"Ayo kita bercerai.." Eiser mengucapkannya dengan suara pelan. Kalea tersenyum, menelan pahitnya keputusan itu.
"Apa begitu menyakitkan, hidup dan tinggal bersama sama denganku?" tanyanya, kemudian menundukkan kepalanya. "Baik, aku akan menyetujui perceraiannya, tapi sebelum aku menyetujuinya, tolong beri aku waktu sebulan lagi, jika dalam waktu sebulan itu tidak ada yang berubah, maka kita resmi menjadi orang asing selamanya.."
Eiser mengangguk, keputusannya sudah bulat. Bagi Eiser, waktu sebulan itu tidak terlalu lama, dia akan melewati hari hari itu seperti biasanya, dan dia yakin tidak ada yang berubah dalam waktu sesingkat itu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N. Egaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Hari kedua, Kalea terlihat frustasi. Eiser benar benar melarang Kalea menemuinya, bahkan menutup segala jalan menuju ruang kerjanya.
'Bahkan Sir Lois juga tak bisa berbuat apa apa,' ucap Kalea dalam hati.
Kalea berbaring diatas tikar dibawah pohon rindang, memandang langit yang begitu cerah disana. 'Kalea.. Bagaimana kalau aku juga gagal menghentikan Eiser, apa keinginan kita menjadi sia sia?' monolog Kalea.
"Nona," panggil seseorang.
Kalea melirik ke arah suara yang memanggilnya, dia tak lain, Fiona. Kejadian yang tak terduga telah terjadi semalam, setelah diselidiki Fiona tidak menyampaikan pesan Kalea pada Eiser, melainkan pergi ke arah barat!
"Nona, apa kau masih marah padaku?" tanya Fiona dengan wajah polosnya.
Kalea menghela nafas, tangannya terasa lelah untuk menulis kata 'Tidak' pada Fiona, karena itu suatu kebohongan yang jelas. Namun Kalea tidak suka diam dan lebih senang memberikan jawaban, dia pun mulai menulis sesuatu yang jelas. 'Aku marah!' tulisnya.
"Ma-marah ya? apa yang harus aku lakukan ya untuk membuatmu kembali seperti biasa ya?" Fiona mulai berpikir.
"Aha! aku tau caranya!" Fiona bangun dan berdeham. "Ehem Ehem!" setelah berdeham dia pun mulai tes tes mengeluarkan suara.
"Hey nona~ wajah cemberutmu sungguh mempesona, tapi itu suatu kebohonganku, karena sesungguhnya wajah cemberutmu sangat menyeramkan, bahkan bulu romaku bergetar dan terus saja bergetar, mengapa ya bisa bergetar? Karena tertiup angin yang besar, Fuhh~" Fiona meniup bulu tangannya sendiri.
"Lihat dia, bisa bisanya mencoba membuatku tertawa dengan nyanyian itu! Heh! Gak akan mempan!" ucap Kalea tanpa suara.
"Hey nona~ bukankah kau sudah tau alasannya, mau berapa kali ku jelaskan, semua sudah aku lakukan, apa karena aku seorang pelayan? hingga kau tidak mau mendengarkan? maafkan aku nona, ampunkan aku nona, aku hanya pelayan yang sering tersesat dijalan, aku tersesat, tersesat, timur malah ke barat," nyanyinya lagi sambil menari nari kecil.
Kali ini Kalea nyaris tertawa.
"Sudahlah, mengapa juga aku harus menyanyi untuk nona? ini membuatku teringat tentang pertunjukkan drama cinta yang ku lihat beberapa hari yang lalu, dia menyanyikan lagu untuk menyatakan perasaannya, benar benar memalukan deh melihatnya," keluhnya.
"Itukan karena cinta, sesuatu yang memalukan bagimu belum tentu memalukan bagi mereka.. mungkin lewat lagu itu dia berhasil mengalahkan rasa malunya untuk menyatakan cintanya, sama seperti yang kau lakukan tadi, kau tidak malu lagi kan saat menyanyikan lagu itu didepanku?" tulisnya.
"Ah, benar juga ya, aku tidak malu sama sekali.. aku hanya merasa seperti harus melakukannya, demi nona tertawa," berhenti sejenak kemudian kembali berkata lagi.
"Iya! mungkin yang nona katakan itu benar, cintaku pada nona, lewat lagu tadi aku berhasil mengalahkan rasa maluku dan menyampaikan perasaanku dengan tulus pada nona!"
"Ya, terima kasih Fiona," tulisnya lagi.
"Iya nona, itu berarti aku sudah dimaafkan ya?"
Kalea tersenyum kecil, kemudian menarik pipi Fiona dengan gemas. "Untung kau imut!" ucapnya tanpa suara.
"Aw aw aw! Pipiku bisa melar!!" keluhnya.
Kalea tertawa tanpa suara. "Ahaha!"
Tak jauh dari mereka, ada Eiser memperhatikan. Eiser tersenyum melihat rambut Kalea yang beralun terkena angin, begitu indah seakan melambai lambai menyapa dirinya. Eiser mengangkat sebelah tangannya, seakan meraih rambut itu kemudian memejamkan mata.
'Aku tidak ingin melihatmu sengsara lagi, Kalea.'
Kemudian Eiser menurunkan tangannya, melepaskan Kalea dari semuanya. Eiser mengepal erat tangannya, berbalik dan berjalan meninggalkan tempat itu.
Malam pun tiba, Kalea berjalan mundar mandir disana, dikamar pribadinya, dia terlihat khawatir. 'Gawat, ini bisa jadi hari terakhir untukku menghentikannya! Eiser bisa saja meneguk racun itu lebih cepat, bagaimana ini?' Kalea berjalan ke arah pintu dan membuka sedikit pintu itu, disana ada beberapa orang yang sedang siap berjaga jaga.
'Lima.. Enam.. Tujuh..? Banyak sekali orangnya!'
'Aku harus menghentikannya walau harus membuat keributan sekalipun!" sett! Kalea keluar dari kamarnya dan mencoba melarikan diri.
"Nona?" penjaga keamanan menyadarinya.
Kalea segera lari menuju mansion utama. Beberapa orang disana masih tercengang, kemudian mulai sadar dan mengejar Kalea.
"Nona! Jangan lari nona! Nona!!" para penjaga panik.
"Aku hanya ingin bertemu dengan suamiku kok!"
"Jangan Nona!!" mereka memohon sambil mengejar.
Saat berada dijalan penghubung mansion, Kalea tidak sengaja menabrak tubuh seseorang. Brugh! tubuhnya nyaris jatuh karena kehilangan keseimbangan lagi.
'Tubuh Kalea begitu ringan dan rapuh!' Kalea kesal.
Orang itu segera menahan dan menarik tubuh Kalea kembali ke arahnya.
"Huaaa" Kalea kembali menabrak tubuh orang itu, dia berada di dalam pelukan orang itu sekarang, dia hanya bersyukur kalau orang itu Eiser.
Kalea pun ingin berterima kasih dan melihat siapa orang yang membantunya itu, sedetik kemudian mata Kalea membulat dan sedikit syok.
Orang yang menangkapnya bukan Eiser melainkan orang yang pernah Kalea asli cintai sebelumnya.
Tess.. Tess... Air mata jatuh begitu saja. 'Dyroth..?' dia segera membagi jarak antara mereka.
"Kau menangis?" tanya Dyroth khawatir.
"Ti-tidak! air matanya keluar begitu saja, astaga aku tidak mengerti mengapa air matanya," ucapan tanpa suara. 'Ah sial, suaraku,' umpat Kalea dalam hati.
Sett! Dyroth memeluknya lagi, kali ini pelukannya lebih erat.
"Lepaskan! lepaskan aku!" Kalea berusaha mendorong tubuh itu menjauh.
"Kau menangis saat melihatku, Kalea. Kau tau apa artinya itu? Itu artinya kau masih menyimpan rasa itu untukku!" ucapnya begitu yakin.
"Kau salah paham, aku tidak menangis, ini air mata dari jiwa yang sudah mati! ini jiwa baru yang tidak pernah mencari tau tentangmu!" ucapan tanpa suara. 'Hanya Eiser yang aku mau! tapi mengapa.. mengapa air mata ini terus jatuh dan tak tertahankan?' tanya Kalea dalam hati.
"Aku tau! kau masih menungguku, Kalea!" memeluk Kalea dengan lebih erat.
Kalea menggelengkan kepala, terus mendorong tubuh itu dengan sekuat tenaga. 'Siapa juga yang menunggu dirimu, hah?!' Kalea kesal dan frustasi.
Sett!! Kalea berhasil mendorong tubuh itu menjauh, dia kembali melarikan diri dan menuju ke mansion utama, Dyroth hanya bisa membiarkannya pergi.
Beberapa penjaga akhirnya berkumpul dan mendekati Dyroth, mereka bertanya tentang Kalea. "Selamat malam, Tuan Dyroth. Mohon maaf atas keributan yang terjadi disini, dan sangat memalukan kami harus bertanya sesuatu pada anda, apa anda melihat nona Kalea ke arah ini?"
"Nona Kalea? Sepertinya tidak ada," jawabnya.
"Baiklah, terima kasih Tuan, silahkan beristirahat lagi."
Dyroth menganggukkan kepalanya, saat ini dia ialah tamu yang penting. Dyroth diutus oleh Count Fransikar untuk menyampaikan dokumen rahasia itu pada Eiser, dengan alasan itu dia pun menginap dimansion itu, selain dokumen itu, tujuannya ialah untuk bertemu dengan Kalea. Cinta pertamanya.
'Mengapa Kalea melarikan diri dari penjaga penjaga itu? apa dia merencanakan sesuatu lagi?" tanya Dyroth didalam hati.
Sementara itu, Kalea terus berlari ke sana kemari, namun pada akhirnya dia tertangkap dan dibawa kembali ke kamarnya. Usaha menemui Eiser pun berakhir dengan kegagalan.
"Lepaskan aku! aku harus menemui Eiser!" teriaknya.
"Tidak bisa nona! Tuan Eiser meminta kami menahan nona untuk tidak menemuinya dulu!" seru mereka.
"Hah! Kalian akan menyesal jika terus menahanku!"
"Maafkan kami nona!!" seru mereka.
"Eiser!!" teriak Kalea, dia dibawa kembali ke kamarnya.
Keesokan harinya, Kalea membuat keributan yang lebih parah lagi. Menulis larangan meminum racun dan melemparnya ke luar jendela dengan bentuk pesawat kertas lalu diterbangkan ke udara. Beberapa pelayan mulai kelelahan dengan sikap Kalea. Namun Fiona terlihat bersemangat dan juga melemparkan pesawat kertas itu ke arah mansion utama.
Salah satu pesawat kertas itu sampai ke tangan Eiser.
'Jangan meminum racunnya, kembalikan botol racun itu padaku, sekarang!!' Eiser mengerutkan dahinya, dia menoleh ke arah Kalea dan para pelayan yang mulai mengeluh disana.
'Mengapa dia bersikeras memintaku mengembalikan botol racun itu padanya? apa dia ingin meneguknya sekali lagi karena sudah gagal dipercobaan pertama kalinya?' tanya Eiser dalam hati. Eiser menggenggam botol racun itu erat erat
Tanpa disadari, ada Dyroth yang sedang mengawasi mereka. 'Apa itu? apa aku salah lihat? Itu seperti botol racun dari wilayah Isyarh! Apa itu rencana Kalea?' pikir Dyroth saat itu.
.
.
.
Bersambung!