Panglima perang Lei Guiying menyusun rencana menyusup menjadi pengantin wanita agar dapat melumpuhkan musuhnya. Namun siapa sangka aliansi pernikahan yang seharusnya menuju negara Menghua. Justru tertukar dan harus menikah di negara Dingxi sebagai Nona Muda pertama dari kediaman Menteri yang ada di negara Menghua.
Lei Guiying menikah menjadi selir pangeran kesembilan. Begitu banyak intrik dan sekema besar terus terikat. Membuat gadis itu harus terus bertahan menjadi seorang pengantin aliansi dari negara lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta untuk para wanita bangsawan
Di hari itu Lei Guiying meminta pelayan barunya untuk tetap beristirahat dan dapat memulai pekerjaan Keesokan harinya. Di jam tiga sore persiapan telah di lakukan. Perhiasan juga gaun yang akan di kenakan saat menghadiri pesta di istana telah tertata rapi. Gaun berwarna merah teratai terlihat sangat indah saat melekat di tubuh langsing Lei Guiying. Gadis itu duduk tenang sembari menatap kearah cermin di depannya.
"Selir Li, saya akan menyiapkan kereta." Pelayan wanita itu keluar menutup kembali pintu kamar.
Dari arah jendela seseorang melompat masuk. Dia berlutut di hadapan gadis itu. "Panglima seribu pasukan telah berhasil menyusup ke perbatasan negara Menghua. Dan lima ratus pasukan sudah berhasil memasuki kota perbatasan Dengxi."
Lei Guiying bangkit dari tempat duduknya. Gaun menjuntai pantang jatuh ke lantai. Dia berjalan mendekat menyeret bagian belakang gaun. Gadis itu berdiri tegap dengan kedua tangan mengait di belakang punggungnya. "Tempatkan lima ratus pasukan di beberapa kota yang ada di dekat Ibu Kota. Untuk pasukan yang ada di negara Menghua. Tetap pantau, aku akan melepaskan diri setelah dapat mengetahui setiap gerakan yang ada di negara Dengxi."
"Baik. Panglima, tempat pemantauan pasukan rahasia juga sudah sepenuhnya berdiri. Di Ibu Kota sendiri sudah ada dua puluh tempat pemantauan di setiap sudut Ibu Kota. Hanya tempat yang ada di dalam batas penjagaan Pangeran kesembilan tidak dapat kami tembus." Wakil panglima menjelaskan setiap langkah yang telah berhasil di lakukan.
"Aku akan mengatasinya. Kamu cukup urus semua informasi yang ada di negara Menghua." Lei Guiying berjalan menuju ke arah jendela. "Berapa orang yang akan ikut masuk ke dalam istana bersama ku?"
"Sepuluh pasukan khusus yang akan ikut masuk ke dalam istana," ujar Wakil panglima.
Langkah kaki terdengar dari luar pintu masuk, membuat pria yang ada di depan gadis itu langsung berlari pergi melalui jendela. Dua bulan waktu yang dapat di manfaatkan Lei Guiying untuk menempatkan beberapa pasukan khusus miliknya. Masuk menyelinap menuju Ibu Kota di saat Pangeran kesembilan berada di luar Ibu Kota.
Kekekkkk...
Pintu kamar di buka,
"Selir Li, waktunya untuk berangkat." Bibi Sui memberikan jalan agar gadis itu bisa melangkah lebih dulu.
Lei Guiying melangkah keluar di ikuti Bibi Sui juga sepuluh pelayan wanita lainnya. Gaun indah itu sesekali melambai lembut di saat angin menerbangkannya. Di depan pintu masuk kediaman kereta sudah di siapkan. Ada papan nama kecil tergantung di sisi kiri bertuliskan kediaman Pangeran kesembilan. Gadis itu naik perlahan di bantu salah satu pelayan.
"Ciahhh..." Kereta melaju menembus keramaian jalur utama di sore itu. Membutuhkan waktu satu jam untuk bisa sampai di gerbang masuk istana. "Yuuuuuhhh..." Kekang kuda di tarik perlahan sehingga dapat menghentikan setiap roda kereta yang berputar cukup kencang.
"Selir Li, kita sudah sampai." Bibi Sui mempersilahkan gadis di dalam kereta untuk turun.
Saat Lei Guiying turun dari kereta, wanita-wanita yang ada di luar secara tidak langsung menatap penuh kekaguman. Kecantikan gadis yang baru saja datang tidak bisa di bandingkan dengan kecantikan biasa. Sekitar sepuluh pelayan juga mengikuti setiap langkahnya. Sangat berbeda dari para selir yang telah di tempatkan di setiap kediaman Pangeran juga para bangsawan. Meraka bahkan hidup serba kekurangan dan harus saling berebut hanya untuk mendapatkan kasih sayang.
Beberapa tatapan iri tentu di tujukan langsung dari sorot mata beberapa wanita muda di sana.
Tiga kereta lain berhenti tepat di hadapan semua orang. Orang yang ada di dalam kereta turun. Mereka bertiga Permaisuri pangeran. Dari pangeran kedua, keempat dan kedelapan. Pandangan merendahkan itu terlihat jelas saat menatap para selir kediaman. Mereka bertiga juga membawa setidaknya dua belas pelayan wanita yang siap di perintahkan kapan saja.
Tidak selang lama mereka semua di arahkan untuk masuk ke dalam istana. Setiap langkah di tuntun menuju kearah istana tempat Ratu Chu Hua berada.
Selang beberapa menit saja kereta-kereta Nyonya utama kediaman berdatangan memenuhi pintu gerbang masuk istana. Mereka semua sudah mendapatkan undangan dari Ratu Chu Hua untuk memeriahkan pesta.
Tepat setelah para wanita memasuki istana bagian barat. Dekorasi megah sudah terlihat jelas. Berbagai macam bunga berjejer di taman-taman yang sudah tertata rapi. Kain panjang berwarna putih dan biru memanjang menyatu dari bangunan satu kebangunan lainnya. Puluhan pelayan menyambut kedatangan semua tamu undangan.
Musim semi yang sejuk tentu akan menambah kenyamanan bagi semua orang. Hembusan angin juga terasa lebih ringan dari hari-hari biasanya. Di tengah-tengah tempat duduk yang berjejer memanjang tahta khusus sang ratu di tempatkan. Semua tamu undangan di persilahkan menuju tempat duduk yang telah di sediakan.
Ratu Chu Hua datang dengan gaun hijau zamrud yang penuh kemegahan. Benang emas di jahit dengan sangat rapi membentuk burung Phoenix yang tengah mengepakkan sayapnya. Sangat indah dan anggun.
Semua orang bangkit dari tempat duduk. "Ratu," ujar serentak semua orang memberikan hormat.
Ratu Chu Hua duduk di atas tahtanya menatap tenang kearah semua tamu undangan. "Sebelum pesta utama di langsungkan nanti malam. Aku ingin menyiapkan jamuan untuk para wanita terhormat."
Puluhan pelayan berdatangan membawakan jamuan makanan dari kue ringan, kue basah, buah-buahan dan masih banyak lagi. Semua hidangan di tata sangat rapi berada di meja kecil tepat di hadapan setiap orang.
"Kalian bisa menikmatinya," ujar Ratu Chu Hua mempersilahkan.
Lei Guiying dengan identitas asli seorang putri Kekaisaran tentu saja mengerti setiap aturan dan tata krama saat berada di istana. Atau berada di antara para bangsawan wanita. Setiap gerakan yang ia lakukan menggambarkan ketenangan, ketelitian, juga keanggunan seorang wanita bangsawan. Beberapa wanita yang ada di sana juga terlihat cukup kagum melihat gadis muda itu.
Di tengah acara yang berlangsung seorang wanita dengan gaun berwarna merah seperti kelopak bunga mawar. Berjalan santai dengan kipas bambu di tangannya. "Yang Mulia Ratu. Maaf atas keterlambatan adik ini." Dia Selir Kaisar Ming Ibu kandung Pangeran kesembilan Shui Long Yin. Wanita itu memiliki kepribadian yang cukup aneh juga selalu membuat perselisihan di antara para selir.
Tatapan Ratu Chu Hua masih saja tenang bahkan tidak memperlihatkan kebencian.
Selir Kaisar Ming duduk di bangku kosong yang ada di dekat tempat duduk Ratu Chu Hua. Kipas bambu di tangannya selalu di arahkan ke wajahnya. Sesekali dia juga menatap malas kearah makanan yang di sediakan. Hanya sekali mencium dia langsung menggesernya. "Kakak, apa hanya ini makanan yang di sediakan? Aku cukup bosan selalu memakan hidangan yang sama setiap waktu."
Lambaian pelan dari Ratu Chu Hua membuat beberapa pelayan berjalan cepat mempersiapkan hidangan yang di inginkan Selir Kaisar Ming.