Warning! (***)
Pernikahan atas dasar perjodohan bukan berarti sesuatu yang tidak dipedulikan.
Pernikahan tetaplah pernikahan!
Apapun itu, aku akan selalu memperjuangkan rumah tanggaku sampai kata cinta tumbuh di antara kami berdua.
"Apakah kau tak mau melakukan malam pertama kita, Mas?" cegah Dianka saat Darwin hendak berlalu.
Sanggupkah ia membuat hati Sang CEO itu luluh?
Instagraam: @iraurah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berbeda
Pukul sembilan malam Darwin terus menatap ke arah luar jendela di kamarnya, ia terus menanti-nanti kedatangan Dianka.
Benarkah yang dikatakan sang Ibu jika Dianka akan pulang? Lantas kenapa sampai saat ini wanita itu belum muncul juga?
"Semoga perkataan mamah benar jika Dianka akan pulang malam ini" Gumam Darwin cemas.
Darwin terus bertanya-tanya dalam hati, di genggamnya sebuah ponsel yang ia harap akan ada sebuah pesan atau panggilan dari Dianka.
Hingga sebuah deru mesin mobil terdengar dari luar rumah, Darwin mengintip dan seketika matanya membola saat melihat mobil Dianka memasuki halaman rumah.
"Dianka?"
Dengan cepat Darwin keluar dan berlari menuju lantai bawah.
Saat ia sudah berada di bawah pintu utama terbuka dan menampakkan Dianka yang masuk ke dalam rumah.
"Dianka, akhinya kau pulang juga. Kau dari mana? Kenapa kemarin kau tidak pulang? Ponselmu juga tidak aktif" Darwin terus melontarkan berbagai pertanyaan pada istrinya tersebut.
Dianka melirik Darwin sekilas dan tersenyum getir, Ia berjalan begitu saja tanpa menghiraukan keberadaan Darwin disana.
Melihat itu Darwin mengikuti Dianka dari belakang hingga keduanya sampai didalam kamar.
"Di.... "
Dianka tak menyahuti seruan Darwin, ia sibuk mengambil pakaian untuk membersihkan diri.
Menyadari Dianka yang marah padanya Darwin pun lantas berujar.
"Dianka apa kau marah padaku? Aku benar-benar minta maaf padamu atas kejadian kemarin. Aku tahu aku salah"
Dan saat itu juga Dianka menghentikan aktivitasnya, ia membalikkan badannya dan menatap Darwin dengan tatapan datar.
"Perkataan mu kemarin memang benar mas, seharusnya aku memang menjaga sikapku"
"Tapi di..... "
"Tidak ada yang perlu disalahkan saat ini mas, lupakan kejadian kemarin"
Setelah berkata demikian Dianka masuk ke dalam kamar mandi sedangkan Darwin hanya mematung ditempat.
***
Lima belas menit berlalu...
Pintu kamar mandi perlahan terbuka dan menampilkan Dianka yang sudah rapi dengan pakaian tidurnya.
Wanita itu berjalan ke arah meja rias untuk memakai krim malam. Dianka bahkan tak menoleh sedikit pun pada Darwin yang tengah duduk di tepi ranjang.
Darwin terus mengamati Dianka, Dianka yang biasanya selalu berbicara kini hanya diam membisu.
Suasana di ruangan tersebut pun menjadi canggung kembali, Darwin masih mengamati wajah cantik istrinya dari pantulan cermin di meja rias, Dianka sama sekali tidak melirik ke arahnya.
"Di.... Sebenarnya semalam kau tidur dimana?" Tanya Darwin dengan hati-hati.
"Tentu aku tidur disini"
"Hah??? Disini? Jadi semalam kau pulang ke rumah?"
"Ya" Jawab Dianka singkat.
"Lalu kenapa kau tidak membangunkanku? Aku menunggumu di sofa hingga tertidur" Protes Darwin pada sang istrinya.
"Kenapa menungguku? Aku tidak perlu di tunggu mas"
Ucapan Dianka membuat Darwin bungkam dan tak tau harus menjawab apa.
"Lalu kenapa ponsel mu tidak aktif? Tadi aku juga pergi ke butik tapi kau tidak ada disana"
"Aku pergi bertemu klien di luar jadi aku mematikan ponselku" jawab Dianka.
Setelah selesai Dianka beranjak dan berjalan ke arah tempat tidur. Wanita itu langsung membaringkan tubuhnya membelakangi Darwin sembari berselimut.
Darwin memandang Dianka dengan tatapan aneh, ini tidak seperti biasanya. Dianka pasti selalu tidur memeluk tubuh Darwin, ia juga pasti selalu memberikan ciuman sebelum mereka berdua tertidur. Tapi sekarang?
Darwin menghela nafas panjang sampai akhirnya ia pun ikut berbaring sambil menatap punggung Dianka yang tengah membelakangi nya.
Merasa tak nyaman Darwin mengambil sebuah guling dan memeluk erat guling tersebut seakan sedang memeluk Dianka seperti biasa.
Tapi hingga kini matanya tak kunjung terpejam, ada rasa kekurangan dalam jiwanya. Biasanya mereka memberi.ucapan selamat malam terlebih dahulu, Dianka selalu memberikan rasa nyaman disetiap tidurnya.
Tapi malam ini ia tak mendapatkan hal itu, sudah enam bulan pernikahan mereka berjalan dan Darwin sudah terbiasa akan semua yang Dianka berikan.
Begitu pun Dianka, ia berusaha memejamkan kedua matanya membiarkan Darwin kebingungan akan sikapnya sekarang, lagipula dengan cara seperti ini Dianka akan tahu kemana arah yang akan lelaki itu pilih.
Padanya atau pada masa lalunya.
waah .. enak bener gak dihukum krn rencana pembunuhan ke Dianka..
Pikir ... pikiiiirrrr .... kalo Alfred beneran nolongin, gak mungkin lah sampe selama itu kamu "dikurung" ...
Katanya di villa, tp koq ya sama sekali gak boleh keluar kamar sekedar buat jalan2..
Buat keamanan ?
Justru sekarang kamu berada di tempat yg gak aman, Dianka ...
gimana kalo nanti Darwin tau bhw otak kejahatan itu adalah mantan tersayang nya ...
Darwin masih "main2" tuh sama Adelia .. 😡😡😡
Dianka aja yg sbg istri CEO sll ketok pintu dulu ...