NovelToon NovelToon
My Boss Duda Anak Dua

My Boss Duda Anak Dua

Status: tamat
Genre:Duda / Cerai / Ibu Pengganti / Ibu Tiri / Tamat
Popularitas:805.5k
Nilai: 4.8
Nama Author: Demar

Nesa Callista Gambaran seorang perawat cantik, pintar dan realistis yang masuk kedalam kehidupan keluarga Wijaksono secara tidak sengaja setelah resign dari rumah sakit tempatnya bekerja selama tiga tahun terakhir. Bukan main, Nesa harus dihadapkan pada anak asuhnya Aron yang krisis kepercayaan terhadap orang lain serta kesulitan dalam mengontrol emosional akibat trauma masa lalu. Tak hanya mengalami kesulitan mengasuh anak, Nesa juga dihadapkan dengan papanya anak-anak yang sejak awal selalu bertentangan dengannya. Kompensasi yang sesuai dan gemasnya anak-anak membuat lelah Nesa terbayar, rugi kalau harus resign lagi dengan pendapatan hampir empat kali lipat dari gaji sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Demar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Arthur Darah Tinggi

“Apa?”

“Ya, dari lahir saya tidak pernah menghabiskan waktu bersama mereka.”

“Wahhh parah parah… Bapak the real daddy durhaka.” Ujar Nesa tidak menyangka.

“Beraninya kamu mengatakan saya daddy durhaka.” Arthur mendengus tidak terima.

“Jangan salah loh Pak bukan hanya anak yang durhaka, bapak juga banyak yang durhaka contohnya seperti Bapak ini nih.” Ucap Nesa to the point.

Arthur tidak berkutik. Benar apa yang dikatakan gadis aneh ini, dia memang suami durhaka dan ayah yang durhaka. Entah sebutan apa lagi yang cocok disematkan untuknya.

“Saya tau…” Butuh waktu sejenak untuk Arthur melanjutkan ucapannya. “Karna itu saya butuh bantuan kamu sekarang.”

“Bantuan saya?”

“Iya, saya ingin kamu membantu saya supaya bisa lebih dekat dengan anak-anak saya. Saya lihat mereka sudah sangat dekat dengan kamu.”

“Gimana ya… Saya sih dengan senang hati membantu Bapak tapi dari Bapak juga niatnya harus serius. Kasihan anak-anak kalau harus diberi harapan palsu Pak, khususnya Aron.”

“Saya serius, kamu pikir saya tidak benar-benar peduli dengan mereka huh?”

“Saya cuma… gimana ya ngomongnya, istilahnya Bapak kan cuma sumbang sperma doang nih. Logika saja nih ya, seorang ayah yang tidak pernah menghabiskan waktu dengan anak kandungnya sendiri sejak lahir itu ‘agak lain’ orangnya. Wajar saya meragukan keseriusan Bapak. ”

Arthur melotot, sebenarnya gadis aneh ini berasal darimana. Bisa-bisanya mengungkapkan kata-kata seperti itu tanpa rasa canggung pada lawan jenis.

“Kamu…. Gadis MESUM.”

“Sembarangan, siapa yang mesum coba?” Nesa tidak terima disebut gadis mesum. Enak saja, dirinya ini masih perawan ting-ting atas sampai bawah dikatai mesum. Kalau mesum, Nesa pasti sudah tidak ting-ting sejak lama.

“Gadis mana yang secara gamblang berbicara hal-hal sensitive seperti itu coba?”

“Itu mah bukan mesum Pak, itu namanya fakta. Pikiran Bapak saja yang langsung kemana-mana. Siapa yang mesum coba, Bapak atau saya?”

Selalu ada saja jawabannya, baru kali ini Arthur skakmat pada lawan mainnya. Dan lucunya Arthur bingung mengapa dia tidak bisa marah saat gadis ini berbicara seperti itu padanya. Padahal dengan mudah Arthur bisa langsung menyingkirkannya jika dia mau.

“Terserah kamu sajalah. Jadi saran kamu apa yang harus saya lakukan?”

“Saran saya sebaiknya kita mulai dari hal-hal kecil dulu misalnya makan bersama di meja makan, bermain bersama dan memperbanyak sentuhan fisik seperti peluk dan cium mereka.”

“Hmm, apa saya bisa.”

“Harus bisa tidak bisa tidak Pak.” Nesa sedikit kesal. Katanya pria dihadapannya ini adalah pemimpin Perusahaan raksasa tapi sejak tadi dia berbicara dengannya Arthur tidak bisa yakin dalam mengambil keputusan.

Arthur mendelik mendengar ucapan Nesa yang terkesan mengaturnya. Sekali lagi Arthur tidak bisa marah, Nesa sangat tegas jika menyangkut anak-anak. Arthur menyukai ketegasan itu, entah kenapa dirinya juga merasa nyaman berdiskusi dengan Nesa.

“Saya jadi teringat Aron sebentar lagi sudah SD Pak, Bapak jangan lupa mencari sekolah yang cocok untuknya.”

“Tidak usah, lebih baik home schooling saja.”

“Nah ini nih, Bapak langsung mengambil keputusan sendiri. Tidak ada salahnya loh Pak bertanya pendapat anak.” Betapa sedihnya jadi Aron. Selama ini dia merasa tidak dipedulikan dan dituntut untuk patuh pada apapun keputusan orangtuanya.

“Apa pentingnya itu? Saya daddynya. Tidak mungkin saya mengambil keputusan yang buruk mengenai anak saya.”

Nesa memutar bola matanya malas. “Yang bilang Bapak omnya siapa? Saya tau Bapak daddynya. Sekarang saya tanya yang mau sekolah Aron atau Bapak.”

“Pertanyaan bodoh, tentu saja Aron.”

“Nah itu tau, saya paham Bapak pasti memberikan yang terbaik untuk Aron. Tapi anak juga punya pandangannya sendiri Pak, apalagi nanti yang akan menjalaninya adalah Aron sendiri bukan saya ataupun Bapak. Aron sangat pintar, paling tidak tanyakan dulu bagaimana pendapatnya. Berikan dia ruang untuk mengungkapkan apa yang dia pikirkan. Setelah itu silahkan Bapak ambil keputusan.” Ujar Nesa. “Contoh kecilnya tadi waktu di mobil, bapak langsung menyimpulkan dia tidak bisa padahal belum bertanya terlebih dahulu. Aron pasti merasa Bapak tidak mempercayainya.” Lanjut Nesa.

“Dia masih kecil, bagaimana mungkin dia bisa berpikir seperti itu.”

“Dia bahkan menjaga Arav lebih dari siapapun. Bapak tau, awal saya kesini saya tidak diizinkan menyentuh Arav. Dia takut saya menyakiti adiknya, dia tidak mudah percaya pada orang lain. Bahkan Aron pernah sampai terjatuh saat mencoba menenangkan Arav di box karna anak itu tidak mau memanggil saya. Selain tidak mudah percaya orang lain, dia juga gengsian persis seperti Bapak.” Nesa terkekeh kecil membayangkan kelakuan Aron yang jika diingat-ingat lucu juga. Padahal waktu kejadian terasa sangat menegangkan.

Arthur memperhatikan wajah Nesa, senyumnya saat menceritakan Aron persis seperti saat gadis itu mendapatkan bonus tambahan.

“Sepertinya kamu sangat mengenal anak saya.”

“Sebaik-baiknya saya mengenal anak Bapak tapi ikatan batin antara ayah dan anak pasti lebih kuat Pak. Jadi kalau Bapak memang mau memperbaiki hubungan jangan setengah-setengah. Percayalah, anda orang yang paling beruntung di dunia karna memiliki dua malaikat kecil seperti mereka.” Ucap Nesa dengan senyum menenangkan.

Arthur tenggelam dalam lamunan. Apa yang dikatakan oleh gadis yang dia sebut aneh ini sepenuhnya benar. Mereka berdua adalah darah dagingnya.

“Ehem, sudah malam Pak. Saya izin kembali ke kamar dulu. Permisi…” Ucap Nesa setelah cukup lama terdiam. Sepertinya sudah tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, Arthur terlihat membutuhkan waktu untuk sendiri.

“Tunggu…!” Ujar Arthur menghentikan Nesa yang akan pergi dari ruangannya.

“Ada lagi yang bisa saya bantu Pak?”

“Mmm terimakasih… Nesa.”

“Terimakasih tidak cukup Pak. Jangan lupa loh ya akan janji Bapak yang mau memberikan saya bonus memasak untuk Bapak dan kompensasi atas kekerasan yang Bapak lakukan terhadap saya.”

Jangan tanya keadaan Arthur sekarang. Seorang Arthur Wijaksono sudah rela membuang gengsinya jauh-jauh hanya untuk mengucapkan terimakasih pada seseorang yang levelnya jauh berada dibawahnya. Bahkan bisa dihitung jari berapa kali dia melakukannya dalam setahun. Tapi lihatlah apa yang gadis ini lakukan, dia hanya memperdulikan uang dan uang. Atau jangan-jangan dia belum tau sedang berhadapan dengan siapa?

Arthur mencoba menekan perasaan kesal dalam dirinya. “Saya akan berikan bersamaan dengan gaji kamu bulan ini.”

“Oke Pak, tidak masalah. Senang bekerjasama dengan Bapak. Ada lagi yang bisa saya bantu Pak?”

“Tidak ada. Pergilah dari hadapan saya sekarang sebelum saya darah tinggi melihat kamu.” Ucap  Arthur terlihat kesal.

“Darah ting….”

“Stop! Saya bilang pergilah” Arthur memotong ucapan Nesa. Arthur sudah bisa menebak gadis ini pasti akan mendebatnya lagi. Dia bisa gila kalau berhadapan dengannya lebih lama lagi.

Nesa mengangguk lalu meninggalkan ruangan Arthur.

‘Dasar aneh, aku cuma mengingatkan janjinya kok malah jadi darah tinggi. Ah sudahlah… mungkin faktor usia, yang penting cuanku cair hihi.’ Batin Nesa. Pokoknya waktu gajian nanti Nesa harus ikut trend day satu menuju kaya seperti trend-trend yang sedang viral itu loh.

1
Yo Iku
ntar yg ada arthur cmburu sama anaknya sndiri
Yo Iku
persis saya suka ngomel dibelakang sm kryawan laen , kl nggak dikeluarin tuh keluhkesah, bakal mengendap smpe hari berikutnya
Yo Iku
peletnya g usah dibawa2 napa sus, ntar malah ganti judul
Yo Iku
fibes nya positif bgt deh thor
Yo Iku
pengennya si arthur yg bucin duluan ke nesa
Yo Iku
karna kamu mulai nyaman aron
Yo Iku
kl soal pemikiran aaron trkesan trlalu dewasa diusianya, tp kl dr gaya bicaranya banyak kok tipical anak yg cerdas brbicara
Yo Iku
ntar bapaknya jg sama sukanya sm yg empuk2
Yo Iku
ilmu yg othor smpaikan ngena banget
Yo Iku
nesa psti melongo kan,, ngiler kan dia
Yo Iku
bapaknya kok cuek gitu prasaan saya, sok sibuk bgt , anak masih kecil2 jg
Yo Iku
ntar pas lg happy2 nya mamanya dateng ngeganggu kan ,, aahhhh
Yo Iku
sama thor ,, yg pnting chuaaannn
Yo Iku
aku jg malas mikir, suka yg ringan2 aja
Sri Wahyuni
ceritanya selalu keren kak 👍👍👍👍👍👍🫰🫰🫰🫰🫰
Dewa Rana
bagus ceritanya Thor, makasih ya sudah menghibur
Dewa Rana
nangis bacanya Thor
Dewa Rana
pengadilan negeri Thor
Dewa Rana
mamak Rina mantullll 👍👍👍
Dewa Rana
lagi bayangin Arthur lari dikejar mamak Rina pakai parang😜😜😜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!