NovelToon NovelToon
KEKUATAN 9 BATU BINTANG

KEKUATAN 9 BATU BINTANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Sunardy Pemalang

***

Thantana sangat terkejut. Ketika tiba tiba sembilan batu yang berada di telapak tangan kanannya, satu persatu menerobos masuk ke dalam tubuhnya. Melalui lengannya, seperti cahaya menembus kaca dan terhenti ketika sudah berada di dalam tubuh Thantana.

Proses ini sungguh sangat menyakitkan baginya. Hingga, sambil menahan rasa sakit yang luar biasa, Thantana mengibas ibaskan lengan kanannya, sembari tangan satunya lagi mencoba menarik sisa sisa batu yang mesih melekat pada telapak tangannya itu. Namun, semakin ia menariknya, rasa sakit itu semakin menjadi jadi. Dan di titik batu ke sembilan yang menerobos masuk, pada akhirnya Thantana jatuh tak sadarkan diri kembali...?

**kita lanjut dari bab satu yuk...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunardy Pemalang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KEMBALINYA THANTANA

Lima tahun telah berlalu, semenjak hilangnya Thantana yang terjatuh ke dalam air terjun.

 Suasana di desa Bukit Jingga atau yang di kenal dengan Giriharidra, nampak mencekam. Kabar mengenai manusia hitam dengan kekuatan batu hitam, telah menyebar di beberapa kota dan desa, termasuk desa Giriharidra tempat dimana Thantana di lahirkan.

 Meski sampai detik ini, belum ada saksi mata yang pernah menyaksikan atau melihat secara langsung makhluk tersebut. Namun sudah banyak bukti bukti bahkan tanda kemunculan makhluk hitam tersebut yang di temukan. Seperti adanya bekas cakaran di batang batang pohon pinggiran hutan yang ukuran cakar tersebut sangat besar dan membekas sangat dalam di pohon itu. Juga di temukannya lendir aneh seperti air liur di lokasi dekat pohon pohon yang penuh jejak cakaran. Bahkan di desa desa lain ada yang menemukan hewan ternaknya mati bekas gigitan gigi yang tajam, ada juga yang menemukan sehelai rambut serta telapak kaki yang aneh yang ukurannya tidak normal.

Bukti bukti serta tanda tersebut, membuktikan bahwa memang ada makhluk yang aneh itu, hanya saja belum ada yang melihatnya secara langsung. Namun meski belum ada yang melihat, warga warga desa dan kota mulai berwaspada, dan mulai rutin menjalankan ronda, guna mengantisipasi jika makhluk tersebut tiba tiba muncul di desa atau kota mereka. Bahkan patroli dari pihak kerajaan setempat sekarang mulai sering terlihat ke desa dan kota, tidak seperti sebelum sebelumnya yang hampir bisa di katakan tidak pernah patroli.

*****

Di teras rumah kayu yang cukup luas, dengan bangku bangku terbuat dari kayu gelondongan yang di belah dua. Terlihat ayah Thantana yang kini telah bisa melupakan hilangnya Thantana itu, sedang duduk dan mengobrol dengan kepala desa serta beberapa orang lainnya. Terlihat juga pemuda yang pernah memberi nasehat terhadap ayah Thantana hadir di antara mereka. Sepertinya mereka sedang membicarakan mengenai jadwal aktifitas ronda di desanya, yang sudah berjalan beberapa tahun belakangan ini.

"Desa ini termasuk salah satu desa yang letaknya di dalam hutan dan jauh dari kota raja! Di samping itu, di desa kita ini tidak ada warganya yang mempunyai kekuatan dari pecahan batu? Oleh sebab itu, kita tidak boleh lengah, kita harus terus waspada. Meskipun kabar itu masih simpang siur?" kata bapak kepala desa, yang memiliki postur tubuh yang kurus serta memiliki rambut jenggot yang putih campur hitam, memberi keterangan kepada orang orang yang hadir di tempat itu.

"Maaf kepala desa. Tapi sudah beberapa tahun kita meronda, desa kita selalu aman. Tidak ada tanda tanda adanya Makhluk yang di rumorkan itu?" kata salah satu orang yang duduk bersebelahan dengan pemuda yang pernah memberi makanan terhadap ayah Thantana.

"Betul..? Maka dari itu, aktifitas ronda ini jangan di tinggalkan. Justru dengan adanya isu itu, kita harus memperketatnya, dan mewaspadai kemungkinan kemungkinannya?" jawab si kepala desa itu, sembari meneguk air putih yang ada di cangkir di hadapannya itu.

Semua orang, termasuk ayah Thantana mengangguk anggukkan kepalanya, mendengar penuturan dari kepala desa mereka, yang terlihat sangat bijak itu.

"Oya, nanti malam jatah ayah Thantana yang meronda kan, atau siapa?" kata si kepala desa itu kembali, mempertanyakan siapa yang akan meronda nanti malam.

"Iya Ki... Nanti malam jatah saya di temani dua tetangga saya, ki?" jawab ayah dari Thantana itu kemudian.

"Baiklah, untuk hari ini cukup itu saja yang ingin ku sampaikan? Dan ingat, begitu melihat sesuatu yang mencurigakan, jangan bertindak sendirian, karena keselamatan kalian lebih penting?" kata kepada desa itu lagi, sembari memperingatkan supaya menjaga keselamatan. Kemudian, satu persatu orang orang desa tersebut, melangkah meninggalkan teras rumah dari kepala desa tersebut, termasuk ayah Thantana.

Ayah Thantana tidak langsung kembali kerumahnya, melainkan singgah dulu di rumah dua orang tetangganya, dan memberitahukan kepada mereka mengenai ronda nanti malam bersama dirinya. Setelah itu, ia berjalan pulang menuju arah rumahnya, yang tidak terlalu jauh dari rumah tetangganya tersebut. Namun, baru beberapa langkah dirinya berjalan. Tiba tiba sudut matanya melihat sesosok hitam berkelebat dari balik semak semak menuju arah hutan.

Karena merasa penasaran, ayah Thantana ini kemudian mengikuti bayangan hitam tersebut hingga sampai di pinggiran hutan. Dan karena hari sudah mulai senja, di tambah lebatnya pohon pohon yang tumbuh di hutan tersebut. Menyebabkan pandangan mata dari ayah Thantana tidak bisa melihat dengan jelas siapa bayangan hitam itu. Pada akhirnya, karena merasa takut mengejar bayangan itu sendirian ke dalam hutan. Ayah Thantana memutuskan untuk kembali ke rumahnya, dan bersiap siap untuk menjalankan ronda beberapa jam lagi.

Baru saja ayah Thantana berfikir untuk kembali, tiba tiba bayangan hitam itu muncul di hadapannya dengan bentuk tubuh dua kali lipat lebih besar dari bayangan yang tadi ia ikuti. Sambil meraung tidak jelas makhluk hitam dengan dua taring tajam berkilau di sudut bibirnya itu, mendekati ayah Thantana yang masih dalam posisi berdiri tercekat dan mematung, karena terkejut dengan apa yang ia lihat di hadapannya. Ayah Thantana tidak menyadari, bahwa bahaya sedang mengintainya, nyawanya kini berada di ujung tanduk, layaknya telur yang siap di jatuhkan di ujung tombak.

Kembali makhluk hitam itu meraung, dan kali ini di iringi dengan cakaran kuku kuku jarinya yang tajam di ayunkan ke arah tubuh ayah Thantana yang masih diam mematung.

"Haauummm.."

"Wusssttt... "

"Srebetttt... "

"Classstt... "

Terdengar bunyi seperti tebasan, sesaat setelah makhluk itu mengaum dan melompat mengayunkan cakarannya ke arah tubuh ayah Thantana, dan...?

"Akkkggghhh..!

Suara erangan yang serak dan memilukan terdengar dari mulut makhluk hitam tersebut. Dan terlihat darah merah kehitaman, mengucur keluar dari pergelangan tangannya yang terpotong. Sambil tangan sebelahnya menggenggam tangan yang terpotong, makhluk hitam tersebut, meraung raung dan bergerak mundur sembari menengok kanan kiri, kemudian berkelebat pergi masuk ke dalam hutan meninggalkan ayah Thantana yang terduduk lemas di tempat tersebut. Dan tidak lama kemudian...?

"Ayah...?"

Terdengar suara, seorang lelaki muda yang baru saja keluar dari balik pohon, dan melangkah ke arah ayah Thantana yang terkulai di atas tanah. Anak muda ini mempunyai rambut yang panjang kecoklatan dengan sorot mata yang tajam, dan memiliki tubuh yang atletis tanpa memakai baju dan hanya mengenakan celana pendek saja, seperti tarzan. Sehingga lekuk lekuk tubuhnya yang kekar terlihat dengan nyata.

"Ayah..? Ini aku Thantana, ayah?" kata anak muda berusia sekitar 17 tahunan itu kemudian, setelah memegang bahu lelaki setengah baya itu dan mengajaknya berdiri.

"Than..? Than.. ta.. na..? Kamu Thantana?" jawab ayah Thantana itu kemudian, setelah sudah berdiri di hadapan pemuda berambut panjang itu. "Thantanaaaaa...!" teriaknya begitu menyadari yang berdiri di hadapannya itu, memang anaknya sendiri yang lima tahun lalu terjatuh dari atas air terjun. Kemudian ayah dan anak yang selama lima tahun tidak ketemu itu, saling berpelukan dengan sangat erat. Dan tanpa terasa, air bening telah mengalir di antara kedua mata ayah dan anak tersebut. Tangis haru yang sangat dalam, terdengar jelas dari ayah Thantana, yang selama ini seperti mau gila berjuang untuk tetap bertahan hidup dan mengikhlaskan anak semata wayangnya yang di anggap telah mati. Kini anak kesayangannya yang lugu itu telah kembali, dan menjelma menjadi anak muda yang gagah dan tampan dan bahkan telah menyelamatkan dirinya dari kematian.

*****Bersambung*****

1
Naomi Leon
Gak bisa berhenti scroll halaman, ceritanya seru banget!
Sunardy Pemalang: Hai naomi, terimakasih atas support dan dukungannya ya di cerita aku..
Sunardy Pemalang: Makasih banyak ya, atas supportnya.. nantikan cerita selanjutnya ya.. 🙏
total 2 replies
Devan Wijaya
Bikin gelisah, tapi enak banget rasanya. Tungguin terus karyanya ya thor.
Sunardy Pemalang: Hai devan, terimakasih atas support dan dukungannya di cerita aku ya..
Sunardy Pemalang: Terimakasih ya.. oke,, saya akan segera menerbitkan bab selanjutnya.. di tunggu ya..
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!