Ayu Lestari, seorang wanita yang harus rela pergi dari rumahnya saat warga mengetahui kehamilannya. Menghabiskan satu Malam dengan pria yang tidak di kenalnya, membawa petaka dan kemalangan pada Ayu, seorang wanita yang harus rela masa depannya terenggut.
Akankah Ayu menemukan siapa ayah bayi yang di kandungnya? bagaimana reaksinya saat mengetahui bahwa pria yang menghamilinya adalah seorang pria yang di kenal culun?
Penasaran kan? yuk ikuti terus kisahnya sampai akhir ya, jangan lupa tambahkan subscribe, like, coment dan vote nya. 🤗🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemana Ayah?
Di sebuah panti asuhan Raja merasa senang karena nenek, kakek, dan omnya selalu mengunjungi setiap bulan. Meski hanya sebentar setidaknya anak itu merasa bahagia lantaran masih banyak orang yang peduli terhadapnya.
Setelah mereka pulang wajah Raja kembali murung. Di usianya yang masih kecil dia harus berpikir keras demi memecahkan teka-teki yang selama ini belum ditemukan jawabannya.
Dari umur 2 tahun Raja dititipkan sama ibu panti untuk menjaganya selama Ayu bekerja. Tidak tentu waktunya kapan sebab restoran tempat dia bekerja memiliki tiga sif. Pagi, siang, dan malam, sehingga tidak banyak waktu yang dihabiskan mereka sekedar bermain.
Ayu terpaksa harus banting tulang demi kehidupan Raja yang jauh lebih baik, apalagi sang anak sudah cukup umur untuk sekolah. Jadi mau tidak mau sang ibu harus menjalani semua dengan sendirinya.
Cuma jangan salah, pekerjaan ini bukan berarti Ayu melupakan tugasnya sebagai Ibu. Tidak sama sekali. Dia selalu berusaha menjadi ibu terbaik, walaupun beberapa kali berusaha menghindari Raja yang terus mempertanyakan di mana ayahnya berada.
Malam hari Ayu membacakan dongeng untuk Raja, tetapi langsung terhenti ketika pertanyaan yang tidak diinginkan kembali muncul.
“Bu … Ayah pergi ke mana sih, kenapa nggak pulang-pulang? Ibu emang nggak kangen sama Ayah? Raja aja kangen banget, loh. Raja mau lihat foto Ayah dong, Bu. Bolehkan?”
Ayu yang sudah jengah akan pertanyaan itu hanya bisa menarik napas panjang dengan mengembuskan secara kasar.
“Hahh … Sudah berapa kali Ibu bilang, hem. Raja tidak perlu memikirkan soal Ayah. Nanti juga kalau tugas Ayah sudah selesai, pasti Ayah akan langsung jemput kita pulang. Apa Raja lupa ya, meskipun Raja tidak bertemu dengan Ayah. Ibu ‘kan, sudah janji akan menjaga Raja sekuat tenaga dan menjadi Ibu sekaligus Ayah buat Raja. Jadi jangan khawatir ya, sekarang Raja tidur besok kita jalan-jalan karena Ibu libur. Yeeey, Raja senang, ‘kan?”
Ayu berusaha menghibur Raja supaya tidak terus menerus memikirkan sesuatu yang dia sendiri pun tidak tahu jawabannya.
“Hahh, menyebalkan. Ibu selalu bilang seperti itu, tapi sampai sekarang Ayah tidak pernah jemput kita. Raja mau ikut Kakek sama Nenek juga tidak boleh, soalnya rumah mereka jauh banget nanti Raja bisa kelelahan. Ibu sendiri juga lupa, kalau Ibu itu perempuan jadi cuma bisa jadi Ibu buat Raja, sedangkan yang jadi Ayah itu harus laki-laki, bukan perempuan.”
Jawaban Raja benar-benar menyentuh hati Ayu. Sebagian yang diucapkan memang benar, tetapi dia tidak menyerah untuk mengalihkan pikiran anak yang seharusnya tidak memikirkan masalh seberat itu.
“Hoaam … Ibu ngantuk, bobo, yuk. Besok lagi bicaranya, ya. Ingat ‘kan, besok Ibu libur. Jadi kita jalan-jalan lagi ke Mall. Nanti di sana Ibu mau kalahin Raja main balap motor, masa iya, kemarin Ibu dikalahin. Oh, tidak bisa. Ibu harus menang, wlee!” ledek Ayu.
“Hyaak … Raja harus jadi pemenangnya. Raja laki-laki, jadi Raja harus lebih kuat dari perempuan. Kita lihat saja nanti Raja akan kalahkan Ibu lagi.”
Wajah kesal Raja membuat Ayu terkekeh kecil. Dia mengangguk, lalu memeluk sang anak untuk menidurkannya.
Tak lama Ayu tertidur pulas, sementara Raja mengintip sedikit wajah ibunya.
“Raja janji, Bu. Raja akan cari Ayah supaya Ibu tidak capek lagi kerja sendirian karena ada Ayah yang bantuin Ibu. Selamat malam, Bu. Muaach!”
Raja mencium pipi ibunya, kemudian memeluknya sambil memejamkan mata kembali memasuki alam bawah sadar.
Selama ini biaya kehidupan Ayu dan Raja selalu ditanggung oleh keluarganya. Mereka sama sekali tidak menyalahkan ataupun menghakimi dia seperti yang lainnya.
Semua itu karena Sari, Satyo, juga Dika sangat tahu jika apa yang sudah terjadi pada Ayu adalah musibah. Sayangnya ketika Raja terus menerus mempertanyakan hal sensitif itu, tanpa sadar telah membuka luka lama yang selalu disembunyikan oleh ibunya.
Wajar anak seusia Raja mempertanyakan hal itu, mata tidak bisa dibohongi ketika dia melihat banyak anak-anak di luar sana yang memiliki keluarga utuh. Tidak seperti dia yang hampir bernasib sama dengan anak panti lainnya.
Beruntungnya Raja masih memiliki ibu serta keluarga dari ibunya yang selalu menyayangi juga memanjakannya. Jadi rasa iri terhadap anak-anak yang memiliki orang tua sepasang sedikit terobati.
*****
Keesokan hari ketika Ayu libur. Dia mengajak sang anak pergi ke sebuah Mall besar yang ada di pinggir kota. Betapa bahagianya anak itu ketiga bisa menggandeng tangan sang ibu, cuma tetap rasanya masih kurang jika tak ada sang ayah di sampingnya yang ikut menggandeng tangan mungil tersebut.
Sesampainya di Mall tepat di lantai 2 tak sengaja mata netra Raja menangkap sosok pria dengan wajah yang hampir mirip dengannya.
“A-ayah? I-itu ayahku, ‘kan?” tanya Raja dalam hati ketika meyakini adanya kemiripan 90 persen di antara mereka.
Raja melirik wajah Ayu yang tidak sedikit pun melihat keberadaan pria itu karena sibuk bermain ponsel sambil berjalan.
“Ibu, itu Ay—-”
******
/Slight//Slight/