Sebelum ibunya Sherin menghembuskan nafas terakhir,tubuhnya sangat lemah.dengan susah payah ia pun berkata."pergilah! carilah anakmu,ayahnya bernama...Devan...tapi,kamu harus berjanji tidak boleh menemui laki laki itu dengan wajah aslimu!"dan Sherin pun segera menyetujuinya.
"kenapa harus seperti itu bu?kenapa harus menyembunyikan wajah asliku?bukanya raut wajahku yang cantik yang ibu turunkan pada diriku ini yang selalu ibu banggakan?"
Namun sejak kejadian itu,ibunya Sherin menggunakan teknik kecantikannya menyembunyikan wajah asli Sherin...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mpu gandring, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apakah kamu menyukainya
Untuk Devan, jika Gabriel tidak salah menebaknya, Devan sendiri masih tidak jelas dengan perasaannya sendiri.Akhirnya Gabriel membuat sebuah keputusan. Gabriel menutup pintu kamar mandi dan menelpon ke seseorang.
Pada waktu yang sama, di salah satu kamar hotel.
"kenapa kamu datang ke sini?" Andrew bertanya kepada Devan yang bergegas masuk ke dalam kamar dengan nada yang berisi ketidakpuasan. Devan tidak menjawab pertanyaan Andrew, matanya tertuju kepada sherin yang tengah berbaring di atas tempat tidur.
"apa yang kamu lakukan kepada Sherin?" Devan bertanya dengan nada marah yang jelas.
Andrew duduk di sisi tempat tidur, dia menarik tangan Sherin dan menciumnya, kemudian dia berbisik "dia bukan pembantu di rumah mu lagi. kamu tidak berhak bertanya."
"apakah dia tidak memberi tahu dirimu bahwa dia sedang bekerja di perusahaan saya sekarang? dalam hal ini saya memiliki hak untuk bertanggung jawab atas karyawan saya!" Devan juga tidak mengerti mengapa dirinya seperti itu. Keluarga Devan dan keluarga Andrew selalu memiliki hubungan yang baik. Tetapi sekarang Devan malah merusak hubungan tersebut demi seseorang yang tidak pantas.
Andrew berdiri dan melihat ke arah Devan, "saya tidak menyangka bahwa kamu adalah seorang atasan yang baik. Namun, saya memiliki kemampuan untuk membebaskan Sherin pada detik berikutnya. apakah kamu percaya itu?"
"sepertinya Sherin sudah sadarkan diri," kata Dylan dengan tepat waktu. Melihat wajah Devan yang emosi, Dylan juga tidak bisa menahan menghembuskan sebuah nafas panjang. Dylan juga tidak mengerti mengapa Devan bereaksi seperti itu.
"Sherin..." Andrew memanggil Sherin, bergegas menuju ke sisi Sherin. Sherin melihat Andrew yang berada di sampingnya, dan Devan yang berada di depan tempat tidurnya, dia membangunkan dirinya dari tempat tidur.
"apa yang kamu lakukan? dokter bilang kamu perlu istirahat yang cukup sekarang!"
Sherin menarik nafas yang dalam dan berkata dengan nada yang jelas berisi keluhan terhadap Andrew "ternyata kalian masih tahu aku perlu beristirahat, bagaimana aku bisa beristirahat dengan tenang jika kalian berdua begitu berisik?"
Sherin berpikir, jika bukan karena dia pingsan, dirinya sudah menjadi topik utama berita di daerah ciput besok. Andrew adalah orang kaya yang berkuasa, jika dia menjadi topik utama berita, Orang-orang hanya akan mengira bahwa dia sedang bermain main.Tetapi bagaimana dengan Sherin? dia akan menjadi sasaran kritik semua orang.
Andrew masih berani bilang bahwa dia cinta kepada Sherin? jika memang benar-benar mencintai seseorang, bukan kah seharusnya berdiri di posisi pihak lain dan berpikir untuk pihak lain juga? berpikir sampai di sini, Sherin bangun dari tempat tidurnya, berjalan melewati Andrew dan Devan, keluar dari kamar tanpa menoleh lagi ke belakang. Langkahnya terasa ringan tetapi dia merasa sudah lebih kuat setelah dia tidur. Sherin ingin menjauhkan dirinya dari dunia orang kaya.
Melihat Andrew dan Devan yang di abaikan oleh Sherin, Dylan pun tertawa secara tidak sopan. Tetapi karena itu, tatapan kedua pria itu hampir membunuh Dylan.
Wanita ini benar-benar menarik. Dia bisa membuat Devan dan Andrew yang merupakan kesukaan ribuan wanita, bertengkar karena dirinya. Bukan kah setelah dia sadarkan diri seharusnya Sherin berpura-pura manja untuk mendapat kan kasih sayang dari salah satu antara mereka? tetapi Sherin malah memasang wajah yang marah dan tidak sabar.
Andrew menatap Devan dengan tatapan yang penuh dengan kemarahan,kemudian meninggalkan ruangan.
"saudara Devan, saya akan mewawancarai kamu, bagaimana perasaan mu?" Dylan mengulurkan tangannya sebagai mikrofon.
"jika bukan kamu yang bilang ada sesuatu terjadi dengan Sherin, aku tidak akan datang ke sini." Devan merasa dirinya sangat bodoh. Siapa tahu dia bisa merasa begitu cemas ketika mendengar ada sesuatu yang terjadi kepada Sherin.
"hei,aku hanya berkata ada sesuatu yang terjadi kepada dia, aku tidak berkata biarkan kamu datang untuk menjenguk nya!" Dylan berbaring di tempat tidur yang besar itu dengan kedua tangannya bertumpu di belakang kepalanya.
"tapi, wanita itu benar-benar menarik." Dylan berputar balik badannya dan menahan tubuhnya dengan satu lengan. Sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman yang berarti. Devan hanya menatapnya dengan tatapan yang dingin
"apakah kamu menyukainya?"
Dylan sudah mengerti semuanya ketika dia melihat kecemburuan yang jelas di mata devan. "aku tidak tahu apakah aku menyukainya,tetapi...." tatapan Dylan beralih ke tali pinggang Devan, dia menyipitkan matanya dan terus berkata "sepertinya ada yang menggerakkan hatimu..."
Devan melemparkan bantal yang ada di belakang nya kepada Dylan "aku belum sampai ke titik seperti itu." setelah itu, Devan berjalan ke luar seolah olah sedang menutupi rasa malunya. Menggerakkan hatiku? tidak mungkin. aku tidak mungkin suka kepada seorang wanita yang sudah tua, jelek dan tidak menarik sama sekali. Devan berpikir.
"memang belum sampai ke titik seperti itu, hanya ada reaksi tertentu." langkah Devan berhenti ketika mendengar kata-kata Dylan. Dylan merasa bahagia untuk Devan, walaupun Devan terlihat sangat dingin dan sombong pada penampilan nya, Dylan tahu Devan seperti itu bukan sifat sebenarnya Devan. Dylan juga tahu, Devan tidak pernah mencintai Gabriel.
Devan ingin menikahi Gabriel karena Devan ingin membalas budi kepada keluarga Gabriel terhadapnya. Selain itu, Devan juga merasa semua wanita di dunia ini itu sama saja. Dari sekian banyak jenis wanita yang pernah Devan jumpai,tidak ada satu pun yang mampu membuat Devan tersentuh di hatinya. Makanya menikah dengan Gabriel menjadi pilihan terbaik untuk Devan. Berpikir sampai di sini, Devan tertawa sendiri. mungkin semuanya adalah takdir.
Setelah meninggalkan kamar hotel, Sherin bertanya kepada pelayan di mana aula acara berada, dia tidak lupa bahwa dirinya datang untuk bekerja hari ini. setelah sampai di tempat aula acara, Sherin melihat Gabriel sedang berbicara dengan beberapa tamu.Manager Lupus berkata kepada Sherin jika Gabriel ingin mencari Sherin, dia akan menelpon nya sendiri.karena itu, Sherin kembali lagi ke belakang aula dan duduk di sudut.
Tiba-tiba ponsel Sherin berdering, Andrew menelpon Sherin. Sherin mengerutkan alisnya, dulu dia merasa bahwa Andrew adalah orang yang sangat hangat dan baik hati. Tetapi sekarang, Sherin malah berharap bahwa Andrew adalah orang yang dingin seperti Devan. Berbicara tentang Devan, Sherin teringat kejadian di kamar hotel tadi, mengapa Devan ingin mengatakan kata-kata seperti itu kepada Andrew? memang Sherin adalah karyawan nya, tetapi dia tidak ada hak sampai bisa mengatur kehidupan pribadi sherin. ponsel Sherin masih berdering, Sherin mengangkat nya dan berkata "halo, Andrew. aku sudah pulang. iya. Terima kasih. aku berharap kita tidak akan bertemu lagi."