"Namanya siapa?" tanya Gavindra, seorang pebisnis muda, pemilik pabrik skincare sedang menatap intens pada seorang gadis yang merupakan karyawannya. Tiba-tiba saja bagian dari tubuh bawahnya menegang saat menatap gadis itu.
Sebuah moment yang sudah lama tak dirasakan oleh Gavindra merasakan gairahnya bangkit setelah dikhianati oleh sang kekasih. Dan ia pastikan bahwa perempuan itu akan menjadi incarannya.
Gadis itu bernama Jasmine Putri salah seorang tim content spesialist di perusahaan Gavindra. wajahnya cantik, postur tubuhnya tinggi, dan kepiawaiaannya public speaking menarik perhatian Gavindra yang baru menginjakkan kakinya di perusahaan ini.
Selama ini perusahaan miliknya dihandle oleh sang kakak, dan sekarang sang kakak harus pindah ke Singapura mengikuti sang suami, otomatis Gavindra mengambil alih posisi sang kakak itu.
Bagaimana kisah mereka? ikuti kisahnya yang penuh gelora dan di luar nalar. happy reading.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NYERI HAID
Jasmine tidur sembari melihat folder foto dalam ponselnya, masih belum move on dengan jepretan saat canyoning. Benar-benar apik, dan wajah Jasmine terlihat sangat cantik dengan debit air yang deras menimpa badannya. Belum lagi saat menggelantung di tali, tak menyangka dirinya bisa seberani itu.
Belum lagi foto di bawah curug, meski terpaksa tapi bagus juga. Ya terpaksa layaknya pose berpasangan bareng Erlangga, teman barunya yang jutek tapi sebenarnya care ala anak pendaki. Murni saling menyemangati. Bukan ada niatan lain, Jasmine pun saat pulang juga minta maaf pada Erlangga telah menuduh modus, dan dia hanya tersenyum sembari bilang santai saja.
Sekarang pun mereka berkabar hanya sekedar mengomentari status. Apalagi Erlangga memiliki agenda untuk mendaki mengajak para pemula, tentu Jasmine sangat berminat. Ternyata dia seorang konten kreator pendaki gunung, memberikan edukasi mendaki untuk pemula. Jasmine pun berminat, apalagi dia punya ide mendaki pemula untuk wanita. Hanya masih disimpan dalam pikiran sih.
"Mbak Jasmine," panggil Bu Safina, Jasmine sadar pasti ia dicari Bu Safina karena tak terlihat jalan kaki atau menyiram tanaman. Jasmine menahan nyeri haidnya sembari melangkah untuk membukakan pintu. "Lagi sakit?" tanya beliau khawatir. Padahal beliau masih ada jadwal bertani bersama para siswa.
Jasmine mempersilahkan masuk, sembari mengangguk lemah. "Nyeri haid?" tanya Bu Safina menebak, karena saat dicek badan Jasmine tidak panas, hanya pucat saja.
Jasmine mengangguk, Bu Safina langsung ke dapur Jasmine. Memasak air kemudian, mengambil washlap di kamar mandi dan ditempelkan di perut Jasmine. Tiba-tiba Jasmine menangis. Bu Safina tentu kaget, beliau pun meminta Jasmine untuk menselonjorkan kaki.
"Bu Safina baik banget," ucap Jasmine dengan mengusap air mata, selama dia nyeri haid tak pernah diperlakukan begini oleh orang lain setelah sang nenek meninggal. Bu Safina terlalu baik padanya. Bahkan Jasmine menangis pun dipeluk oleh Bu Safina.
"Bu Safina kan sudah bilang, kalau ingin sekali punya anak perempuan. Dua anak laki-laki ibu belum mau menikah, jadi ya ibu sudah menganggap kamu seperti anak ibu. Gak pa-pa kan?" Jasmine mengangguk lemah.
"Jasmine gak pernah dipeluk ibu," ucap Jasmine kembali memeluk Bu Safina dengan erat, bahkan pundaknya naik turun. Bu Safina tersenyum sembari berkaca-kaca dan mengelus punggung Jasmine. Nyeri haid yang sejak tadi dirasa Jasmine menguar begitu saja, tergantikan rasa sesak karena menangis haru.
"Ibu Jasmine jahat banget, tega meninggalkan Jasmine, sampai Jasmine gak tahu wajah beliau! Jasmine sampai gak tahu rasanya dipeluk ibu itu bagaimana," makin kencang saja tangisan Jasmine. Lagi PMS tentu lebih sensitif, ia pun mengeluarkan segala rindunya tentang ibu.
"Sudah, ibu kamu pasti mendoakan kamu di mana pun beliau berada, sementara sama Bu Safina dulu ya!" bujuk beliau agar Jasmine berhenti menangis.
"Bu Safina tahu gak, Jasmine tiap malam sering banget protes dengan takdir Jasmine. Gak punya ibu sejak kecil. saat sekolah itu Jasmine sampai malu kalau ada pertemuan wali murid selalu nenek yang mengambilkan, bahkan teman Jasmine pernah mengolok kamu lahir dari batu ya, kok gak punya ibu. Jasmine pulang sekolah menangis, Bu. Bahkan Jasmine gak sekolah sampai seminggu, malu. Sakit banget hati Jasmine, Bu!" kembali Jasmine menangis, ia menutup wajahnya dengan telapak tangan. Kenangan semasa kecil di sekolah punya ruang sangat besar dalam otak Jasmine, karena omongan anak kecil yang belum tahu simpati terhadap sesama.
"Hal yang paling membuat Jasmine menangis lagi itu, saat pelajaran Bahasa Indonesia, disuruh menceritakan tentang keluarga. Aku menceritakan tentang nenek saja, tapi teman-temanku menyahut kok nenek, nenek kan bukan orang tua kita. Aku ngotot nenek itu orang tua juga, sehingga semua temanku selalu bilang aku yatim piatu. Aku ingin pindah sekolah, tapi nenek pasti tak punya uang. Aku menahan sedih sampai lulus kelas 6, sakit banget Bu!" Bu Safina memeluk Jasmine, terlihat sakit hati semasa kecil terbawa hingga dewasa.
"Sudah, kamu sudah dewasa. Kamu sudah tumbuh menjadi perempuan baik, suatu saat nanti kamu akan menjadi ibu yang baik untuk anak-anak kamu!"
Jasmine menggeleng, "Aku gak mau menikah," ucap Jasmine dengan wajah sembapnya.
"Yakin, nanti kalau ketemu anak kedua ibu kamu pasti langsung jatuh cinta," ledek Bu Safina namun Jasmine kembali menggeleng.
"Aku janda loh, Bu!" ucap Jasmine, Bu Safina terlihat sedikit kaget.
"Oh ya?" Jasmine mengangguk. Mungkin merasa nyaman ia pun memberanikan diri membuka status dirinya.
"Saya pernah dilecehkan bos saya, cuma belum sampai diperkosa. Bos saja merasa bersalah, dan akhirnya kami menikah secara siri, sebagai pertanggung jawaban beliau."
"Terus? Kenapa kamu mau?"
"Saya sangat menghargai tubuh saya, saat itu," Jasmine pun menjabarkan tiga opsi yang ia tawarkan pada si bos, dan merasa sangat bodoh dengan moment itu.
"Saya pun sebagai perempuan takut juga, Bu. Bila menjadi korban pelecehan bos saya lagi, makanya saya menerima saja."
Bu Safina paham, sangat mungkin terjadi memang apalagi di kota dan dunia kerja. "Lalu sekarang?"
"Saya sudah bercerai dengan dia, dan dia sudah menikah dengan perempuan yang dijodohkan oleh sang kakek."
Bu Safina pun mengangguk, ternyata kehidupan Jasmine sangat pelik. "Oleh sebab itu kamu menyendiri di sini?"
"Iya, saya resign dari pekerjaan, saya memilih tinggal di sini. Untuk membuka lembaran baru, dan hobi baru juga!"
"Bos kamu gimana?"
"Katanya sih masih cinta sama saya, cuma saya gak mau menyakiti perempuan lain. Jadi saya saja yang mundur."
Bu Safina mengelus rambut Jasmine, tersenyum karena beliau yakin Jasmine memang perempuan baik. Seseorang yang pernah sakit hati karena keluarga atau percintaan tentu tidak mau memilih jalan hidup yang ribet. Apalagi disuruh untuk bersaing mendapatkan cinta seorang laki-laki, ah itu tidak mungkin. Lebih baik dia hidup sendiri daripada berurusan dengan rumitnya cinta.
"Ibu juga sama kok Jasmine, ibu juga mundur."
"Suami ibu selingkuh?"
Beliau mengangguk, "Lebih tepatnya menikah diam-diam, awalnya ibu juga menerima saja. Hanya saja saat ibu melayani kebutuhan biologisnya, terbayang dia juga mencumbu istri lain. Daripada ibu depresi, mending mundur."
Giliran Jasmine yang menenangkan hati Bu Safina, menggenggam tangan beliau erat, layaknya anak yang sedang menggenggam hati ibunya.
"Kita perempuan hebat, lebih baik mencintai diri sendiri. Dunia terlalu luas untuk sekedar memikirkan urusan laki-laki," ucap Jasmine sekarang sudah bisa tersenyum.
"Mau ya ibu kenalkan sama anak ibu? Umurnya 25 tahun, tapi mbolang mulu kerjaannya."
"Kenapa kok mbolang terus, gak ada pekerjaan?" Bu Safina menggeleng.
"Dia marah karena kita bercerai, inginnya sih ibu bertahan, ya dia menganggap kita egois tidak memikirkan anak-anaknya. Padahal mereka sudah dewasa, tapi ternyata perceraian juga menyakiti mereka. Sedangkan sang kakak sudah pindah ke luar negeri, melanjutkan sekolah dan penelitian, mungkin sebagai bentuk protes juga pada kami."
"Tapi aku juga bakal melakukan hal yang sama sih kayak Bu Safina. Kita setia, tak patut diduakan kan ya?"
"Betul."
nunggu otornya aja deh.
banyak kejutan tiap bab nya, seru, tegang , penasaran
ditunggu lanjutannya thor
mumet kan, lagian elang Mulu yg difikirin
aku hadir thor