Istri Kedua Tuan Mafia
William Smith
"Enyah dari hadapanku !!" titah seorang pria pada wanita yang sedang berjongkok di hadapannya itu.
"Tapi tuan, kita belum melakukan apapun." sang wanita nampak enggan beranjak, kapan lagi ia bisa memuaskan napsu seorang William pria tampan yang terkenal sebagai seorang konglomerat itu.
"Saya bilang enyah atau peluru ini akan menembus isi kepalamu !!" William mengarahkan senjatanya tepat di pelipis wanita bayaran yang nampak polos tanpa sehelai benang menutupi tubuhnya.
"Ampun tuan, saya akan segera pergi." wanita itu langsung memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai lalu segera memakainya kembali, setelah itu bergegas pergi meninggalkan hotel mewah tersebut.
"Dasar j4l4ng tak berguna." gumam William seraya beranjak dari duduknya dan tak berapa lama seorang pria masuk kedalam kamarnya setelah sebelumnya mengetuk pintunya.
Asisten William itu nampak mengerutkan dahinya saat melihat tuannya berpakaian lengkap tidak seperti sedang selesai bercinta dengan wanita bayaran tadi.
"Tuan, apa perlu saya carikan wanita lain lagi ?" ucap James sang asisten, ia berpikir jika tuannya tidak minat dengan wanita tadi.
Namun William yang sedang berdiri menatap jendela kaca yang memperlihatkan pemandangan kota di bawahnya itu langsung menolak dengan mengangkat sebelah tangannya.
"Apa ada informasi penting ?" tanyanya kemudian.
"Sore ini kita akan melakukan transaksi di yacth yang akan bersandar di dermaga, tuan." sahut James.
"Itu saja ?" tanya William lagi yang nampak masih membelakangi sang asisten.
"Benar tuan." James mengangguk kecil meski tuannya tak melihatnya.
"Apa para bajingan itu tidak berulah lagi ?" tanya William seraya menyalakan sebatang rokok di tangannya.
"Tidak tuan, sepertinya ancaman tuan waktu itu membuat mereka jera." sahut James, mengingat beberapa hari lalu tuannya itu mengancam akan menghabisi seluruh keluarga rival bisnisnya jika masih berani mengusiknya.
"Bagus." William nampak mengangguk-anggukkan kepalanya.
...----------------...
Merry Martin
Sementara itu di tempat lain nampak seorang gadis sedang berjalan beriringan dengan seorang pemuda keluar dari sekolahnya.
Wajah gadis cantik itu terlihat cemberut, sedangkan sang pemuda berusaha menghiburnya.
"Sudahlah Mer kan masih ada aku, mungkin Daddy dan Mommy mu sedang ada urusan lain." bujuk pemuda tersebut seraya mendudukkan dirinya di sebelah gadis itu di bangku taman yang ada di area sekolahnya.
"Tapi ini hari kelulusanku, hari kelulusanku asal kamu tahu." gadis itu nampak tak terima dengan ucapan pemuda itu.
"Harusnya mereka hadir dan menyaksikan putri satu-satunya lulus." imbuhnya lagi dengan berapi-api, mengingat hingga acara selesai kedua orang tuanya belum juga kelihatan batang hidungnya di sekolahnya.
"Aku punya ide agar kamu tidak sedih lagi." pemuda yang bernama Henry itu mencoba menghibur yang langsung membuat Merry gadis cantik itu berhenti cemburut.
"Apa ?" tanya Merry penasaran.
"Bagaimana kalau kita jalan-jalan ke Mall saja ?" ajak Henry, namun bukannya membuat Merry senang tapi justru membuat gadis belia itu kembali cemberut.
"Bodyguard ku pasti akan melarangku." ucapnya dengan mencebikkan bibirnya, bodyguard yang ia maksud nampak mengawasinya tak jauh dari sana.
"Aku punya ide." ucap Henry, kemudian ia segera beranjak dari duduknya.
"Saat aku berbicara dengan bodyguardmu, kamu segera pergi ke belakang. Di sana ada sopirku yang akan menunggumu." perintah Henry seraya mengetik beberapa pesan di ponselnya, sepertinya pemuda itu sedang mengirim pesan pada sopirnya.
"Baiklah." Merry langsung setuju, untuk pertama kalinya ia melanggar aturan orang tuanya untuk pergi sendiri tanpa para bodyguardnya.
Sepertinya Merry sangat marah pada kedua orang tuanya karena di hari kelulusannya itu mereka tak hadir mendampingi.
Setelah melihat sahabatnya itu sedang berbicara dengan bodyguardnya, Merry segera berlalu ke belakang sekolah. Di sana sudah ada sopir sahabatnya itu yang nampak sedang membujuk security yang berjaga di gerbang belakang.
"Nona Merry silakan masuk ke dalam mobil, karena kita sudah tidak mempunyai waktu lagi." perintah sopir tersebut.
"Tapi bagaimana dengan Henry ?" Merry nampak khawatir mengingat sahabatnya belum kunjung menyusulnya.
"Tuan muda Henry pasti akan baik-baik saja, anda jangan khawatir." sang sopir menenangkan seraya melajukan mobilnya dengan kencang meninggalkan area sekolahnya.
Beberapa saat kemudian mobil tersebut berhenti di sebuah pusat perbelanjaan elit yang berada di tengah kota.
"Ini hal gila pertama yang ku lakukan." Merry merasa takjub dengan perbuatan nekatnya tersebut, gadis yang baru menginjak 18 tahun itu nampak terkekeh tak percaya.
Sedari kecil kedua orang tuanya selalu bersikap protektif padanya, ia boleh keluar dari rumahnya hanya untuk bersekolah itupun harus ada para bodyguard yang setiap saat selalu mengawasinya.
Entah apa pekerjaan ayahnya hingga mempekerjakan banyak bodyguard di rumahnya, setahu dia ayahnya bukan seorang pejabat atau polisi tapi hanya seorang pebisnis biasa.
Kadang ia merasa ayahnya seperti seorang mafia yang pernah ia lihat di sebuah film tapi ia tak percaya itu.
Karena ayahnya adalah sosok pria yang sangat penyayang jika di rumah, ayahnya tidak pernah berbicara keras atau bahkan marah pada dirinya, sang ibu dan juga kelima kakak angkatnya.
"Aku jadi merindukan kalian." gumam Merry saat mengingat kelima kakak angkatnya yang kini bersekolah di luar negeri.
Kini gadis itu terus melangkahkan kakinya mengelilingi pusat perbelanjaan yang sebelumnya memang pernah ia datangi bersama kedua orang tuanya.
Ia tak tahu apa yang akan di lakukan di tempat itu, sebelumnya ia tidak pernah berada di luar rumah seorang diri.
Bahkan uang pun ia tidak punya saat ini, karena semua yang ia butuhkan sudah di siapkan oleh bodyguardnya.
Kruk
Kruk
Tiba-tiba perut Merry berbunyi nyaring dan gadis itu baru menyadari jika telah melewatkan makan siangnya.
"Bagaimana aku bisa makan jika uang pun tak punya ?" Merry jadi menyesal kenapa tidak pernah membawa uang saku, padahal sang ibu sering memberikannya tapi selalu ia tolak karena apapun yang ia mau para bodyguardnya langsung menyediakan untuknya.
"Apa aku jual saja itu ?" gumamnya seraya melirik sesuatu di dalam tasnya.
"Ah tidak-tidak." imbuhnya lagi seraya menggeleng cepat, untuk masuk ke dalam mall ini saja ia harus lewat pintu belakang untuk menghindari pemeriksaan oleh petugas keamanan.
Apalagi jika menjualnya, bisa-bisa ia akan mendapatkan masalah besar.
"Aku yakin Henry pasti akan datang sebentar lagi, jadi lebih baik aku memesan makanan duluan." imbuhnya lagi dengan senang karena sudah memikirkan ide yang menurutnya brilian.
Saking senangnya ia sampai tak melihat jalan dengan benar hingga menabrak seseorang.
Brukk
Merry nampak menabrak dada seseorang yang mengakibatkan kepalanya sakit seketika.
"Ini dada apa batu sih." karena kesal Merry memukul dada milik seseorang itu, namun saat mendongakkan kepalanya menatap si pemilik dada yang terasa liat itu ia nampak menelan salivanya.
Di lihatnya seorang pria dewasa nan tampan sedang menatapnya dingin, mata pria itu begitu tajam seperti hunusan pedang yang siap menusuknya.
Meski terbesit rasa takut tapi ia mengingat perkataan sang ayah agar selalu menegakkan kepala kepada siapapun, karena jika dirinya menampakkan ketakutannya maka mudah baginya untuk di tindas siapapun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 321 Episodes
Comments
mini89
merry anaknya bunda sera ???
2024-05-25
0
🤎🅜A🅜ADEVI💜
like kom dulu nel
2024-04-19
0
¢ᖱ'D⃤ ̐Sri Wahyuni
awal pertemuan yang bikin penasaran 🤭🤭
2023-10-29
1