TAHAP REVISI🙏
***
Berawal dari kata 'tidak suka' hubungan mereka kian dekat karena sebuah pertengkaran. Batu yang keras, akhirnya luluh oleh air yang tenang.
Seperti itulah Gia dan Riza, dua remaja yang menaiki tangga bersama dari tidak suka, menjadi suka, lalu ke nyaman, dan berakhir dengan saling menyayangi.
***
Sedikit kisah, dari jutaan kisah lain yang mungkin akan membuat kalian tak bisa melupakannya.
@dwisuci.mn
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Decy.27126, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Obrolan Ringan.
Flashback off.
Now.
"Calvin i miss you," gumam seorang gadis yang tengah rebahan di kasur dalam kamarnya.
"Kenapa lo? Lagi nge halu ya?" terka seseorang yang masuk ke dalam kamarnya.
"Ck, bisa ketuk pintu dulu gak sih? Gak sopan tau main masuk kamar orang gitu ajah!"
Tamu tak diundang itu terkekeh lalu mendekat dan ikut merebahkan dirinya bersama gadis yang tengah memegang satu buku itu, "Lo belum ngajarin gue sopan santun."
Mendengus kesal, "Kau pikir aku Mamahmu heh?"
"Iya mamah, curhat dong mah?" godanya kembali membuat si mpunya kamar berdecak kesal.
"Haha, kenapa si! Sensi amat, gak dapet kabar dari pacar ya?" tebaknya meledek.
"Apaan si, gak jelas deh."
"Hadeh,, Gia! Lo itu lagi liburan dirumah, nikmatin lah, ngapain si mikirin doi yang jauh ntah kemana."
Kembali Gia berdecak kesal, "Aku gak mikirin dia, capek ajah aku ngadepin kamu."
"Ya ampun Mak, kualat kau tak mengakui anakmu ini."
"Gak usah lebay kamu, Nel!" ketus Gia.
Dia Gia, si mpunya kamar yang diganggu oleh sahabatnya, Nela.
Sekarang ini dia sedang ada dirumahnya, karena jadwalnya yang longgar juga ada hari jum'at kejepit antara Kamis merah dan weekend serta jarak rumah dengan kampusnya yang tak terlalu jauh jadi dia memutuskan untuk pulang kerumah sebentar, sekedar untuk melepas rindu dengan keluarga juga dengan kamar nyamannya ini. Tapi sayang, dengan tak tau malu sahabatnya yang satu ini datang tanpa diundang dan mengganggunya.
"Buku apaan tuh?" tanya Nela hendak mengambil buku dari genggaman Gia, namun dengan cepat Gia menarik buku itu hingga Nela tak bisa menjangkaunya.
"Jangan macem macem!" peringat Gia tegas.
Nela berdecak dan memutar bola matanya malas, "Buku apaan si sampe gak boleh liat segala."
Gia tersenyum kecil lalu menunduk dengan senyum yang mengembang, "My Partner's Diary."
"What! Seorang Gia bisa nunduk malu gitu cuman gara gara nyebut nama buku," heboh Nela yang mendengar gumaman Gia.
Gia berdecak sebal, "Gak usah teriak juga Nel, sakit nih telinga."
"Ishh, lagian lo main rahasia rahasiaan sih tadi, tinggal bilang bukunya Riza gitu ajah kok susah!" cibirnya menatap malas Gia yang hanya tersenyum menanggapinya.
"Eh tapi, isinya apaan?" tanya Nela mulai kepo lagi.
"Rahasia," jawab Gia, "cuma aku yang boleh tau."
Nela berdecak, lalu berujar sinis. "Ck, iya deh iya yang udah punya pacar, temennya dilupain sekarang mah."
"Apaan si, dia bukan pacarku!" ucap Gia tegas.
"Lagian pacaran itu dosa Nel, dan aku gak mau nambah dosa."
"Ck, nyindir nih ceritanya?"
Gia terkekeh, "Kamu ngrasa?"
Sudahlah, Nela tak bisa jika harus berdebat dengan sahabatnya ini.
"Ayo Gi! Ceritain isinya apa tuh buku," pinta Nela menatap Gia penuh harap.
Gia terkekeh kecil, "Bukan apa apa Nel, cuma catetan cerita cerita biasa doang kok."
"Ck, gak ada cerita yang biasa ajah diantara kalian."
"Ya biasa aja lah menurutku, kaya cerita kamu sama Rendi itu."
Nela menatap Gia cemberut, dia ingin mendengar cerita tentang sahabatnya ini, tapi justru ceritanya sendiri yang diungkit.
"Udahlah Gia mah gitu, suka nyebelin deh," rengek Nela memasang wajah cemberutnya.
Gia merotasikan matanya malas, "Capek aku Nel, mau tidur!"
Nela berdecak, "Ngusir nih ceritanya?"
"Kalo gak mau pergi ya ikut tidur ajah sini."
Gia mencari posisi nyaman untuk tidur siangnya, masih dengan Nela yang tak berhenti bicara sejak tadi, entah membahas apa lah Gia pun tak tau dan sedang tak berminat untuk meladeni sahabatnya itu.
"Gi, telfon Riza gih! Gue kangen suaranya," ucap Nela tiba tiba membuat Gia langsung beranjak dari tidurnya.
"Apaan kamu ini?" sarkas Gia tak suka.
Nela terkekeh melihat wajah cemberut sahabatnya ini, "Santai kali, bercanda doang."
"Ck, gak lucu Nel!"
"Aduh Mak! Ampun deh ampun, jangan ngamuk," tawa Nela pecah saat mengatakan itu berbarengan dengan Gia yang langsung melayangkan tatapan membunuhnya pada Nela.
Getar hp mengalihkan atensi mereka yang sedang bergurau tadi, bersamaan mereka menengok kearah hp yang ternyata milik Gia bergetar karena ada panggilan masuk.
Keduanya saling pandang, lalu dengan segera berebut mengambil hp yang masih bergetar itu.
"Hp ku itu Nel!" seru Gia yang kalah cepat dengan Nela yang sudah tersenyum bangga menatap hp Gia ditangannya.
"Ohoh, ayangmu nelfon nih!" ucap Nela lalu mengangkat panggilan dan menyalakan loud speaker.
"Halo sayang?"
Sapa seseorang disebrang sana membuat Gia langsung salah tingkah dan mengalihkan pandangan dari Nela, sedangkan Nela menahan tawa melihat ekspresi di wajah sahabatnya itu.
Berdehem kecil, "Apaan lo sayang sayang!"
"Eh?" kaget seseorang di sebrang sana mendengar nada ketus dan garang milik Nela, Nela sudah menahan tawanya serta menutup mulut dengan tangan satunya sedangkan Gia sudah melotot menatap garang Nela didepannya.
"Siapa nih?" heran orang di sebrang telfon.
"Lo siapa?" tanya balik Nela membuat Gia tambah melotot tajam.
Dengan cepat Gia mengambil kembali hpnya dari tangan Nela yang membuat Nela berjingkrak kaget, Gia tersenyum remeh menatap Nela lalu mematikan loud speaker yang tadinya aktif karena Nela itu.
Gia menempelkan layar hpnya ke dekat telinga lalu berjalan menjauhi Nela yang masih terkekeh di tempat tidur, dia memilih duduk di kursi meja belajarnya sedikit jauh dari Nela.
"Halo," salam Gia melirik tajam Nela.
"Aktifin speakernya," Nela bergumam tanpa suara membuat Gia berdecak namun tetap melakukannya.
"Tadi siapa?" tanya orang di sebrang telfon sana.
Gia menarik nafas dalam lalu melirik Nela sekilas dan tersenyum kecil, "Jin nya Bagas."
Nela melotot, "Sembarangan ajah kalo ngomong, gue pukul tau rasa lo!" serunya membuat Gia dan lawan bicaranya di telfon terkekeh bersamaan.
"Galak banget, gila."
"Iya, dari tadi gangguin aku mulu kaya orang gak punya kerjaan ajah dia mah," jawab Gia terkekeh kembali membuat Nela membolakan matanya dan bersiap untuk berseru.
"Gia, Riza! Kalian lucknut, gue gak restuin kalian!" teriaknya menggelegar.
"Kita gak butuh!" serentak Gia dan Riza dari sebrang telfon sambil terkekeh membuat Nela mendengus kesal.
"Serah klean, gue laper mo tidur!" pasrah nya lalu merebahkan dirinya sambil memainkan hp nya.
Kamar Gia menjadi tenang kembali, Nela yang sibuk dengan hpnya juga Gia yang masih berbincang dengan Riza setelah mematikan loud speakernya tadi.
"Ya udah, aku matiin dulu telfonnya. Assalamualaikum," Nela menengok setelah mendengar Gia yang mematikan sambungan telfonnya dengan Riza.
"Lama bener neng telfonannya," ledek Nela saat Gia sudah kembali duduk di tempat tidur bersamanya.
"Biarin lah, jarang jarang juga telfonan gini."
"Dih, iya gitu? Kok gak percaya yah?" ledek Nela lagi.
Gia berdecak, "Iya, dia sibuk disana dan aku juga sibuk. Jadi ya .. gitu deh!"
"Oh."
"Hmm."
"Gi, udah dapet temen baru?"
Gia mengangkat satu alisnya bingung, "Temen yang gimana dulu nih?"
"Ya temen lah, kaya kita gitu?"
"Aku hampir sebulan disana keluar kos an bisa diitung jari, Nel. Kalo temen sih ada, yang satu fakultas atau satu kawasan kos gitu. Tapi ya sekedar paham nama ajah si!" ucap Dia menjelaskan.
"Gak bosen emang dikamar doang?" tanya Nela heran.
"Kadang bosen juga sih, tapi ya udah terlanjur nyaman. Gimana dong?"
Nela berdecak pelan, "Kenapa harus ngekos juga sih, padahal kan gak terlalu jauh. Dua jam juga sampe kan?"
"Iya, kalo dapet jam siang, kalo pagi gimana? Kelabakan aku, hari pertama aja aku sempet telat kemarin," curhatnya menghela nafas lelah.
"Lah, Gia bisa telat juga ternyata?" ledek Nela terkekeh geli.
"Ya bisalah, namanya juga manusia. Pasti ada plus min_"
"Stop! Aku lagi gak mau denger quetos dari kamu Gi," potong Nela cepat membuat Gia berdecak kesal karenanya.
"Dasar jin nya Bagas," dengus Gia pelan.
Nela hanya melirik sinis Gia disebelahnya lalu terdiam memikirkan sesuatu.
"Gi, lo gak keberatan LDR an gitu sama Riza?" tanya Nela tiba tiba.
"LDR?" beo Gia, Nela mengangguk.
"LDR itu buat orang yang pacaran yah," ucap Gia sedikit berfikir.
Nela berdecak lalu bangun dari posisi tidurnya dan duduk menghadap Gia,
"Bukan cuma buat orang yang pacaran, semua yang jalanin hubungan apapun itu kalo lewat jarak jauh ya namanya LDR."
Gia hanya mengangguk paham dengan mulutnya yang membentuk kan huruf O.
"Jadi, lo betah gitu LDR an?" tanya Nela lagi.
Gia berfikir sejenak lalu tersenyum kecil, "Why not? Selama masih saling ngehubungi dan kasih kabar ya gak masalah sih aku mah," jawabnya enteng membuat Nela menggeleng tak percaya.
"Bisa bisanya lo jawab enteng banget gitu, gak takut Riza diambil sama yang lain? Ehmm, maksudnya gak takut Riza nglirik cewek lain gitu?" tanya Nela.
Gia terkekeh kecil, "Dia punya mata, hak dialah buat lirik siapa ajah, ya itu terserah dia."
"Gak takut dia suka sama cewek lain?" pertanyaan Nela kali ini membuat Gia langsung terdiam dengan otak cantiknya yang berfikir.
"Ehm, Nel! Kamu sama Rendi juga LDR dong yah, kamu gak takut Rendi suka sama yang lain juga?" tanya balik Gia kali ini berhasil membungkam mulut Nela.
"Itu makanya gue tanya sama lo, sebenernya ada takut sedikit sih. Tapi ya itu, gue nyoba buat pertahanin kepercayaan gue sama dia, mau gimana pun itu pilihan kita jadi ya.. gitu lah."
Gia tersenyum mendengar jawaban dari Nela yang terdengar ada sedikit nada ragu didalamnya, "Itu dia! Kamu percaya sama Rendi, aku juga percaya sama Riza."
"Hmm, percaya sama pasangan itu wajib yah. Tapi, apa lo gak takut kalo seandainya itu beneran terjadi gitu?" tanya Nela lagi.
Gia berfikir sejenak, lalu menoleh menatap Nela serius.
"Nel, tugas kita itu tinggal percaya and sabar ajah nunggu kabar dari doi, masalah dia nglirik cewek lain atau pindah hati ke yang lain itu urusan dia. Urusan dia bisa apa gak nya buat jaga perasaan sama kepercayaan dari cewek yang udah dia perjuangin lebih dulu, atau lebih milih berjuang lagi buat yang baru."
"Kalo dia udah bosen sama kita atau mau cari yang lain ya silakan, kita ini perempuan yang harus di perjuangin bukan yang berjuang. Kalo mereka cari yang lain ya udah! Toh mereka juga yang capek berjuang buat kita dulu, dan mereka juga yang harus susah berjuang lagi buat dapet yang baru," lanjut Gia masih menjawab dengan entengnya.
"Segampang itu lo bilang?" heran Nela.
"Iya lah, layangan yang mutusin satu orang ajah yang ngejar puluhan. Kalo mereka nyari yang sempurna ya biarin, itu hak mereka! Asal mereka siap buat kehilangan yang terbaik ajah," ujar Gia panjang membuat Nela berdecak kagum terhadapnya.
"Gue gak tau apa yang ada di pikiran lo Gi," ucap Nela menggeleng kecil.
"Bener kata Riza, butuh otak yang encer buat mahamin omongan lo, Gi!" lanjutnya terkekeh kecil.
"Ck, gak gitu juga! Kamu kalo ngomong sama aku atau yang lain gak usah kebanyakan mikir dulu, nanti otomatis otak kita paham apa yang kita denger."
"Gak segampang itu lah, kalo lo ngomongnya simpel sih ya gue bisa paham. Lah lo ngomongnya muter muter dulu mana bisa langsung paham nih otak cantik gue," dengus Nela membuat Gia terkekeh kecil.
Getar hp milik Gia kembali mengalihkan atensi dua orang yang sedang mengobrol ringan itu, kembali mereka saling pandang satu sama lain dan hp itu secara bergantian.
Segera Gia mengambil hpnya dan melihat ada satu pesan masuk disana, dia membukanya lalu melotot melihat apa yang tertera di pesan singkat itu.
"Nelaaaa!" seru Gia melihat Nela yang hanya menyengir kuda tanpa dosa sambil menunjukkan dua jarinya.
Gantian Nela yang masih terkekeh mengambil hp Gia lalu membaca isi pesan itu, "Aaaaa, so sweeett banget..!"
Tidak sia sia ternyata dia merekam pembicaraannya dengan Gia dan mengirim rekamannya pada Riza.
Calvin. 📩
Dan aku gak akan pernah ngebiarin otak bodohku ini berpikir buat ngelepas kamu gitu ajah segampang mutusin benang layangan, My Future Wife!
Gia, love you my perfeck girl❤️
*****
Bersambung..
See u next chapter.
Next, buat beberapa chapter berikutnya kita bakal ketemu sama bang Riza 😉😋 yang lagi kangen sama kak Gia, ok
jangan lupa tinggalkan jejak👍😊
spnjang crita karakter gia msh konsisten msh terbaik dan kalau bs gia seharusnya dpt lbh baik lg dr karakter riza😁 dan riza sprti tdk ada lawannya buat dapetin gia kyk gmpang ajha buat riza
tp utk smwnya udh bagus karakternya kuat2👌
salken, kak....
Jd terkenang masa SMA ku😁😁