Storm adalah gadis bar-bar dengan kemampuan aneh—selalu gagal dalam ujian, tapi mampu menguasai apa pun hanya dengan sekali melihat.
Ketika meninggal pada tahun 2025, takdir membawanya hidup kembali di tubuh seorang narapidana pada tahun 1980. Tanpa sengaja, ia menyembuhkan kaki seorang jenderal kejam, Lucien Fang, yang kemudian menjadikannya dokter pribadi.
Storm yang tak pernah bisa dikendalikan kini berhadapan dengan pria yang mampu menaklukkannya hanya dengan satu tatapan.
Satu jiwa yang kembali dari kematian. Satu jenderal yang tak mengenal ampun. Ketika kekuatan dan cinta saling beradu, siapa yang akan menaklukkan siapa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Promo novel
“Siapa pria tampan itu?” tanya seorang mahasiswi lain sambil terpana, matanya tak lepas dari sosok Leo yang auranya begitu mencolok.
Janet buru-buru bersuara, menunjuk Amy dengan penuh drama.
“Bukan salah kami! Dia yang menindas kami!”
Lulu langsung maju setengah langkah, wajahnya tegang.
“Bukan seperti itu! Mereka yang duluan menindas Amy. Saya saksi matanya!”
“Universitas terkenal,” ucap Leo perlahan, suaranya datar namun tajam, “ternyata bisa menerima pelajar yang suka menindas orang.”
Dosen yang tadi membentak tampak panik. “T-Tuan… saya bisa beri penjelasan. Ini hanya masalah anak-anak—”
Belum sempat ia selesai, Leo memotongnya dengan suara tegas yang membuat semua orang kaku.
“Aku akan membantu dana selama sepuluh tahun… kalau mereka bertiga dikeluarkan sekarang juga.”
Dekan langsung menunduk, wajahnya pucat.
“Iya… akan kami lakukan.”
Sementara keributan itu mereda, Leo tidak mengalihkan pandangannya dari Amy. Sejak awal ia hanya fokus padanya.
Leo melangkah maju, perlahan namun pasti, seperti seseorang yang menemukan sesuatu yang sangat berharga. Ia berhenti tepat di depan Amy, begitu dekat hingga Amy bisa melihat kilatan lembut di balik dinginnya mata pria itu.
Tanpa meminta izin, Leo meraih tangan Amy dan memeriksanya.
“Apakah kau terluka?” tanyanya. Suaranya rendah, penuh perhatian sehingga semua orang yang melihat terperangah.
Amy terkejut, tubuhnya refleks menegang. Ia buru-buru menarik kembali tangannya, mundur satu langkah.
“T-Tidak apa-apa… terima kasih,” jawab Amy, mencoba tetap tegar meski wajahnya sedikit memerah.
Leo tersenyum, senyum langka yang bahkan membuat Billy kaget.
“Amy Zhuo… aku telah mencarimu selama ini. Dan kali ini, aku datang juga demi dirimu.”
"Kenapa suara pria ini tidak asing? batinnya panik.
Amy menelan ludah sebelum bertanya pelan, namun tetap waspada,
“Kenapa anda mencariku…? Apa kita pernah bertemu sebelumnya?”
Leo kembali meraih tangan Amy, namun kali ini bukan untuk memeriksa luka. Tatapannya jatuh pada gelang kecil yang melingkar di pergelangan tangan gadis itu, gelang yang dia berikan di saat pertemuan pertama.
Leo menatapnya lama, matanya melembut dengan cara yang tak pernah ia tunjukkan pada siapapun.
“Karena kau adalah pemilik gelang ini,” ucap Leo dengan senyum tipis yang hampir seperti sebuah kelegaan panjang.
Mata Amy langsung membesar. Ia terkejut—panik bahkan, lalu dengan cepat menepis tangan Leo.
“Kau akhirnya muncul juga!” seru Amy kesal, wajahnya memerah antara marah dan bingung.
“Sekarang cepat ... lepaskan gelang jelekmu ini dariku!”
Leo mengangkat kepalanya, memandang Amy dengan tenang, sorot matanya dalam dan penuh keyakinan.
“Aku Leo Jin Yang,” ucapnya perlahan.
“Setelah aku memberi sesuatu pada seseorang… aku tidak akan mengambilnya kembali.”
Nama itu—Jin Yang—membuat Amy membeku seketika.
"Leo Jin Yang…?" batin Amy gemetar.
Sesuatu dalam dirinya bergeser, seperti pintu lama yang terbuka paksa. Ingatan yang ia coba lupakan selama bertahun-tahun tiba-tiba menyeruak.
Amy mendengar suara seseorang—suara pria dewasa yang memperingatkannya di masa lalu...
“Keluarga Jin sangat berpengaruh di kota. Kita tidak bisa melawan mereka.
Dan sekarang, posisi direktur utama sudah diduduki oleh penerus mereka… Jin Yang.”
Wajah Amy menegang. Napasnya memburu. Tangan yang tadi menepis Leon kini mengepal erat.
Dunia di sekelilingnya tiba-tiba terasa gelap.
Dan sebelum siapapun sempat menahan atau memahami—
PLAK!
Amy mengangkat tangannya dan menampar wajah Leo dengan keras. Suaranya menggema di seluruh koridor, membuat seluruh mahasiswa, dosen, bahkan Billy membatu di tempat.
“Pembunuh!” teriak Amy dengan suara serak.
trus itu gmn?
jadinya
semoga semua akan baik-baik saja...
dan berakhir bahagia.....🤲
kasian juga q am ortux tp klo.yg begitu tiba2 ngilang, pasti sepi n sedih