NovelToon NovelToon
My Ustadz My Husband

My Ustadz My Husband

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Contest / Sudah Terbit / Perjodohan / Poligami / Patahhati
Popularitas:21.4M
Nilai: 4.8
Nama Author: SkySal

(DALAM TAHAP REVISI!)

Di pertemuan pertamanya dengan Ustadz pembimbingnya yang bernama Bilal, putra kiai Khalil pemilik pondok pesantren Al Hikmah di Jakarta. Asma Azzahra hanyalah gadis remaja yg manja, ceria dan ke kenak kanakan sekalipun ia adalah putri dari seorang kiai pemilik yayasan Ar Rahman di desa nya. Asma menjadi dekat dengan Ustadz yg membantunya menyelesaikan ujian kelulusannya itu.
Dan beberapa hari setelahnya, Sang Ustadz memperkenalkan istri nya yang bernama Khadijah, wanita dewasa yg anggun. Asma menyambut perkenalan itu dengan senang hati.
Namun di hari berikutnya, sebuah kenyataan yg tak pernah ia bayangkan menghantam nya, saat sang Ayah mengatakan Bilal adalah suaminya dan Khadijah adalah madunya.

Ig @Skysal
Fb SkySal Alfaarr

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 35

Bi Mina dan Khadijah mondar mandir di ruang keluarga tak sabar menunggu kedatangan Bilal. mereka berdua sangat khawatir karena tak lagi mendengar suara tangisan Asma dan saat di panggil Asma tak menjawab sekalipun. S

aat terdengar deru mobil, Khadijah segera berlari membuka pintu.

"Mas, lama banget sih pulang nya"

"Aku terjebak macet, khadijah. Apa Zahra belum keluar juga?" tanya Bilal dengan nada yg sangat khawatir, ia segera berlari menuju kamar Asma.

"Belum, dia engga bersuara sama sekali. Aku takut dia kenapa kenapa"

"Semoga dia baik baik saja" gumam Bilal. Ia pun mengetuk pintu kamar Asma berkali kali bahkan ia menggedor gedor nya namun Asma tak bersuara.

"Zahra, ini aku, Sayang. Buka pintu nya!"

"Zahra, jangan bikin kami takut, kamu engga apa apa kan?"

"Zahra...." Bilal semakin gelisah di buat nya saat tak ada tanggapan sedikitpun dari istri kecil nya itu.

"Khadijah, coba cari kunci cadangan kamar ini" pintaa Bilal pada istri nya itu.

"Oh ya ya, kenapa engga kepikiran dari tadi" gumam khadijah, ia pun berlari ke kamar nya dan ia bersyukur menemukan semua kunci candagan rumahnya.

Ia memberikan nya pada Bilal dan Bilal mencoba nya satu persatu hingga akhir nya ia dapatkan yg cocok, namun ia kesulitan membukanya karena kunci yg dari dalam tidak dicabut oleh Asma. Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya Bilal bisa membuka nya, ketakutan dalam dirinya semakin menjadi saat ia tak mendapati Asma di kamar nya. Khadijah dan Bi Mina pun mencoba mencari nya dan memeriksa jendela yg masih tertutup rapat, hingga akhir nya Bilal mendengar suara air dari dalam kamar mandi, Bilal pun mengetuk pintu kamar mandi nya.

"Zahra, kamu di dalam?" tak ada jawaban. Bilal berusaha membuka pintu nya namun terkunci

"Zahra, buka pintu nya, Sayang. Kamu engga apa apa kan?" masih tak ada jawaban, hati Bilal benar benar di buat takut oleh nya.

"Zahra, aku dobrak pintu nya kalau kamu engga mau buka" dan bahkan ancaman itu pun tak di tanggapi oleh Asma.

"Dobrak aja, Mas. Aku takut dia kenapa kenapa "

"Iya, Pak. Dobrak aja, takut nya Neng Asma pingsan" sambung Bi Mina. Akhirnya Bilal pun berusaha sekuat tenaga mendobrak pintu nya, dan betapa terkejut nya mereka mendapati Asma yg tak sadarkan diri di bak mandi yg hampir terisi penuh dengan air.

"Zahra...." teriak Bilal panik, ia pun bergegas mengangkat tubuh Asma yg pucat dan dingin.

"Ya Allah, Asma... "

"Bi, panggilkan dokter sekarang" pinta Bilal panik, ia tak mau terjadi sesuatu dengan Zahra nya. Bi Mina pun bergegas menghubungi Dokter. Sementara Khadijah mengambil handuk dan pakaian untuk Asma.

"Sayang, bangun!" ucap Bilal dengan suara yg bergetar menahan rasa takut di hati nya sembari membelai pipi Asma, tampak ketakutan yang sangat dalam di mata nya.

"Mas, bantuin aku mengganti baju Asma. Dia pasti sudah sangat kedinginan m" ucap Khadijah karena Asma masih mengenakan pakaian sekolah nya, namun tiba tiba Bilal beranjak dan memalingkan wajah nya.

"Aku akan meminta Bi Mina membantu mu" lirih Bilal yg membuat Khadijah mengernyit bingung apa lagi saat Bilal memalingkan wajahnya seolah tak ingin melihat Asma.

"Mas, kamu suami nya" ucap Khadijah pelan.

"Status nya begitu, tapi Zahra belum menerima ku sepenuh nya, dan aku tidak akan melewati batas ku hingga Zahra sendiri yg mengizinkan nya" Bilal berkata sedih, dan Khadijah bisa merasakan kesedihan suami nya itu.

"Tapi Mas..."

Tanpa mau mendengar penjelasan Khadijah, Bilal segera keluar kamar dengan perasaan yg tak karuan, ia khawatir, sangat khawatir dengan keadaan Asma, ia tahu apa yg Asma lewati di sekolah nya, tapi ia tak tahu bisa jadi seperti ini.

.

.

.

"Gimana keadaan nya, Dok?" tanya Bilal saat Dokter sudah selesai memeriksa Asma. Saat ini ia duduk di samping Asma dan menggenggam tangan Asma dengan sangat erat, dan sesekali ia mengecup tangan Asma yg masih terasa dingin, entah berapa lama Asma berada dalam bak mandi itu, fikir nya.

"Dia tidak apa apa, tapi mungkin ada sesuatu yg membuat nya shock atau tertekan. Sebaiknya kalian menjaga nya, berikan dia sup hangat saat sadar"

"Baik, Dok. Terimakasih" ucap Bilal.

Kemudian Khadijah pun mengantar Dokter itu ke depan.

Bilal mengecup kening Asma cukup lama, dia merasa bersalah pada istri kecil nya itu, tapi dia juga tak tahu harus berbuat apa.

"Sayang, buka mata mu, jangan membuat ku takut" bisik Bilal, ia mengecup satu persatu jemari mungil Asma "Apa yg terjadi dengan mu, Zahra. Kenapa bisa jadi seperti ini?"

Asma berusaha membuka matanya yg masih terasa sangat berat, sayup sayup dia mendengar suara Bilal yg bergetar, ia juga bisa merasakan sentuhan Bilal dan seolah itulah yg membawa nya tersadar.

"Hey, Sayang. Kamu sudah bangun" Bilal berkata pelan saat melihat Asma yg perlahan membuka matanya "Gimana perasan mu?" Asma tak menjawab, ia hanya memalingkan wajah nya. Berusaha mengingat kembali apa yg terjadi dengan diri nya.

Yg Asma ingat, ia benar benar merasa sedih dengan nasibnya, maksud hati menerima pernikahan ini karena tak ingin diri nya kedua orang tuanya menjadi buah bibir orang orang dan ia ingin menjaga perasaan kedua orang tuanya, namun ternyata menerima pernikahan ini pun tak ada beda nya. Mental Asma tak pernah di persiapkan untuk dunia yg tak berperasaan seperti ini. Ia merasa marah pada takdir nya yg seolah sangat tidak adil pada nya. Dia sedih, kenapa mereka harus membawa kedua orang tua nya dan tempat asal nya.

Khadijah datang dengan membawa semangkuk sup panas dan ia serahkan pada Bilal, Khadijah senang melihat Asma yg sudah sadar.

Bilal sebenar nya ingin bertanya apa yg terjadi pada istri nya itu, namun diurungkan niatnya itu karena Asma baru saja tersadar.

"Sayang, makan sup ini ya biar kamu merasa lebih baik" seru Bilal dan mencoba menyuapi Asma namun Asma menggeleng "Ayolah, Sayang. Buka mulut mu" Sekali lagi Asma menggeleng.

"Zahra, kamu harus makan, supaya kamu merasa lebih baik" Bilal berkata dengan nada sedih, Asma melirik Bilal yg saat ini menatap nya dengan tatapan sayu. Asma pun mau membuka mulut nya, namun ia hanya mau menerima beberpa suapan saja.

"Aku mau tidur" ucap Asma kemudian. Saat ia hendak menarik selimut nya, ia melihat pakaian nya sudah berganti, ia menatap Bilal penuh tanda tanya, mengerti tatapan itu Bilal segera berkata.

"Khadijah yg mengganti pakaian mu" ucap nya. Awal nya Asma masih tak yakin, namun tatapan Bilal terlihat sangat jujur dan Khadijah juga membenarkan kata kata suaminya, Bilal menarik selimut Asma hingga dada nya.

"Istirahat lah, panggil aku jika butuh sesuatu"

.

.

.

Asma masih tak bisa melupakan apa yg dia dengar, rasanya sangat menyakitkan mendengar seseorang membicarakan orang tua nya dan tempat asalnya. Itu seperti sebuah penghinaan yg menyedihkan.

Saat ini, Asma duduk bersila di tengah ranjang sambil merobek satu persatu kertas dari buku nya, meremasnya kemudian melemparkan nya ke lantai, sudah banyak sekali remasan kertas yg berserakan di lantai kamarnya. Anggaplah itu bebannya yg coba dia singkirkan dari hati nya.

Bilal yg masuk ke kamarnya, menatap lantai kamarnya dengan mulut terbuka namun ia tak bersuara, ia pun merangkak naik ke tengah ranjang, duduk bersila di samping Asma dan ia justru ikut melakukan apa yg Asma lakukan. Membuat Asma menatapnya heran sesaat, namun kemudian mengabaikan nya. Lama pasangan suami istri itu melakukan hal konyol itu, hingga lembaran kertas itu habis. Kemudian Bilal turun, mengambil buku kosong dari dalam laci dan menyerahkan nya pada Asma.

"Ini, lakukan lagi" pinta Bilal. Asma menatap Bilal sesaat, ia heran dengan kelakuan Bilal yg malah mengikuti nya dan bukanya menegur nya,

Asma menerima buku itu.

"Jadi, Sayang. Ada apa dengan mu?" tanya Bilal akhir nya tentu sambil merobek kertas, meremasnya dan melemparkan nya ke lantai. Asma tak menjawab "Apa ada yg berbuat tidak baik pada mu di sekolah?" Asma menggeleng. Bilal hanya bisa menghela nafas.

"Apa ada yg mengatakan sesuatu?"

"Aku mau berhenti sekolah" justru kata kata itu yg meluncur begitu saja dari bibir Asma, seketika Bilal menghentikan aktifitas nya dan menatap Asma.

"Kenapa? Apa kamu ingat keluarga mu mengingatkan mu betapa penting nya pendidikan?"

"Kamu bisa menjadi guru ku disini, itu sudah cukup kan"

"Tapi Zahra..."

"Sekali...saja" Asma menyela dengan cepat, ia melirik Bilal sekilas sebelum akhirnya kembali merobek kertas itu "Ikuti kemauan ku tanpa bertanya dan tanpa berdebat, aku janji setelah itu akan ku lakukan apapun yg kamu mau" Bilal menatap Asma lekat lekat, ia mengangkat tangan nya dan menyelipkan anak rambut ke belakang telinga Asma dengan mesra.

"Pasti ada alasan nya kenapa mau berhenti sekolah, apa ada yg mengatakan hal buruk pada mu? Katakan padaku, Sayang" Bilal berusaha membujuk nya dengan lembut.

"Engga ada, memang nya siapa yg akan mengatakan sesuatu pada ku? Teman teman sekolah? Buat apa mereka melakukan hal itu?" ucap Asma sarkastik

"Oh ya?" tanya Bilal lembut.

"Ya, lagi pula apa yg akan mereka bicarakan di belakang ku? Apa hanya karena pria dewasa seperti mu menikahi gadis remaja yg berasal dari desa kecil? Atau karena aku mau di nikahi pria yg sudah ber istri? Apa menurut mu mereka akan mengatakan itu? Engga, kan" Asma berkata dengan nada kesal. Sementara Bilal dengan senantiasa sabar mendengarkan ocehan Asma.

"Hem, lalu..."

"Lalu apa?" Asma balik bertanya dengan nada ketus, kini ia melemparkan kertas itu dengan emosi yg meluap luap.

"Jadi benar engga ada yg mengatakan sesuatu padamu?" Bilal bertanya untuk memancing Asma.

"Sudah ku bilang engga ada" jawab nya kesal "memangnya untuk apa mereka mengatakan sesuatu tentang ku, keluarga ku, atau tempat asal ku. Mereka pasti punya kerjaan lain selain membicarakan orang lain, untuk apa membuang waktu dan tenaga untuk mengomentari kehidupan orang lain, ya kan?"

"Yaa...betul" Bilal menanggapi dengan senyum tipis. Namun kedua mata Asma kembali berkaca kaca saat mengingat kembali apa yg mereka katakan tentang kedua orang tuanya. Asma mengucek matanya dengan punggung tangannya, melihat itu hati Bilal terasa perih, Zahra nya yg polos, begitu sakit hatinya karena omongan orang lain.

"Kamu tahu, Zahra. Jika aku jadi kamu, dan ada yg mengungkit status ku, usia ku apa lagi tempat asal ku. Akan ku tanyakan pada mereka. Tidak kah mereka mengingat Sayyidah Hajar? Memang dari mana asal nya? Apakah dia putri raja atau bangsawan? Apa kau tahu istri kedua Nabi Ibrahim ?" Asma menoleh pada Bilal dan menatap nya bingung. Tentu saja dia tahu kisah para Nabi, fikirnya.

"Dia adalah hamba sahaya, kan? Tapi dia wanita pilihan yg melahirkan seorang Nabi yg mulia, Nabi Ismail. Bahkan dari keturunannya lah Nabi dan Rasul yg paling utama muncul, Rasulullah. Bukan kah kamu juga tahu itu?" Asma mengangguk pelan.

"Dan istri Rasulullah, yg paling banyak meriwayatkan hadits, Aisyah putri Abu Bakar. Beliau juga bukan wanita pertamanya Rasulullah. Ia di nikahi oleh Rasulullah saat masih sangat muda, dan usianya juga terpaut jauh dengan baginda Nabi, kau juga pasti tahu itu kan?" Asma kembali mengangguk "Dan memang ya, sejak dulu bahkan sampai sekarang pun, orang orang yg memiliki hati dan fikiran yg kotor terus membicarakannya, memfitnah nya dengan hal hal keji, tapi apakah itu mengurangi cinta Rasulullah untuk nya? Atau mengurangi kehormatan dan kemuliaannya?" Bilal menatap tepat di mata Asma yg saat ini serius mendengarkan Bilal. Asma menggeleng, kemudian Bilal tersenyum, membelai pipi Asma dengan lembut

"Seperti itu juga kamu, Zahra istriku. Aku di sini, mencintai mu, lalu apa yg membuat mu merasa buruk hanya dengan perkataan orang? Apa kamu akan berhenti sekolah saat seseorang di sekolah mengatakan hal yg tidak baik? Bahkan sampai kita mati, kita tidak akan selamat dari lidah seseorang, Sayang. jika mereka mengatakan hal baik, maka kita harus bersyukur, jika meraka mengatakan hal buruk, maka kita harus mendoakan nya supaya mereka berubah dan jadikan itu juga sebagai aja untuk mengintrospeksi diri" mendengarkan petuah bijak Bilal, Asma hanya bisa diam sembari mengigit bibir nya.

Anggaplah ia bodoh yg sampai pingsan hanya karena tersinggung dengan ucapan orang lain, walaupun itu memang sangat menyakitkan dan membuatnya sedih.

"Dan apapun yg orang lain katakan tentang mu, itu tidak akan mengurangi cinta ku padamu, Zahra. Aku akan tetap mencintai mu, dan juga itu tidak berpengaruh pada kehormatan mu sebagai istri ku. Kamu harus tetap berdiri tegak di posisi mu, Sayang. Jangan biarkan omongan orang lain menggoyahkan pendirian mu apa lagi menekan perasaan mu, kau faham?" Asma tak bisa menjawabnya, ia hanya bisa menatap mata Bilal dalam dalam. Kemudian ia menundukkan wajahnya dan memikirkan semua yg Bilal katakan.

Tiba tiba Bilal menarik Asma ke dalam pelukannya, dan Asma menyenderkan kepalanya di dada Bilal. Kini ia merasa lebih baik dalam pelukan suami nya itu, Bilal membelai rambut Asma dengan sayang. Kedua nya terdiam, membiarkan pelukan itu yg berbicara dan memberi tahu Bahwa Asma membutuhkan Bilal dan Bilal ada untuk Asma.

Namun sesaat kemudian, Bilal teringat bahwa seharusnya malam ini ia masih bersama Khadijah, jam sudah menunjukkan pukul 10. Dengan berat hati, Bilal melepaskan pelukan nya, membuat Asma menatapnya seolah kehilangan.

"Sayang, ini sudah malam. Aku...emm aku harus kembali ke kamar Khadijah" Bilal berkata ragu ragu, padahal hati nya begitu ingin menghabiskan malam ini bersama Asma, apa lagi dengan keadaan Asma sekarang. Tapi Bilal tidak mungkin mengabaikan Khadijah. Namun seandainya Asma meminta ia tetap tinggal, Bilal akan dengan senang hati tinggal, namun Asma hanya diam.

Sementara entah kenapa hati Asma merasa seperti terhantam akan sesuatu dan membuat ia tak tahu harus berkata apa, dan saat Bilal beranjak dari ranjang nya, hati Asma seperti merasa kehilangan. Ia tak mengerti kenapa perasaan ini tiba tiba ada, dua malam sebelumnya memang Bilal bersama Khadijah, dan selama ini Asma tak pernah mau peduli akan hal itu. Tapi kenapa sekarang seolah ia peduli dan tak suka?

"Kamu juga harus tidur ya" Bilal mengambil sisa buku yg ada di tangan Asma dan meletakkan nya di atas nakas, kemudian ia mendorong pelan pundak Asma hingga ia terbaring, Bilal menarik selimut Asma hingga dada nya. Bilal menatap Asma yg saat ini juga menatap nya, dan Bilal sadar ada yg berbeda dari tatapan Asma. Dan entah kenapa, tatapan itu membuat hatinya sesak. Bilal membelai rambut Asma kemudian memberikan kecupan selamat malam di kening nya. Setelah itu, ia segera berjalan keluar kamar sebelum hatinya merasa semakin sesak akibat tatapan Asma yg seolah menahan sakit itu.

Asma menatap pintu yg sudah tertutup, untuk pertama kalinya, ia ingin bersama Bilal. Dan untuk pertama kalinya, ia merasa tak suka saat Bilal mengatakan akan pergi ke kamar Khadijah.

▪️▪️▪️

Tbc...

1
Ida Sriwidodo
Setelah baca ber bab2 akhirnya tergelitik juga pen' komen disini..

Bilal mungkin benar, Khadijah ngga sengaja mengabaikan wa dan telp Asma.. tapi akibatnya fatal!
2 nyawa melayang!
Dan bagaimana klo andainya.. jiwa Asma juga tidak tertolong karena pendarahan hebat?
Apakah Bilql masih bisa percaya dan memaklumi Khadijah?

Dan gimana.. klo posisisnya dibalik?
Asma di posisi Khadijah dan Sebaliknya.. apakah Bilal masih berpikir sama?

Dan 'perbuatan tidak sengaja' Khadijah ini di perparah dengan sikap pengecutnya!
Demi supaya Bilal ngga tau.. wa dan history call Asma di hp Bilal di hapus!
Ngga sengaja okee.. tapi menghilangkan jejak? 😱😱🤔🤔
Berarti sudah ada unsur kesengajaan kan.. supaya Bilal ngga tau klo istri tersayangnya dalang kemalangan Asma! 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️
Laila Atstanie
novel poligami paling sukses menurut ku bagus untuk dibaca tpi gak sanggup untuk ditiru
Alejandra
Jadi pada akhirnya, saling mengikhlaskan, saling memuji, menghilangkan amarah dan cemburu...
Alejandra
Kadang bingung dengan sikap Bilal, sebenarnya siapa yang dia cintai...
Alejandra
Pertanyaan Bilal seolah" memojokkan Asma. Waktu dia membohongi Bilal ketika dia dirawat di rumah sakit, bukankah itu secara sengaja, dia tidak menginginkan Bilal menghabiskan waktu bersama Asma...
Alejandra
Tulus yang diiringi dengan sifat egois, iri hati, dan serakah...😏😏😏
Alejandra
Bukankah dia memang sengaja mengabaikan pesan Asma. Dia sudah tahu kondisi Asma sebelumnya, seharusnya pas ada pesan Asma, dia langsung mencari Bilal, tapi yang ada dia lebih memilih bersama teman"nya...
Alejandra
Ingat pengorbanan Asma lebih besar darimu, kamu hanya mengorbankan perasaan, sementara Asma mengorbankan masa remajanya, mungkin juga masa depannya, perasaannya, bahkan hal kecilpun dia korbankan. Tapi sekali lagi, hanya pengorbanan Khadijah yang terlihat...
Alejandra
Masih tetap Khadijah yang diutamakan, dan Khadijah masih belum cukup dengan semua pengorbanan Asma. Hanya Khadijah yang melakukan pengorbanan besar, sementara Asma tidak melakukan apapun, perempuan ini benar" egois...
Alejandra
Kenapa Khadijah yang mengatakan kepada Ummi, kesannya disini Asma yang egois jadinya. Sementara Asma tidak pernah mengatakan apa yang terjadi dalam hidupnya, kenapa tidak membiarkan Bilal yang berbicara pada Umminya. Disini masih terlihat sifat egois Khadijah...
Alejandra
Memang itulah kenyataannya...
Alejandra
Masih tetap nggak sadar" nich orang...
Alejandra
Bukankah itu kenyataannya Mbak, Asma tidak pernah main belakang. Kalau dia marah maka dia memperlihatkannya secara langsung, bukan seperti Mbak-nya yang mempunyai banyak topeng...
Alejandra
Dini bukan Mila...
Alejandra
Tidak akan ada yang berubah meskipun tinggal terpisah, masalahnya tetap dihati yang tidak ikhlas. Sekalipun terpisah, akan tetap menyimpan cemburu karena terus"an memikirkan yang tidak" saat suaminya bersama dengan madunya...
Alejandra
Cih, gayamu Mbak, padahal pengen joget saking senangnya...
Alejandra
Astaghfirullah...
Alejandra
Jadi maksudnya Mbak Khadijah yang menempati rumah baru, sementara Asma menempati rumah lama. Benar" egois wanita satu ini, katanya perempuan dewasa,Sholehah, baik, yang rela melakukan pengorbanan besar untuk suaminya, ternyata oh ternyata kelakuannya lebih buruk dari Asma yang masih remaja...
Wahyu Ganteng: Afwan 🙏 ukhty tidak ada yang lebih baik selain dari bacaan Al Quran dan hadits sahih 😊
total 1 replies
Alejandra
Bagaimana dengan Zahra yang kehilangan suaminya lebih dari 2 Minggu, emang dasar munafik nich Mbaknya...
Alejandra
Tetap saja egois, bahkan memanfaatkan sakitnya agar Bilal tidak bisa bersama Asma. Makanya Mbak jangan sok ikhlas dipoligami...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!