian sudah mati",

"Lalu kami harus bagaimana elang?",

"Ikuti aku",

Wok dan Ci yang membawa Su yang sudah semakin lemas menuruti perintah Jel.

Mereka mengikuti kemana elang itu pergi terbang dengan rendah.

Tidak lama mereka sampai di tempat yang dituju.

"Bukankah ini anak sungai rumahnya ular-ular berbisa?",

Ci dan Wok terkejut.

Jel membawa mereka ke sarang ular-ular beracun.

"Kenapa kamu membawa kami ke tempat ini?",

"Hanya di tempat ini anak manusia itu bisa disembuhkan setelah digigit bisa ular biru merah ekstrim",

Rupanya Jel mengawasi ketiga anak itu ketika sedang bermain di bukit bebatuan.

"Ada apa ini kenapa kalian ribut sekali?",

Yang punya kuasa di tempat anak sungai itu akhirnya menampakkan diri.

Namanya adalah Cob. Seekor king kobra.

"Hai Cob",

"Maafkan kami mengganggu tidur siang mu",

"Hai Jel ada apa ini?",

"Anak manusia ini terkena racun ular biru merah ekstrim",

"Kalau begitu cepatlah masukan anak manusia itu ke dalam air",

"Kami akan menolongnya",

"Kalian dengar sendiri anak-anak",

"Mana mungkin kami mencelakakan kalian",

"Baiklah",

Wok melempar Su ke dalam air anak sungai. Rumah ular-ular berbisa.

Begitu Su masuk ke dalam air. Ratusan ular berbisa langsung mengerubungi dan mengigit Su.

Menyuntikkan racun-racun mereka ke dalam tubuh anak manusia.

Termasuk juga Cob king kobra yang paling besar.

Ci dan Wok penuh tanda tanya penasaran.

Kenapa Su yang sedang sekarat akibat terkena gigitan racun ular biru merah ekstrim?

Sekarang justru ditambah dengan racun dari gigitan ular-ular berbisa yang lain?

Jel yang menjawab pertanyaan mereka.

"Bisa ular biru merah ekstrim adalah bisa yang paling mematikan",

"Untuk membunuh racun dari ular biru merah ekstrim",

"Harus dinetralisir dengan bisa-bisa ular beracun yang lain",

"Itulah juga alasannya kenapa ular biru merah ekstrim tidak tinggal bersama dengan kawanan ular berbisa yang lain",

"Lalu bagaimana dengan teman kami Su?",

"Anak manusia itu akan selamat",

"Bahkan setelah melewati semua ini",

"Ketika teman kalian terbangun",

"Teman kalian tidak akan pernah sama lagi ",

"Teman kalian tidak akan pernah lagi mempan dengan racun binatang siapa pun",

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!