 
                            Keputusannya untuk mengubah nasib di kota lain, justru membuat Kamal harus menghadapi kisah hidup yang tidak biasa.
Pesona anak muda 22 tahun itu, membuatnya terjebak dalam asmara tak biasa. Kamal tidak menyangka kalau dia akan terlibat hubungan dengan wanita yang telah bersuami
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Setelah Mengatahui Fakta
"Jadi, sekarang kamu percaya kan? Kalau suami aku tertarik sama kamu?" ucap seorang wanita yang kini duduk di atas rumput, di salah satu sisi alun-alun, yang ada di kota tetangga. "Gimana rasanya, punya pengagum rahasia. Mal? Senang?"
Anak muda yang duduk bersamanya sambil menyesap rokok langsung bergidig sambil meringis. "Hih, ngeri, Mbak," ucap pria itu. "Menjijikan banget. Jadi pengin muntah."
"Hahahah...." sontak sang wanita langsung terbahak. "Tapi kn dia kaya, Mal. Tadi kamu dengar sendiri niat dia kan? Dia mau mengabulkan apapun yang kamu minta?"
Anak muda yang akrab dipanggil Kamal sontak mencebikan bibirnya. "Mending nggak kenal sekalian, Mbak, menakutkan," ujarnya masih menunjukan sikap seperti orang jijik. "Padahal penampilannya laki-laki banget ya, Mbak, kok bisa belok gitu?"
Wanita yang bersama kamal lantas tersenyum lebar dan dia menyesap kopi hangatnya dalam gelas plastik.
"Aku juga heran, Mal," wanita itu menatap gedung supermall yang ada di seberang jalan depan alun-alun tenpat mereka berada. "Aku juga nggak nyangka banget, cowok semacho suamiku, malah punya kelainan."
Kamal lantas menoleh, menatap wanita cantik yang kena tipu oleh suaminya sendiri. Kemudian Kamal menyesap rokoknya sambil melempar pandangan ke arah lain.
"Terus, setelah tahu semua keburukan suami, apa yang akan Mbak Tiwi lakukan ke depannya?" tanya anak muda itu.
Wanita yang akrab dipanggil Tiwi lantas mengeleng. "Aku belum tahu," ujarnya dengan suara lemah dan lirih. "Entah apa yang harus aku lakukan, aku bingung."
"Kenapa bingung, Mbak?" kamal langsung menatap lawan bicaranya. "Bukankah lebih baik pisah? Maaf, bukannya aku mempovokasi, Mbak, tapi kalau dilanjutkan, yang kasihan itu kamu, Mbak."
"Bukan cuma aku, Kamal," balas Tiwi. "Orang tuaku dan orang tua suamiku juga bakalan menanggung malu. Mereka pasti bakalan kaget jika pernikahan anaknya yang baru berumur setahun, harus kandas."
"Daripada mbak Tiwi tersiksa," ujar kamal lagi dengan suara tegas dan agak meninggi. "Bayangkan saja dalam satuu tahun ini, Mbak Tiwi tinggal di rumah sendirian, apa Mbak Tiwi bahagia?"
Tiwi tersenyum tipis. Jelas sekali kalau dia memang tidak bahagia dari tatapan matanya.
"Punya suami, tapi kaya nggak punya suami. Apa Mbak Tiwi mau, sisa hidup Mbak dihabiskan dalam rasa yang tidak pasti?" Kamal terlihat semakin berapi-api.
Tiwi lantas tersenyum lebat sembari menatap lawan bicaranya. "Sepertinya kamu sangat peduli sama aku, Mal? Apa kamu suka sama aku?"
"Ya ampun, Mbak,," Kamal jadi gemas sendiri. "Namanya juga kita saling kenal dan saat ini yang tahu masalah rumah tangga kamu tuh cuma aku doang. Emang ada orang lain yang tahu?" Tiwi langsung menggeleng. "Nah, kan? Terus aku harus diam aja gitu? Wajar kan kalau aku juga ngasih saran. Itu sih kalau Mbak Tiwi mau menerima."
Tiwi kembali tersenyum lebar. "Kamu kalau lagi kesal malah tambah ganteng ya, Mal? Aku jadi gemes," tangan kanan Tiwi terangkat dan bergerak, mencubit pipi Kamal.
"Aduhh," seru Kamal. "Sakit, Mbak," sungut anak muda itu. "Orang dibilangin baik-baik, malah nyubit pipi."
Senyum Tiwi kembali melebar. Sambil melempar tatapan ke arah gedung supermall.
"Terimakasih sudah memberiku saran. Cuma, aku juga nggak boleh gegabah mengambil keputusan, Mal. masalahnya ini bukan hanya tentang hubungan aku dengan Mas Julian saja. Tapi juga tentang hubungan kelurga besar."
Kamal mendengus. "Kalau aku yang ada di posisi kamu ya, Mbak, aku mending langsung tegas minta pisah. Enak benar, dia senang-senang sendiri, tapi kamu malah menderita "
"Senang-senang sendirian?" ucap Tiwi dengan kepala agak menunduk. "Aku juga sempat memikirkan hal itu, Mal."
"Terus?" Kamal kembali menatap lawan bicaranya. "
Tiwi membalas tatapan anak muda itu. "Kamu tahu kan, kalau di rumah itu aku kesepian?" Kamal lang sung mengangguk. "Tapi sejak kenal kamu, entah kenapa aku merasa tidak kesepian lagi, Mal."
"Hah!" Kamal sontak terperangah mendengarnya. "Tidak kesepian? Gimana maksudnya, Mbak?" Anak itu menuntut penjelasan.
"Seperti yang aku bilang tadi, sejak kenal kamu, aku merasa nggak kesepian. Setidaknya selain Mbak gita, aku kenal seseorang untuk berbagi cerita. Apa lagi kamu sekarang semakin tahu masalah rumah tangga yang aku hadapi. Aku jadi punya tempat curhat."
"Oh..." balas Kamal dengan nada panjang dan mengangguk paham, lalu dia kembali menyesap rokoknya yang tinggal setengah.
Setelah menyesap rokok, Kamal kembali memeriksa ponselnya serta membalas beberapa pesan yang masuk. Gerak-gerik Kamal pun tak lepas dari tatapan wanita yang diam-diam memperhatikan anak muda itu.
"Pesan dari siapa? Pacar?" tanya Tiwi, membuat Kamal langsung mendongak kemudian anak muda itu mendadak salah tingkah disertai gelengan dan senyuman.
"Dari teman," jawab Kamal. "Biasa, ngajakin aku main ps," ucapnya terpaksa berbohong. Karena pesan itu sebenarnya dari dua wanita yang menanyakan keberadan Kamal saat ini dan mengajak anak muda itu untuk ketemuan.
Tiwi mengangguk memilih percaya. Wanita itu tidak mau mencurigai apapun karena dia sadar, Kamal dan dirinya belum ada ikatan spesial.
"Apa kamu nggak lelah, tiap malam main ps terus?" tanya Tiwi kemudian. Namun, beberapa menit kemudian, Tiwi tidak mendapat jawaban sampai wanita itu menoleh, dan menyaksikan ternyata Kamal sedang sedang dengan ponselnya.
Tiwi pun kembali berpaling dan memilih diam sambil memperhatikan di sekitar tempat dirinya berada. Wanita itu juga sesekali memeriksa ponselnya dan membalas pesan seperlunya saja, lalu kembali melempar tatapan ke arah lain.
"Tadi kamu tanya apa?" tanya Kamal tiba-tiba sambil melempar tatapan matanya ke arah tiwi.
"Udah, lanjut aja sama teman kamu," balas Tiwi. "Nggak penting juga untuk kamu jawab," ucap wanita itu lalu kembali melempar tatapan ke arah lain.
Seketika Kamal merasa tak enak hati. Dia lantas memilih memasukan ponselnya ke dalam jaket yang dia kenakan dan mengedarkan pandangan ke sekitar.
"Mbak," panggil Kamal lagi dengan suara pelan.
"Hum," Tiwi pun langsung menoleh.
"Tadi aku dengar, katanya suami Mbak Tiwi, itunya nggak bisa tegang ya?" tanya anak muda itu lagi agak hati-hati.
Tiwi pun sontak tersenyum. "Nggak tegangnya jika sama cewek, Mal. Tapi kalau sama cowok, punya dia bisa tegang sempurna. Kenapa? Kamu tertarik pengin sama dia?"
"Dihh, amit-amit," Kamal langsung bergidig. "Berarti selama menjalin rumah tangga, Mbak Tiwi belum pernah disentuh?"
Tiwi lantas mengangguk. "Yah, begitulah, Mal," jawab Tiwi. "Kenapa, apa kamu pengin menyentuhku?"
"bukan gitu, mbak," Kamal langsung gelagapan "Aku merasa heran aja."
Senyum Tiwi pun makin melebar. "Kalau penasaran, ya kamu ajakin aku dong. Kamu rayu aku, kamu tanya aku mau nggak diajak main di kamar gitu?"
"Hehehe..." Kamal malah cengengesan.
"Punyaku masih rapat loh, ?al, masih suci, kamu nggak ada minat gitu untuk memasukinya pertama kali?"
Deg!
lanjut thor 🙏
Sepertinya tidak ada orang yang memiliki keinginan terjebak cinta yang mendalam terhadap istri orang lain. Selain menyiksa juga akan banyak tantangan yang harus dihadapi.
Menjadi orang ketiga dalam sebuah pernikahan seseorang yang terlibat dalam perselingkuhan.
Hubungan perselingkungan memang akan lebih 'memabukkan' karena mereka dibangun dalam pertemuan singkat dan sembunyi-sembunyi.
Tentu hubungan tersebut sebaiknya diakhiri agar tidak terjadi masalah dikemudian hari.
Ucapkan selamat tinggal dan katakan dirimu tidak mau melihat mereka lagi, tidak ada pengecualian.
Dirimu harus menutup pintu emosional yang terbuka dan memutus semua kontak dengannya......💘🔥✌️👌
Tetap semangat...Thor
"Berfokuslah pada tujuan, bukan pada hambatan."....💪
Salma ini adem ngomongnya,bikin tenang.pikirannya juga bijak banget...
nama mereka juga hampir sama 😆