Mu Yao, seorang prajurit pasukan khusus, mengalami kecelakaan pesawat saat menjalankan misi. Secara tak terduga, ia menjelajah ruang dan waktu. Dari seorang yatim piatu tanpa ayah dan ibu, ia berubah menjadi anak yang disayangi oleh kedua orang tuanya. Ia bahkan memiliki seorang adik laki-laki yang sangat menyayanginya dan selalu mengikutinya ke mana pun pergi.
Mu Yao kecil secara tidak sengaja menyelamatkan seorang anak laki-laki yang terluka parah selama perjalanan berburu. Sejak saat itu, kehidupan barunya yang mendebarkan dan penuh kebahagiaan pun dimulai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seira A.S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 : Masa Kecil Mu Yao
Mu Yao tiba-tiba teringat harimau yang mati dengan mata melotot… dan entah kenapa, dia malah ngakak.
> Harimau: “Aku nggak salah, sumpah! Aku mau merem, tapi anak panah itu masih nancep di mata!”
Mu Cheng bingung lihat anaknya ketawa sendiri. Mungkin posisi duduknya yang aneh? Dia buru-buru berdiri, terus duduk lagi.
Ekspresi ayahnya yang kaku malah bikin Mu Yao makin ngakak. Mu Cheng makin bingung, garuk-garuk kepala sambil nanya,
"Nak, Ayah duduknya masih salah ya?"
Mu Yao akhirnya bisa berhenti ketawa.
"Bukan, Yah. Aku bukan ketawa karena Ayah, tapi lagi ingat hal lucu dari masa lalu."
Mu Cheng pun lega. Gadis kecil ini memang suka aneh-aneh. Tapi ya sudahlah, yang penting dia senang. Mu Cheng diam saja sambil dengarkan anaknya bercerita, walaupun dia nggak ngerti apakah yang dimaksud masa lalu itu beneran kejadian atau cuma lamunan.
Tanpa banyak tanya, Mu Cheng mengeluarkan kantung air dan ngasih ke anaknya. Lalu dia juga ngeluarin panekuk minyak yang masih anget dari kantong dalam jaket kapasnya.
"Yuk, makan dulu roti kering ini. Habis itu kita bisa lanjut turun gunung."
Mu Yao langsung lahap makan panekuk itu. Panekuk ini dia yang ngajarin ibunya buat loh! Dulu sih mana ada minyak dan tepung di rumah. Mau makan beginian aja cuma bisa mimpi. Sekarang, kalau Mu Yao ngidam, ibunya pasti bikinin. Mending bawa panekuk empuk kayak gini ke gunung, daripada makanan kering keras yang bikin sakit gigi.
Setelah semua selesai makan dan istirahat sebentar, mereka bersiap turun gunung. Tapi sebelum melangkah, Mu Yao ngelihat ada sesuatu warna kuning nyempil di balik semak.
"Eh, itu apaan ya?"
Angin sepoi-sepoi bawa aroma yang nggak asing buat Mu Yao.
"Hmmm... bau obat!" pikirnya.
Dulu, di kehidupan sebelumnya, hal favorit Mu Yao setelah latihan adalah nongkrong di apotek nenek si komandan. Neneknya, Nyonya Mu, adalah keturunan kesembilan dari keluarga Ling, salah satu keluarga ahli pengobatan tradisional paling top di Tiongkok.
Ling Shuang—itu nama neneknya—jadi kepala keluarga waktu masih 18 tahun. Di tangan dia, keluarga Ling naik kelas dari keluarga biasa jadi keluarga terpandang di Kyoto. Meski banyak yang awalnya nggak suka, karena dia bikin keluarga makin kuat dan mereka juga ikut kecipratan nama, akhirnya mereka semua nurut dan dukung dia.
Nenek Ling ini bukan cuma jago ngatur, tapi juga jenius banget. Kemampuannya dalam dunia pengobatan luar biasa, apalagi soal akupuntur. Sampai ada pepatah di Kyoto:
"Kalau Ling Shuang udah ngeluarin jarum, siapa yang bisa tanding?"
Dan bener, dia bukan cuma jago ngobatin, tapi juga jago ngeracik racun. Julukannya? Ahli obat dan racun! Orang-orang hormat tapi juga ngeri. Soalnya, kalau kamu bikin dia marah, bisa-bisa kamu kena bubuk racun. Kalau nggak mati, ya kamu bisa gatal sekujur badan sampai berdarah-darah karena garuk sendiri.
Tapi jangan salah, dia nggak asal ngeracunin orang. Cuma pernah satu kali, karena dikerjain sama anak orang kaya di Beijing, dia terpaksa ngeracik racun buat ngajarin pelajaran. Si anak kaya itu sampai trauma dan nggak berani muncul di depan Ling Shuang lagi. Sejak itu, nggak ada yang berani macam-macam sama neneknya Mu Yao.
Walaupun neneknya top banget, anak-anaknya nggak ada yang bisa nurunin semuanya. Anaknya yang cowok jago tempur, tapi nggak suka dunia medis. Anak cewek pertamanya jago juga, tapi lebih suka menyendiri, keliling desa jadi dokter kaki lima. Anak cewek bungsunya? Wah, yang satu ini rebel. Nggak mau ikut tentara, nggak mau jadi dokter, sukanya racun dan... cari duit! Bisnis keluarga pun sekarang banyak dikelola dia.
Karena nggak ada anak yang cocok jadi penerus, Ling Shuang mulai lirik keponakan-keponakan. Tapi ya ampun, hasilnya mengecewakan. Ada yang nggak bisa ngatur, ada yang nggak kenal tanaman obat, bisanya cuma hidup dari duit keluarga. Nenek Ling sampai stres.
"Kalau gini terus, keluarga ini bisa bubar!" pikirnya.
Sampai akhirnya… muncul Mu Yao.
Gadis kecil ini pintar, rajin, dan sayang banget sama tanaman obat. Lihat tanaman dua kali aja udah hafal. Umur enam tahun, dia udah bisa bantu neneknya ngumpulin ramuan dengan takaran pas tanpa ditimbang. Bahkan bisa nambahin satu lembar daun buat bonus!
Orang-orang di keluarga senang banget.
"Kalau dibina, bisa jadi harapan masa depan nih!"
Mereka nggak peduli dia keturunan siapa, yang penting bisa mimpin mereka.
Tapi lama-lama, mulai keliatan keanehan. Mu Yao gampang banget lupa. Bukan soal tanaman, ya—itu sih dia jago. Tapi soal teknik lain kayak akupuntur, racik pil, segala macam. Hari ini dia bisa banget, besok udah lupa total. Sampai neneknya bingung. Dia kayak punya memori yang cuma bertahan tiga hari buat hal-hal teknis. Akhirnya, Ling Shuang menyerah. Tapi dalam hati dia tetap sayang dan berharap.
Eh, siapa sangka, begitu gede Mu Yao malah masuk militer dan jadi tentara pasukan khusus!
Kini, berdiri di tengah angin gunung, Mu Yao ingat lagi wajah nenek dan kakeknya. Mereka baik banget.
"Kalau mereka tahu aku udah mati... apa mereka akan sedih ya?"