NovelToon NovelToon
Melepas Masa Lalu, Meraih Cinta Yang Baru

Melepas Masa Lalu, Meraih Cinta Yang Baru

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami
Popularitas:26.8k
Nilai: 5
Nama Author: Uswatun Kh@

Sellina harus menerima kenyataan bahwa dirinya ternyata menjadi istri kedua. Tristan suaminya ternyata telah menikah siri sebelum ia mempersuntingnya.

Namun, Sellina harus berjuang untuk mendapatkan cinta sang suami, hingga ia tersadar bahwa cinta Tristan sudah habis untuk istri pertamanya.

Sellina memilih menyerah dan mencoba kembali menata hidupnya. Perubahan Sellina membuat Tristan perlahan justru tertarik padanya. Namun, Selina yang sudah lama patah hati memutuskan untuk meminta berpisah.

Di tengah perjuangannya mencari kebebasan, Sellina menemukan cinta yang berani dan menggairahkan. Namun, kebahagiaan itu terasa rapuh, terancam oleh trauma masa lalu dan bayangan mantan suami yang tak rela melepaskannya.

Akankah Sellina mampu meraih kebahagiaannya sendiri, atau takdir telah menyiapkan jalan yang berbeda?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35. Kalah telak.

Hotel Matthew.

Sellina mendorong kasar kopernya memasuki lobi Hotel Matthew. Aroma kopi yang menguar dan keramaian lobi yang hiruk pikuk—suara dering telepon, gesekan langkah kaki—sejenak berhasil meredam keriuhan dalam kepalanya. Sedikit ketenangan menjalar, samar-samar, saat ia berpikir, di sini, aku aman.

Ia menyeret koper yang terasa berat itu menuju deretan lift, berharap cepat menghilang ke kantornya.

Namun, harapan itu hancur saat sosok Aliany tiba-tiba muncul, menghadangnya dengan senyum sinis yang selalu Sellina benci.

"Wah, wah. Mau pindahan nih?" seru Aliany, nadanya mencibir dan penuh insinuasi.

Sellina, dengan wajah masam dan mata yang masih terasa perih, bahkan tak memiliki tenaga untuk merespons. Ia menganggap Aliany tak kasat mata, mencoba menghindarinya dan terus berjalan ke arah lift.

Tapi Aliany adalah pengganggu yang enggan melepaskan.

Sebuah tangan Aliany terulur cepat, mencengkeram gagang koper Sellina dengan erat. "Eeit ... mau ke mana kau?"

Kesabaran Sellina yang sudah terkikis habis semalam kini mencapai batasnya. Rasa geram dan kesal bercampur aduk dengan keputusasaan. Ia menarik koper itu keras-keras, berusaha merebutnya kembali, sementara Aliany menahan dengan kekuatan yang sama. Pergulatan senyap itu—dua wanita saling tarik menarik koper—sekali lagi menjadi tontonan yang tidak pantas di mata banyak pengunjung lobi.

Dalam tarikan terakhir yang penuh emosi, Sellina menariknya dengan seluruh tenaga. Kekuatan mendadak itu berhasil. Koper terlepas dari genggaman Aliany, dan wanita itu, kehilangan keseimbangan, terpental ke belakang hingga terjatuh dengan bunyi debuk yang memalukan.

Seorang pelayan yang terkejut segera datang membantu Aliany bangkit.

Aliany berdiri, wajahnya merah padam. Matanya menyala penuh amarah, tatapannya menembus Sellina. "Kau berani mendorongku?!" desisnya.

Namun, saat pandangan Aliany melayang sekilas dan menangkap siluet Erza yang baru saja tiba di pintu lobi, ekspresi wajahnya berubah drastis. Amarahnya tiba-tiba dilipat, digantikan oleh kerutan kening dan rintihan yang dibuat-buat.

Ia menggenggam lengannya dan menyandarkan tubuhnya dramatis pada pelayan. Rasa sakit yang palsu itu sangat meyakinkan.

"Salah apa aku, Sellina," ucapnya dengan suara yang dibuat memelas dan lirih, menarik perhatian Erza. "Sampai kau mendorongku begini, aku kan cuma bertanya ..."

Wajahnya penuh kepura-puraan, tapi matanya memancarkan kemenangan dingin yang hanya bisa dilihat oleh Sellina.

Erza, yang baru saja melewati pintu putar lobi, terhenti seketika. Matanya langsung menangkap drama yang terjadi.

Hatinya bergejolak ingin melangkah maju. Namun, Erza menahan diri. Ia tahu betul dinamika kantor di sini. Jika ia, seorang CEO di hotel ini, turun tangan untuk membela Sellina, wanita yang sudah jelas-jelas mendapat kecemburuan dari banyak staf.

Bantuan darinya akan menjadi konfirmasi bagi semua yang melihat bahwa Sellina adalah masalah, dan akan menambah daftar panjang orang yang membencinya.

Erza hanya mengamati dari kejauhan, tangannya mengepal di sisi tubuhnya, enggan menambah masalah yang sudah menumpuk di pundak Sellina.

Namun, rintihan Aliany semakin dramatis, menarik perhatian tamu yang lewat. Saat Aliany kembali melontarkan tuduhan dengan nada sedih, Sellina tampak semakin dipermalukan dan terdesak. Erza tak tahan lagi. Ia mengambil satu langkah maju, siap mengabaikan konsekuensi demi membela wanita itu.

Namun, sebelum Erza sempat melangkah lebih jauh, Sellina bergerak.

Keheningan dan rasa lelah di wajah Sellina tiba-tiba menguap, digantikan oleh sorot mata tajam yang belum pernah dilihat Erza. Ia tidak lemah seperti yang dibayangkan Aliany.

Sellina menurunkan kopernya, membiarkannya berdiri tegak di sisinya. Ia melangkah maju perlahan, mendekati Aliany dan pelayan yang panik membantunya.

"Salah apa, katamu?" suara Sellina terdengar jelas, tidak lagi memelas.

Sellina tersenyum tipis, senyum yang sama sekali tidak mencapai matanya. Ia membungkuk cepat, menunjuk sepatu hak tinggi milik Aliany yang tersangkut di kain karpet lobi yang tebal.

"Kau tidak jatuh karena aku mendorongmu, Aliany," katanya, nadanya tenang tapi penuh otoritas. "Kau jatuh karena hak sepatumu tersangkut di karpet hotel."

Ia kemudian menegakkan tubuhnya, tatapannya menyapu lurus ke wajah Aliany yang terperangah, kemudian beralih ke pelayan yang gugup.

"Jika kau benar-benar kesakitan, mengapa kakimu yang sakit, tapi tanganmu yang kau pegang?" Sellina melanjutkan, suaranya kini lebih keras, cukup untuk didengar oleh beberapa tamu terdekat.

"Jika kau ingin berpura-pura, setidaknya pastikan ceritamu sinkron, Aliany. Atau kau mau aku panggil bagian keamanan untuk memeriksa rekaman CCTV dan melihat siapa yang sebenarnya menarik koper siapa?"

Lobi yang tadinya gaduh kini senyap. Semua mata tertuju pada Aliany. Wajah Aliany yang tadinya pura-pura sakit kini pucat pasi, seluruh kepura-puraannya terbongkar dalam hitungan detik. Ia tidak menyangka Sellina akan menyerang balik dengan logika dan ancaman CCTV.

Sellina tidak menunggu jawaban. Dengan kemenangan yang dingin dan mematikan, ia berbalik, meraih gagang kopernya yang kini terasa ringan, dan melanjutkan langkahnya ke arah lift.

Erza, yang masih berdiri di tempatnya, terdiam. Tarikan napas lega lolos dari bibirnya, diikuti oleh senyum bangga yang tersungging di sudut bibir. Sellina tidak butuh penyelamat. Wanita itu, dengan keberanian dan kecerdasannya, bisa menyelamatkan dirinya sendiri.

Namun, di tengah rasa bangga itu, sebuah kejanggalan mengusik benaknya.

"Kenapa Sellina membawa koper? Apa dia berantem dengan Tristan?" gumam Erza, matanya menerawang ke pintu yang baru saja dilewati Sellina. Ukuran koper itu terlalu besar untuk bepergian singkat.

Erza memutar tubuhnya, menemukan Elena yang masih terpaku, memproses kejadian barusan.

"Elena," ucapnya, "Cari tahu. Cari tahu kenapa Sellina membawa koper saat kerja. Cari tau sekarang."

Elena mengangguk cepat, ia menunduk singkat.

"Baik, Pak. Saya akan segera mencari tahu," jawab Elena.

"Aku tunggu kabar darimu," tambah Erza.

Elena bergerak cepat. Ia tahu Erza sedang menunggu.

Dengan langkah yang diperlambat agar tampak santai, ia mendekati meja kerja Sellina. Wanita itu sedang fokus di depan layar, seolah kejadian dramatis tadi tak pernah terjadi.

"Sellina," sapa Elena, dengan senyum yang dipaksakan ceria. Ia membawa dua gelas kopi yang baru diambilnya dari pantry. "Nih, buatmu. Kopi ini pasti pas setelah menghadapi drama pagi tadi, ya?"

Sellina mendongak, matanya yang tajam melunak sedikit. "Oh, terima kasih, Elena. Kau tahu selera kopi ku."

Elena duduk di kursi tamu. Ia menyeruput kopi dan kemudian mengarahkan pandangannya secara kasual ke sudut tempat koper itu berada.

"Omong-omong, Sellina," Elena memulai dengan nada ringan, "Aku lihat koper itu ... besar banget. Mau ke luar kota, ya? Kukira akhir bulan ini kau ada cuti."

Sellina tersenyum tipis, sorot mata yang penuh perhitungan muncul sekilas.

Sellina menghela napas, tubuhnya merosot di sandaran kursi. "Ah, koper itu. Sebenarnya aku sedang cari kontrakan baru, Elena."

"Kontrakan?" Elena memiringkan kepalanya, berpura-pura terkejut. "Kenapa mau pindah?"

Sellina mengangguk. "Kontrakanku yang sekarang ... masa sewanya sudah hampir habis. Aku mutusin untuk pindah agar lebih dekat ke kantor. Jadi, daripada repot bolak-balik membawa barang, aku membawa sebagian yang penting ke sini dulu. Belum dapat tempat yang cocok, jadi barang-barangku masih menginap di kantor. Aku harap tidak mengganggu."

Sellina telah memasang dinding kokoh. Ia tahu betul ia tidak bisa membiarkan rahasia masalah rumah tangganya menjadi konsumsi publik.

"Oh, aku ngerti," kata Elena, "Semoga cepat dapat tempat yang nyaman ya, Sellina."

Sementara itu, di ruangan pribadinya, Erza berdiri tegak di balik jendela kaca besar yang melapisi dinding kantornya. Posisinya memberinya pandangan jelas ke arah bilik kerja Sellina, tanpa perlu khawatir terlihat.

Ia melihat interaksi antara Elena dan Sellina.

Ketika Elena kembali dengan hasil laporannya, Erza hanya mendengarkan.

"Dia bilang sedang mencari kontrakan baru, Pak. Masa sewa yang lama akan habis, dan dia membawa koper itu berisi barang penting sambil menunggu tempat yang cocok," lapor Elena.

Erza mengangguk perlahan. Mata birunya yang tajam menyorot dingin.

"Pindah kontrakan," ulangnya, nadanya datar.

Alasan itu masuk akal, tetapi Erza bukanlah orang yang mudah percaya. Jika hanya pindah kontrakan, kenapa harus membawa koper itu ke kantor, alih-alih menitipkannya di tempat lain? Dan mengapa dia perlu pindah dari rumah yang ia tinggali bersama suaminya?

Erza menghela napas, jemarinya mengetuk perlahan di permukaan meja.

"Elena. Aku punya tugas lain buatmu."

1
kim elly
diam kau 🙄
kim elly
hmm mampus lo
kim elly
lo aja yang kerjain 🙄
Iyikadin
Coba ceritain aja sedikit sedikit
Iyikadin
Sangat sangat terbayang sih betapa sakitnya yang dirasakan
🦋RosseRoo🦋
bisikan setan, di dengerin. 😅
🦋RosseRoo🦋
tumben nyapa pak😌
Mutia Kim🍑
Lebih baik kamu suruh aja Tristan buat ceraikan Selina biar hidup Selina tenang dan damai
Mutia Kim🍑
Dan kek setan tu orang, selalu ada dimana-mana
kim elly
🙄uler mah uler aja ngadu ngaduin
kim elly
🤣🤣mas nggak tuh
mama Al
Pergi saja pergi dari hidupmu
bawa semua rasa bersalahmu
mama Al
Saya suka kepanasan ini
mama Al
mantap
Iyikadin
Keren sekali perkataan mu kaaaa bagusss!! tingkatkan, harus berani dengan lantang sih
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©🦐
Ezra benar2 sdh berubah
Iyikadin
Skakmatttt, jawab tuh cepet jawabbb ah elah
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©🦐
cintamu terlambat Tristan
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©🦐
cerita nya bagus Thor.. perjuangan seorang istri yg hanya di jadikan tameng untuk menutupi hubungan suaminya dengan wanita lain 🥺🥺
Sunaryati
Semoga setelah penderitaan yang kau alami karena Tristan dan Rekha, dan semuanya kau Terima dengan sabar , nanti berbuah manis Sellina.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!