Sumpah Pemuda, adalah nama sekolah buangan dan terkenal buruk norma dan etikanya. Sekolah yang tidak perlu mengeluarkan sepeserpun biaya untuk masuk ke dalam sekolah tersebut.
Sementara itu, seorang anak yang bernama Arka Bimantara yang terlahir dari keluarga yang terbuang harus bisa beradaptasi di lingkungan keras di sekolah itu di karenakan buruknya latar belakang keuangan keluarganya.
Namun di balik sekolah dan kisah kota tersebut, ada sebuah fakta busuk dari pemerintah dan para konglomerat negara.
Kisah ini bukan hanya sekedar cerita anak berandal saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yo Grae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terjerat Hutang (6)
Pagi hari, di tahun dua ribu ini sangat lumayan sejuk dan nyaman di hirup. Motor motor hilir mudik memulai kegiatan nya . Beberapa pejalan kaki pun tak kalah banyak di kota ini, sejatinya mereka lebih memilih untuk naik angkutan umum ketimbang kredit motor yang lumayan mahal .
Arka berlari lari dari mini market menuju sekolah Sumpah Pemuda, walaupun ini hari biasa dan bukan hari Senin, ia tetap tak suka terlambat meskipun sekolahnya tidak memperdulikan hal itu .
Seperti biasa, setelah masuk tepat waktu, ia ke dalam kelas. Tanda tangan absen dan kemudian ke perpus bersamaan dengan Ruhus. Hari yang normal dan biasa menurutnya untuk seukuran murid pelajar seperti mereka berdua, namun ada yang tidak biasa kali ini .
Firman bolos sekolah.
Hal itu langsung di selidiki oleh Ruhus atas suruhan dari Arka, dan ia sudah bisa menebak kemana orang itu pergi. Ia pun meminta bantuan Mario untuk bertanya kepada si Dominic tentang wilayah wilayah yang di miliki oleh Firman, dan Dominic memberitahu nya setelah Ruhus memberikan uang saku jajan.
"Ada empat wilayah dia punya, satu di gang dekat Markoni atas , satu lagi gang kecil di belakang lapangan bola, dan satu lagi di belakang pasar. Satunya aku lupa di mana, yang jelas itu ada di jalan dekat sebuah sekolah dan aku gak tau itu sekolah apa " Informasi yang di dapat dari Dominic ini berhasil membuahkan hasil. Otak Arka kini bermain dengan imajinasinya.
Dalam kasus dunia bobrok ini, era kekacauan di mana hukum bisa di beli dan permintaan bisa buta pandangan. Bisnis apa yang ia mulai?.
Tidak, bukan bisnis. Dalam pikiran Arka Firman bukan lah sosok yang pandai berbisnis. Ia lebih suka menyelesaikan masalah dengan kekuatannya. Ada kemungkinan ia merebut wilayah kekuasaan orang lain dan menjadikannya wilayahnya.
Namun pertanyaan yang masih mengganjal, bisnis apa yang ia lakukan ?.
Ia pun berkonsultasi dengan Eddy.
Pada pukul sepuluh pagi, setelah jam istirahat pertama, ia mencari keberadaan Eddy yang ternyata ada di sekitaran pohon coklat. Ia sedang merokok santuy di sana.
Ada keributan di sekitar situ, yah mungkin ini hal biasa jadi Eddy tak perlu menghiraukan. Keributan itu terjadi akibat dua fraksi yang saling ingin mengalahkan satu sama lain.
Kejadian yang normal di sekolah ini .
"Hey kak Eddy. " Arka datang ke depan Eddy dengan membawa sebungkus rokok gudang garam .
Eddy menaikkan alis sebelah kanannya "Kenapa kau tau itu rokok kesukaan ku?" tanya Eddy penasaran.
"Aku suka memperhatikan sekeliling, tanda kamu sering menyimpan rokok gudang garam yang masih tersisa artinya kau suka dan tak mau menghabiskan nya langsung sesaat. Kau ingin menikmatinya seperti sehabis makan atau sedang nyantai, sebaliknya rokok yang lain kau habiskan dengan cepat dan langsung membuangnya " Arka memaparkan analisinya.
Eddy tepuk tangan "Kayaknya kamu punya bakat buat menjadi sebuah penasehat suatu fraksi, jadi apa maumu? bukannya kamu memberikan ini bukan secara cuma cuma kan?"
Arka tersenyum "Yap, aku mau dua hal. Yang pertama , tolong jaminkan dua anak kembar. Yang kedua aku mau tau bisnis apa yang di jalankan Firman " .
Eddy membuka bungkus rokok gudang garam dan menghirupnya dalam dalam , sejenak ia pejamkan mata nya, lalu kemudian ia menghembuskan asap rokoknya perlahan .
"Dia cuman punya wilayah, dia gak punya bisnis. Jadi kalau kau mau tanya dia itu dapat penghasilan dari mana, ya dari wilayah itu. Apapun yang terjadi pokoknya wilayah itu harus menyetor uang sebanyak jumlah yang di inginkan Firman, kalau nggak, orang orang yang ada di situ akan di babat habis sama dia. " Eddy menjelaskan .
Arka mengangguk pelan , kemudian ia melihat sekilas pertarungan antara dua fraksi tersebut. Mereka masih bertarung satu sama lain dan sedang ada beberapa fraksi yang lain sedang melihat .
"Kau mau masuk ke pertarungan ?" Tanya Eddy .
Arka menggeleng "Apa kau bisa menjamin anak kembar yang aku maksud?"
Eddy kembali menghiasi rokoknya "Begini, aku memang memiliki sebuah nilai. Tapi aku sudah berada di bawah naungan botak, dan aku masuk ke dalam sebuah geng yang bernama Brasmada. Aku gak bisa menjamin dua orang sekaligus. Dan aku perlu izin dari si botak, dan kau tau kan? Rules dan konsekuensi nya?" Eddy menjelaskan dengan alis sebelah kiri baik sedikit.
"Yah aku tau, jadi intinya aku sendiri lah yang harus naik ke lantai dua?" Arka menggigit bibir .
"Gak juga, aku bisa menjamin asalkan anak itu memang pantas. Dan kalau aku minta izin ke botak , ada kemungkinan dia bakalan nyuruh aku untuk masukin anak kembar itu jadi kacung kami. Kau mau?" Eddy menjelaskan sekali lagi .
Dan lagi, Arka harus berfikir keras untuk ini. Jika Eddy saja tak mau, bagaimana Jefry ?
Apalagi ia teringat kata kata Jefry yang selalu ingin dirinya masuk ke dalam fraksinya.
"Baiklah, akan aku pikirkan." Gumam Arka.
Dengan berat hati, Arka berjalan putar arah kembali menuju perpustakaan.
Melihat langkah lesu dari Arka Eddy berfikir sejenak untuk menemukan sebuah ide .
"Hei bocah, kau mau sesuatu gak?" teriak Eddy.
Arka berputar badan dan melihat Eddy melambaikan tangannya menyuruhnya untuk kembali ke dekatnya. Arka menurut dan berjalan kembali ke Eddy.
"Aku punya sebuah tantangan, dan aku punya sebuah saran. Mau dengar yang mana ?" ujar Eddy .
"Dua duanya aja langsung" jawab Arka.
Eddy tersenyum , lalu ia lanjut berbicara. "Begini, ada sekitar seratus dua puluhan fraksi di kelas bawah, dan ada puluhan fraksi di lantai dua dan ada belasan fraksi di Rooftop. Aku bakalan menjamin satu anak kembar itu jika kamu berhasil menundukkan minimal lima fraksi di bawah. Dua fraksi di lantai dua atau satu fraksi di Rooftop. Tak perlu kau mengalahkannya, cukup menaklukan dan jadikan mereka menjadi pengikut mu. Bagaimana ?"
Arka kembali tersenyum dan kini ia sangat menyukai tantangan "Baiklah kalau begitu, lalu bagaimana saran mu?" tanya lagi .
"Saranku, aku hanya bisa menjamin satu anak kembar itu. Untuk satunya, kau bisa ajukan ke Jefry." jawab Eddy.
"Tapi bagaiman caranya ?" tanya lagi Arka .
"Aku percaya kamu pasti menemukan sebuah ide, aku cuman memberitahu clue nya. Saat ini, fraksi Jefry sedang berusaha membelot dari sekolah . Yaitu ingin menghancurkan sebuah usaha kecil milik mantan murid sekolah ini. Sekolah kita punya rules dan konsekuensi. Pikirkan jalanya, tantang Jefry dan taruhan, maka jika kamu bisa dan berhasil menaklukkan kepercayaan Jefry dengan sebuah taruhan, kamu terhitung menang dan bisa menjamin anak satunya lagi" Eddy mengulum senyum yang menandakan bahwa ia mempercayai kalau ide ini akan berhasil .
Eddy secara pribadi dapat menilai kualitas seseorang, ia tau bahwa anak ini memiliki otak emas dan di lengkapi dengan bakat yang luar biasa . Sebuah berlian yang masuk ke dalam parit lumpur.
Setelah berfikir sejenak, berbagai ide muncul di pikiran Arka dan selanjutnya ia juga mengulum sebuah senyuman .
"Aha, ini persis seperti permainan ular tangga " teriak Arka.
Eddy mengangguk "Yap, lempar dadu, manipulasi dadunya untuk mencapai atas"
Arka mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan "Terima kasih, aku akan terima tantangan mu dan bakalan menantang si Jefry " .
Melihat wajah yang ceria itu, Eddy pun ikut senang dan menyambut uluran tangan dari Arka.
Botak, kau akan terkejut dengan apa yang akan terjadi di sekolah ini.
Batin Eddy.
...****************...