NovelToon NovelToon
World Of Cyberpunk: Neo-Kyoto

World Of Cyberpunk: Neo-Kyoto

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Perperangan / Robot AI
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: FA Moghago

Langit Neo-Kyoto malam itu selalu sama: kabut asam bercampur polusi elektronik yang membuat bulan tampak seperti koin usang. Hujan buatan yang beraroma logam membasahi jalanan, memantulkan cahaya neon raksasa dari papan reklame yang tak pernah padam. Di tengah kekacauan visual itu, sosoknya berdiri tegak di atap gedung tertinggi, siluetnya menentang badai.

Kaelen. Bukan nama asli, tapi nama yang ia pilih ketika meninggalkan masa lalunya. Kaelen mengenakan trench coat panjang yang terbuat dari serat karbon, menutupi armor tipis yang terpasang di tubuhnya. Rambut peraknya basah kuyup, menempel di dahi, dan matanya memancarkan kilatan biru neon yang aneh. Itu adalah mata buatan, hadiah dari seorang ahli bedah siber yang terlalu murah hati. Di punggungnya, terikat sebuah pedang besar. Bukan pedang biasa, melainkan Katana Jiwa, pedang legendaris yang konon bisa memotong apa saja, baik materi maupun energi.

WORLD OF CYBERPUNK: NEO-KYOTO

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FA Moghago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32: Rencana dalam Kegelapan

Kaelen dan timnya menyusup ke wilayah gang di sekitar gudang tua yang Kaelen curigai sebagai markas geng. Tempat itu gelap, berbau apek, dan dipenuhi oleh sampah. Mereka bersembunyi di balik tumpukan kotak dan puing-puing, menatap pintu gudang yang tertutup rapat.

"Kita tidak bisa menyerbu masuk begitu saja," bisik Mita. "Mereka pasti punya penjaga di dalam."

"Benar," timpal Patra. "Kita tunggu. Kita tangkap mereka satu per satu saat mereka keluar."

Mereka semua mengangguk setuju. Mereka tahu, ini adalah rencana yang paling aman. Mereka bersembunyi dalam kegelapan, menyatu dengan bayangan, dan menunggu mangsa mereka.

Tidak lama kemudian, pintu gudang berderit terbuka, dan dua orang anggota geng keluar, tertawa terbahak-bahak. Mereka berjalan santai, tidak menyadari kehadiran Kaelen dan timnya. Saat mereka melewati tempat persembunyian Kaelen, Patra dan Tenma melompat keluar, membekap mereka, dan menyeret mereka ke dalam kegelapan.

Dengan cepat, mereka berhasil menaklukkan kedua anggota geng itu. Mereka mengikat dan membungkam mereka, menyembunyikan mereka di balik tumpukan sampah.

"Rencana ini berhasil," bisik Kenzo. "Kita harus terus melakukannya."

Satu per satu, anggota geng yang keluar dari gudang berhasil diringkus. Kaelen dan timnya bekerja sama dengan sempurna. Mita, dengan kelincahannya, berhasil mengalihkan perhatian, sementara Patra dan Tenma berhasil menaklukkan mereka. Kenzo, dengan dua pedang Blade-nya, selalu siap untuk menyerang jika ada yang melawan.

Setelah berhasil meringkus lima anggota geng, mereka membawa mereka ke tempat yang lebih terpencil untuk diinterogasi. Patra, dengan kekuatan fisiknya, berhasil membuat salah satu dari mereka berbicara.

"Di mana markas kalian?" tanya Patra, suaranya mengancam. "Di mana bos kalian?"

Anggota geng itu, yang ketakutan, akhirnya menyerah. "Di dalam gudang itu," bisiknya. "Tapi... kami punya senjata Vibra. Dan bos kami... bos kami bukan satu-satunya. Ada seorang petarung dari luar Neo-Kyoto yang bergabung dengan kami."

Kaelen dan timnya saling pandang. Mereka sudah menduga ini. Namun, ada satu hal lagi yang mereka butuhkan.

"Di mana senjata Vibra itu?" tanya Kaelen, suaranya tenang namun penuh otoritas.

Anggota geng itu, gemetar ketakutan, menunjuk ke sebuah pintu kecil di bagian belakang gudang. "Di sana. Di ruang senjata."

Dengan informasi berharga itu, Kaelen dan timnya kembali ke gudang. Kali ini, mereka tidak akan menunggu. Mereka akan menyerbu masuk.

"Kita akan menyerang dari belakang," bisik Kaelen. "Kita akan menonaktifkan senjata Vibra mereka terlebih dahulu. Setelah itu, kita akan menyerang bos mereka."

Mereka semua mengangguk, setuju dengan rencana Kaelen. Mereka menyelinap ke bagian belakang gudang, dan Kenzo, dengan dua pedang Blade-nya, berhasil membuka pintu kecil itu. Di dalamnya, sebuah ruangan kecil penuh dengan senjata Vibra.

"Aku akan mengurus ini," bisik Mita. "Aku akan menonaktifkan mereka."

Mita, dengan cepat, meretas sistem keamanan senjata Vibra itu. Dengan satu sentuhan jarinya, semua senjata itu mati. Kaelen dan timnya kini memiliki keuntungan.

Mereka menyerbu masuk ke dalam gudang. Di dalamnya, puluhan anggota geng sedang bersantai. Mereka terkejut melihat Kaelen dan timnya. Pertarungan pun dimulai. Kaelen, dengan Katana Jiwa-nya, memimpin serangan, dan mereka semua bertarung sebagai satu kesatuan.

Pertarungan di dalam gudang tua itu pecah. Kaelen dan timnya, setelah menonaktifkan senjata Vibra, melancarkan serangan kejutan. Patra dan Tenma di garis depan, menghajar para anggota geng dengan pukulan dan ayunan kapak yang brutal. Mita menggunakan tongkatnya untuk melumpuhkan musuh dari jarak jauh, sementara Kenzo dengan dua pedang Blade-nya menebas setiap lawan yang mendekat. Kaelen sendiri menjadi ujung tombak serangan, Katana Jiwa-nya berkelebat, menumbangkan para anggota geng dengan gerakan-gerakan cepat dan mematikan.

Satu per satu, anggota geng jatuh tak berdaya. Gudang itu kini dipenuhi suara-suara pertempuran, ayunan senjata, dan rintihan kekalahan. Tim Kaelen, yang telah berlatih keras, menunjukkan kerja sama tim yang sempurna.

Di tengah kekacauan, seorang pria besar dengan bekas luka di wajahnya melangkah maju. Matanya menyala dengan aura merah, menandakan ia telah mencapai tingkat ketiga. Ia adalah petarung dari luar Neo-Kyoto yang disebutkan oleh anggota geng yang mereka interogasi.

"Kalian bocah-bocah, akan kubuat kalian menyesal!" teriaknya, suaranya menggelegar.

Patra dan Tenma maju, mencoba melawannya. Namun, petarung itu terlalu kuat. Pukulan dan ayunan kapak mereka ditangkis dengan mudah. Ia berhasil melukai Patra dan Tenma dengan satu serangan, membuat mereka terhuyung.

Mita dan Kenzo mencoba membantu, namun mereka juga kewalahan. Petarung itu bergerak terlalu cepat untuk mereka. Kaelen, yang menyadari teman-temannya dalam bahaya, segera melesat maju. Katana Jiwa-nya bersinar, dan ia menyerang petarung itu dengan kekuatan penuh.

Namun, petarung itu hanya menyeringai. "Aura tingkat tiga," bisiknya. "Kau hanya level satu, Nak. Kau tidak bisa mengalahkanku!"

Kaelen tidak peduli. Ia terus menyerang, namun setiap serangan ditangkis. Petarung itu membalas dengan sebuah pukulan kuat yang melempar Kaelen ke dinding. Kaelen terbatuk, darah mengalir dari mulutnya.

"Kaelen!" teriak Mita dan Patra, melihat Kaelen terluka.

Kaelen melihat teman-temannya. Ia melihat Patra yang berjuang, Tenma yang terluka, Mita yang ketakutan, dan Kenzo yang mencoba untuk tetap tenang. Ia tidak bisa menyerah. Ia harus menang. Ia harus melindungi mereka.

Dengan tekad yang kuat, Kaelen bangkit. Katana Jiwa-nya bergetar. Aura emas muncul dari pedang itu, menyelimuti tubuhnya. Aura itu kini lebih stabil dari sebelumnya.

Kaelen menyerang lagi, namun kali ini ia tidak sendirian. Patra dan Tenma maju, menyerang petarung itu dari samping. Mita melemparkan tongkatnya, dan Kenzo menyerang dengan dua pedangnya dari belakang. Mereka berlima, kini bersatu, menyerang petarung itu dengan kekuatan gabungan mereka.

Pertarungan itu sangat sengit. Kaelen, dengan bantuan teman-temannya, berhasil menekan petarung itu. Ia menebas petarung itu dengan Katana Jiwa-nya, dan petarung itu jatuh tak sadarkan diri.

Mereka semua terengah-engah, namun lega. Mereka berhasil. Mereka berhasil mengalahkan musuh yang kuat, dan mereka berhasil melindungi satu sama lain.

Kaelen, yang kini sudah menjadi pemimpin sejati, menatap teman-temannya. "Kita sudah selesai," bisiknya. "Misi selesai."

Setelah pertarungan sengit di gudang tua, Kaelen dan timnya bergegas kembali ke markas polisi setempat untuk melaporkan keberhasilan misi mereka. Mereka menyerahkan sisa-sisa robot dan bukti lain sebagai tanda bahwa geng itu telah ditumpas.

"Terima kasih, para MUT," kata kepala polisi setempat, wajahnya dipenuhi rasa lega. "Kalian telah membawa kedamaian kembali ke wilayah kami."

Mereka kembali ke Qpo Xeas, membawa lisensi misi mereka yang sudah ditandatangani oleh polisi. Mereka menyerahkan lisensi itu di ruang administrasi, dan di layar hologram, poin misi mereka langsung bertambah.

"Poin ini... banyak sekali!" seru Mita, matanya berbinar. "Kita mendapat poin tambahan karena telah melawan petarung tingkat 3!"

Mereka semua bersorak gembira. Mereka tahu, ini adalah awal dari segalanya. Mereka telah membuktikan diri mereka, dan mereka telah mengumpulkan poin pertama mereka. Poin yang akan membawa mereka ke tingkat berikutnya, dan yang akan membawa mereka lebih dekat dengan takdir mereka.

Kaelen tersenyum, ia menatap teman-temannya. Patra, Mita, Kenzo, dan Tenma. Ia tahu, ia tidak akan pernah bisa melakukannya tanpa mereka. Mereka adalah timnya, dan mereka adalah keluarganya.

1
Yusi Yustiani
Next...
Isa Tawaf
Semangat thorrr🔥🔥🔥
Isa Tawaf
Next thorrrr🔥
Nomaero
Fress banget Thor ini🥶
Nomaero
Nanggung😌
Asep Opow
Lanjutkan jngan kasih kendor thoorrrr
Asep Opow
🤯🤯🤯
Hidden
Semangat Thor 😁
Hidden
Mati semua kah??
IPEH
Lanjutkannya ditunggu Thor udh tambah ke rak buku hehe
IPEH
Mantep nih
Amul ex
moga up nya konsisten😁
Amul ex
Next next
Alvin
Next lanjutkan thorrrrr
Alvin
Next Thor masih penasaran, ga mungkin sampe sini ka?🤣
Alvin
Thor becanda
Alvin
pembawaan karakternya bagus
Alifa Alfatunisa
Aku suka cerita yg alurnya fantasi, kebanyakan rata2 alurnya hampir sama, TPI ini beda baru Nemu ada author yg buat cerita tema cyberpunk.
Keren Thor Aku ikutin novelnya😉😉😉
Alifa Alfatunisa
ditunggu lanjutannya Thor😉
Alifa Alfatunisa
MC Mati beberapa chapter🙃
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!