Bianca Aurelia, gadis semester akhir yang masih pusing-pusingnya mengerjakan skripsi, terpaksa menjadi pengantin pengganti dari kakak sepupunya yang malah kecelakaan dan berakhir koma di hari pernikahannya. Awalnya Bianca menolak keras untuk menjadi pengantin pengganti, tapi begitu paman dan bibinya menunjukkan foto dari calon pengantin prianya, Bianca langsung menyetujui untuk menikah dengan pria yang harusnya menjadi suami dari kakak sepupunya.
Tapi begitu ia melihat langsung calon suaminya, ia terkejut bukan main, ternyata calon suaminya itu buta, terlihat dari dia berjalan dengan bantuan dua pria berpakaian kantor. Bianca mematung, ia jadi bimbang dengan pernikahan yang ia setujui itu, ia ingin membatalkan semuanya, tidak ada yang menginginkan pasangan buta dihidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aure Vale, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan mama papa Bianca
"Mama tapi aku sudah mencintai Kaivan," isak Bianca saya memeluk mamanya yang memalingkan wajahnya dari sang putri, bukan hanya mamanya saja tapi papanya pun sama, tidak ada satupun dari mereka yang berniat membalas semua ucapan Bianca, seakan keduanya tuli.
"Papa, Kaivan udah bisa melihat, Kaivan sudah tidak buta lagi, Bianca mohon biarkan Bianca tetap mempertahankan rumah tangga Bianca dan Kaivan," Bianca beralih pada papanya yang sejak awal hanya diam saja.
Hati masih pagi, bahkan Bianca baru saja selesai bebersih apartement, dan seseorang memencet bel apartementnya, Bianca mengira jika itu adalah Kaivan, karena Kaivan baru saja berangkat ke kantor sedangkan dirinya kembali melanjutkan bersih-bersih.
Tapi siapa sangka jika tamunya itu adalah orang tuanya sendiri, Bianca yang tidak siap dengan kedatangan orang tuanya hanya menunduk diam bahkan saat mereka menyerangnya dengan banyak pertanyaan.
"Mama, Bianca mohon, Bianca gak mau pulang, Bianca dan Kaivan sudah saling mencintai," Bianca kini beralih lagi kepada mamanya.
Mina menghela napas lelah, ia akhirnya menatap anak semata wayangnya yang menatapnya putus asa dengan kedua tangan yang masih memeluk erat kakinya.
"Kalian menikah belum ada dua bulan, tidak mungkin jika kalian bisa langsung saling mencintai, itu bohong Bianca, mama tahu kamu sangat tidak menyukai pernikahan ini dan berniat untuk cerai. Mama dan papa menunggu kedatanganmu ke rumah dalam keadaan tidak bersuami cacat itu lagi, tapi kita menunggu sebulan lebih kamu tidak pernah datang bahkan kamu hanya menjawab pesan mama seadanya Bianca, jadi kami berinisiatif untuk mengunjungimu di sini, tapi siapa sangka jika kamu sudah terjatuh kepada hal yang tidak baik," ujar Mina dengan napas naik turun karena amarah yang menguasai dirinya.
"Mencintai suami sendiri bukan hal yang buruk mama, Kaivan pria yang baik, Kaivan bisa menjadi suami yang baik untuk Bianca, Kaivan juga bisa menjaga dan melindungi Bianca," balas Bianca masih dengan tangisannya yang belum reda.
Ia tidak mau bercerai dengan Kaivan, Ia tidak mau ditinggalkan untuk kedua kalinya, Bianca percaya jika Kaivan adalah cinta terakhirnya, ia bahkan sudah mencintai Kaivan dalam kurun waktu yang singkat. Tapi mengapa di saat mereka sudah saling menerima dan saling mencintai, restu orang tua selalu menjadi penghalang, padahal mereka sudah menikah, jika dulu mungkin ia senang dengan ikut campur orang tuanya atapun mertuanya, tapi kini ia tidak senang sama sekali.
"Bianca, papa sudah mencarikan pria yang bisa menjadi pendamping yang baik untukmu, tinggalkan Kaivan dan dengan begitu Kaivan akan menceraikan kamu!" perintah papanya.
Bianca menggeleng ribut. Tidak. Ia tidak mau lagi dikenalkan dengan pria baru, ia tidak ingin lagi mengalami hal yang pernah ia alami waktu pertama kali menikah dengan Kaivan.
"Enggak pa, Bianca enggak mau sama orang baru, Bianca tetap memilih Kaivan, sampai kapanpun," tolak Bianca tegas.
"Bianca, nurut sama papa kamu!" bentak Mina yang tidak bisa menahan amarahnya, sehingga ia kelepasan membentak putrinya yang sama sekali tidak pernah ia bentak.
"Mama Bianca mohon, Biarkan Bianca membangun rumah tangga dengan Kaivan, Bianca cape harus melawan empat orang tua sekaligus dalam rumah tangga ini," lirih Bianca melepaskan tangannya dari kaki mamanya.
"Bianca sudah nyaman dengan Kaivan, Bianca gak bisa lagi jatuh cinta, cinta Bianca sudah habis pada suami Bianca," lanjutnya seraya bangkit dari bersimpuhnya dan melangkah meninggalkan kedua orang tuanya.
"Berhenti Bianca!" bentak papanya, kesabarannya sudah habis, ia akan menyeret paksa putrinya pulang, karena sampai kapanpun ia tidak akan pernah setuju putrinya dengan Kaivan, jika memang putrinya tidak bisa berpisah dengan suaminya biar ia yang memisahkan mereka, dengan begitu ia akan mudah untuk mengatakan kepada Kaivan agar segera menceraikan Bianca.
"Jika kamu tidak bisa pisah dengannya biar papa yang memisahkan kalian," ujarnya dingin.
Bianca mengepal kedua tangannya, apa-apaan papanya itu, seenaknya memisahkan seseorang yang sudah menikah, memangnya ia mau jika dipisahkan dengan seseorang yang dicintainya.
"Maksud papa apa?" tanya Bianca tanpa membalikkan tubuhnya.
"Lihatlah kamu bahkan tidak sopan kepada orang tuamu sendiri, papa dan mama tidak mengajarkan kamu untuk menjadi orang yang pembangkang,"
"Aku tidak membangkang pa, aku hanya berusaha melindungi rumah tanggaku yang ingin kalian hancurkan,"
"Melindungi? Dulu kamu sendiri yang mengatakan kepada mama jika kamu tidak menyukai pernikahan kalian, mengapa sekarang kamu bertingkah seolah-olah menjadi pelindung untuk rumah tangga?" tanya Mina berdiri dan melangkah mendekati putrinya yang masih diam di tempat.
Bianca memutar tubuhnya sehingga ia isa melihat mama dan papanya yang menatapnya marah, "Sudah Bianca katakan itu dulu, sekarang keadannya berubah, kami sudah saling mencintai," teriak Bianca kelewat kesal dengan mama dan papanya.
"Sekali pun kalian sudah saling mencintai, mama dan papa tetap tidak akan merestui kalian, Bianca," balas Mina tak kalah kencang dari suara Bianca.
"Apa yang membuat kalian sampai tidak suka dengan Kaivan?" tanya Bianca.
"Berapa kali mama harus bilang, Kaivan itu buta, tidak bisa melihat, dan kamu akan menjadi pihak yang paling rugi di masa depan,"
"Berapa kali juga Bianca harus mengatakan jika Kaivan sudah dapat melihat, dia tidak buta lagi, dia dapat beraktivitas seperti orang normal pada umumnya," balas Bianca membiat keduanya diam, mereka kehabisan kata-kata untuk memojokkan Bianca agar mau menceraikan Kaivan.
"Papa tidak percaya,"
Bianca menatap papanya, "papa butuh bukti? butuh aku temani untuk bertemu dengan Kaivan?" tanya Bianca melembutkan suaranya kepada papa kandungnya itu.
"Kalian ingin kuantarakan untuk bertemu Kaivan, kebetulan arah jalan pulang ke rumah dengan kantor Kaivan searah, jadi kalian tidak beralasan tidak bisa datang," tanya Bianca kepada keduanya.
Keduanya semakin diam ketika Bianca menawarkan mereka untuk bertemu dengan Kaivan, awalnya mereka pikir jika Bianca berbohong dengan Kaivan bisa melihat agar mereka bisa merestuinya. Tapi sekarang keduanya malah takut jika ucapan putrinya benar. Kaivan sudah kembali bisa melihat.
"Aku tahu kalian menginginkan yang terbaik untukku, tapi bisakah kalian lihat mataku jika aku bahagia dengan pernikahanku sekarang," lirih Bianca membuat mamanya langsung menatap kedua matanya.
"Bagaimana?" tanya Bianca lagi melihat keterdiaman kedua orang tuanya.
Mina dan Davion menghela napas bersamaan, tidak ada salahnya mengikuti putrinya untuk membawa mereka pada suaminya yang sedang bekerja di kantor.
"Ganti pakaianmu, lalu antarkan mama dan papa menemui suamimu itu!" perintah Mina membuat Bianca tersenyum senang.
"Aku akan segera kembali setelah mengganti pakaianku," balas Bianca langsung lari menuju kamarnya.
Ia senang, mama dan papanya tidak lagi memaksanya untuk cerai dengan Kaivan.
_________________________________________
Wah gak nyangka orang tua Bianca sampe ngedatengin apartnya Bianca dan Kaivan.
Jangan lupa like ya guyssss.