Sebuah tragedi penyekapan membuat Maharaya bertemu dengan seseorang yang berhasil merenggut kesuciannya.
Seorang pria dingin dan kejam, pimpinan mafia bawah tanah yang sangat ditakuti.
Dia juga dibawa masuk ke dalam kehidupan pria itu yang ternyata bukanlah orang biasa, laki-laki kejam itu adalah seorang putra mahkota dan calon raja masa depan.
Sejak itulah perjalanan hidup Maharaya berubah drastis. Dia dipaksa masuk ke dalam kehidupan yang diluar bayangannya, dipenuhi oleh kekerasan, ketakutan, kesedihan sekaligus kesakitan, sampai akhirnya dia mengenali dirinya sendiri.
Mampukah Maharaya bertahan dengan kehidupan kerasnya dan mendapatkan cinta sejati dari pria dingin itu yang nyata-nyatanya masih dibayangi oleh cinta masa lalunya?
Yuuk... kita ikuti saja kisah selengkapnya di sini..!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Menantang Maut
❤️❤️❤️
Raya dan pria codet tadi tiba di bagian belakang
kapal dimana di sana telah siaga sebuah heli
yang siap terbang. Perang tembakan kini tengah
berlangsung antara pasukan pria codet itu dan
pasukan kapal selam yang baru saja datang.
"Sial, dia punya pasukan tak terlihat rupanya.!"
Geram Pria itu saat dia melihat kemunculan
kapal selam canggih dari kejauhan. Matanya
berkilat hebat saat melihat satu tembakan
besar melesat ke bagian anjungan. Dengan
cepat dia menarik Raya untuk berlindung dari
hujan peluru. Kapal berguncang hebat saat
ledakan besar memecah bagian utama dari
kapal layar ini. Tubuh Raya dan pria itu hampir
saja terpental kalau pria itu tidak tangguh, dia
menahan tubuh Raya dalam kurungannya
dan memerangkap nya ke dinding kapal.
"Lepaskan.! Kau mau membawaku kemana.!"
Raya kembali berontak mencoba melepaskan
pegangan kuat lengan pria itu yang menarik
dirinya bersembunyi di balik sebuah ruangan
saat hujan peluru kembali berseliweran di
sekitar mereka menimbulkan bunyi mengerikan.
"Kau harus ikut dengan ku karena sekarang
ini kau adalah tawanan ku.!"
"Aku tidak mengenal kalian, kenapa kalian
melibatkanku.!"
"Karena kamu ada bersama bedebah itu.!!"
"Aku tidak tahu siapa yang kalian maksud.!
Lepaskan aku..!!"
Raya masih mencoba meronta, dan tanpa di
duga dia menggigit lengan pria itu dengan kuat
hingga pegangan nya terlepas. Dengan cepat
Raya berlari keluar ruangan menuruni tangga
menuju geladak bawah dimana di kejauhan
dia melihat kemunculan Aaron yang baru saja
keluar dari dalam kapal selam. Namun saat dia
baru saja menapakkan kaki di tangga tiba-tiba terdengar bunyi ledakan keras membahana
seakan menelan kapal menyebabkan seluruh
badan kapal oleng dan berguncang hebat.
Tubuh Raya terpental ke udara dan terpelanting
kearah luar kapal, dia menjerit histeris membuat
Aaron yang sudah melihat keberadaan nya membelalakkan mata terkesiap. Namun sosok
pria codet tadi dengan gerakan cepat tak terlihat
datang menyambar tubuh Raya, lalu menariknya
ke dalam pangkuannya. Untuk sesaat mata
mereka saling menatap dalam keterkejutan.
"Kau mau mati konyol hahh..!!"
Pria itu membentak dengan wajah kelamnya.
Raya melompat turun dari pangkuan pria itu
berusaha menjauh tapi tangan nya terkunci
oleh pegangan kuat pria itu.
"Aku lebih baik mati daripada harus berada
dalam kekuasaan kalian.!"
"Dan aku tidak akan membiarkan kau lenyap
begitu saja sebelum aku mendapatkan yang
aku inginkan.!"
Geram pria itu sambil menggenggam kuat
tangan Raya kemudian menarik tubuhnya ke
dalam rengkuhan nya. Raya kembali meronta,
entah darimana dia mendapatkan tenaga dan
keberanian yang tidak ada habisnya itu.Tanpa menunggu lagi pria itu kini melangkah cepat
menyeret tangan Raya menuju kearah helikopter
yang sudah mulai mengudara dan menderu
hebat, hembusan anginnya menyapu seluruh
tempat itu yang bergerak perlahan tenggelam.
"Kita pergi sekarang juga..!!"
Perintah pria codet tadi dengan tampang muka
yang sangat mengerikan sambil mendorong
paksa tubuh Raya untuk segera menaiki tangga
darurat helikopter tersebut. Namun Raya masih
mencoba berontak dengan meronta ingin keluar
dari dalam pesawat. Dari arah geladak bawah
muncul Aaron, dia melompat gesit ke geladak
atas sambil melancarkan serangan kearah pria
tadi yang juga tidak kalah lincah mengelak tanpa
melepas cengkeraman tangan nya pada Raya.
"Aaaroon...toloong akuu..!"
Raya menjerit meronta saat pria tadi memaksa
untuk naik keatas helikopter. Dirinya kini sudah
ada dalam pesawat namun dia masih berontak
dan berteriak kearah Aaron yang sedang saling
serang dengan pria codet itu yang kini berhasil
masuk ke dalam pesawat tanpa menghentikan
serangannya kearah Aaron. Pesawat sudah
mulai mengudara. Pasukan Aaron tidak ada
yang berani menembak pesawat tersebut
karena tahu di dalamnya ada istri sang ketua.
"Aaroonn... tolooong....!"
Teriakan Raya masih terdengar membahana,
memecah suasana mengalahkan deru mesin
pesawat yang mulai menjauh dari area kapal
layar tadi yang sudah hancur dan kini perlahan tenggelam. Namun ternyata Aaron berhasil
melompat keatas tangga darurat helikopter
tersebut dan kini berusaha untuk merayap
naik ke dalam pesawat.
"Damn..!! Kenapa kamu tidak menyerah saja.!"
Pria codet itu menggeram saat menyadari Aaron
berhasil naik dan kini sudah ada di pintu masuk pesawat. Keduanya bertarung darurat di tempat
yang sangat urgent itu. Raya membulatkan mata
di penuhi ketegangan menyaksikan tubuh gagah
Aaron berdiri darurat di tangga heli yang sedang terbang tanpa pengaman apapun dalam keadaan bertarung seru dengan pria codet tadi. Pesawat
oleng karena pergerakan hebat dari kedua orang
yang sedang bertarung itu. Tubuh Aaron masuk
ke dalam pesawat setelah dia berhasil memukul
dan memasukan beberapa tendangan telak pada
dada dan perut pria itu.
"Eden Wolf..! Kau yang bermain rupanya .!"
Dengus Aaron dengan seringai iblis nya. Dia
segera menarik tubuh Raya agar berlindung
di belakang nya. Namun sedetik kemudian
tubuh Aaron terhuyung saat pria codet tadi
berhasil mengirimkan tendangan keras pada
bagian dadanya, dan detik berikutnya pria itu
melesakkan dua kali tembakan ke arah Aaron
tepat mengenai dada dan bahu kirinya.
"Aaroon....!!"
Raya menjerit saat melihat Aaron menggeram
memegangi dadanya yang terkena tembakan.
Namun bukannya mengendur Aaron kini seolah
kesetanan, dia mengirimkan tendangan secepat
kilat kearah pria itu hingga tubuh nya terjungkal
dan terlempar ke belakang. Pria itu membalikkan
badan, ada sesuatu yang aneh kini terjadi. Mata
pria itu berubah merah seakan menyemburkan
api hingga menimbulkan pecahan hebat dalam
ruang sempit pesawat tersebut.
Tubuh si pilot tiba-tiba terlempar dengan dahsyat
keluar dari pesawat. Ada pusaran angin kencang
yang kini datang menyerbu ke dalam ruang
pesawat itu hingga tubuh Aaron dan Raya mulai terseret dan tersapu. Aaron terkesiap melihat
gelagat tidak menguntungkan ini.
"Lompat sekarang...!"
Aaron memberi perintah pada Raya yang kini
membulatkan matanya, melompat.?? apa dia
sudah gila ? Belum sempat dia berpikir Aaron
sudah melesakkan tembakan peringatan ke
udara dan detik berikutnya pria itu merengkuh
tubuh Raya ke dalam pelukannya kemudian dia melompat terjun dari dalam pesawat tersebut
yang sudah cukup tinggi mengudara. Raya memejamkan mata dalam dekapan kuat Aaron
di tengah tubuhnya yang melayang di udara.
Tidak lama terdengar bunyi ledakan besar.
Tuhan.. inikah akhir hidupku.. Kalau benar
hamba ikhlas.. Semoga hamba pergi dalam
keadaan Ridho Mu ya Allah.. Tapi tolong
selamatkan suamiku..!
Raya melantunkan doa dalam hati sebelum
akhirnya kegelapan memeluk dirinya, masuk
ke dalam lorong pekat yang sangat dalam..
Tubuh Aaron dan Raya jatuh di atas matras
yang sudah terbentang di atas air. Semua
anak buahnya bergerak cepat menghampiri
Tuannya yang kini bangkit masih memeluk
erat tubuh Raya yang sudah terkulai lemas
tak sadarkan diri.
Ternyata matras itu berada di atas kapal selam
canggih milik Aaron yang di huni oleh pasukan
bawah air nya Hiu Putih . Aaron mengangkat
tubuh lemah itu ke dalam pangkuannya. Dia
melangkah masuk ke dalam kapal selam
tersebut sambil menggendong tubuh lemah
Raya tidak peduli pada luka di dada kirinya
karena tembakan tadi.
"Tuan anda terluka..!"
Alex tampak khawatir melihat kondisi Aaron
yang terlihat sedikit memucat.
"Aku tidak apa-apa.! Kita pulang sekarang.!"
"Baik Tuan."
Dan kapal canggih itu kini melesat di bawah air
membelah arus menuju ke tempat tujuan..
***
Pusat kota negara xxx...
Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 11
malam. Di sebuah rumah berukuran sedang
yang ada di lingkungan perumahan eksklusif
di pusat kota xxx... keadaan tampak sedikit
sibuk. Ada beberapa penjaga di luar rumah.
Namun sengaja di buat tidak mencolok agar
tidak menimbulkan kegaduhan bagi penghuni
rumah yang lain.
Aaron dan Raya sudah ada di rumah ini. Sesuai
dengan keinginan Raya Aaron membawa wanita
itu ke rumah sederhana ini. Kata sederhana itu sebenarnya hanya untuk ukuran seorang Aaron
yang memiliki segalanya, tapi untuk orang lain
rumah ini terbilang cukup mewah. Rumahnya
terdiri dari dua lantai, dimana lantai atas hanya
berisi satu kamar utama berukuran luas dengan
segala fasilitas lengkap di dalamnya. Rumah ini
berada di lingkungan perumahan yang memiliki
sistem keamanan cukup bagus.
Lingkungannya juga sangat nyaman, bersih di
penuhi udara segar karena konsep perumahan
ini adalah back to nature. Semua rumah bercat
putih, tanpa pembatas dan bersentuhan langsung
dengan alam dimana di setiap rumah memiliki
perkebunan mini sendiri-sendiri yang ada di
halaman belakang .
Keadaan di dalam rumah saat ini di warnai oleh
berbagai kesibukan. Raya berada di kamar utama.
Kondisinya masih tak sadarkan diri karena syok
berat yang di alaminya. Selang infus melilit di
lengannya. Sementara di kamar bawah saat ini
Aaron sedang mendapatkan perawatan intensif.
Seharusnya dia di bawa ke rumah sakit karena
terlalu banyak kehilangan darah. Sewaktu dalam
kapal selam dia menolak untuk mendapatkan
perawatan padahal di sana juga ada dokter ahli
hingga keadaannya sekarang lumayan darurat.
Kondisi nya sangat lemah. Wajah dan kulitnya
tampak pucat. Dia juga kehilangan kesadaran
dan harus di bantu oleh beberapa alat medis.
Lewat tengah malam Raya kembali sadar. Dia
membuka matanya perlahan, menatap tenang
langit-langit kamar yang di hiasi lampu kistal
cantik yang sedikit temaram.
Tuhan.. dimanakah kini aku berada.? apakah
sekarang aku sudah ada di alam keabadian.?
Raya mendesah pelan ketika tiba-tiba kepala
nya terasa pusing. Dia memegang kepalanya,
matanya tertegun saat melihat selang infus
kini melilit di tangannya.
"Selang infus.? ada dimana aku sekarang.?"
"Kau sudah sadar.?"
Raya tersentak, matanya dengan cepat melirik
kearah sumber suara. Pandangannya langsung
mengarah pada satu sosok tinggi langsing dari
seorang wanita berwajah cantik, berkulit putih
bersih dengan rambut indah merah kecoklatan.
Wanita cantik itu baru saja muncul ke dalam
kamar membawakan nampan berisi makanan
di ikuti oleh seorang wanita berwajah tegas
dan rapi berpakaian khas pelayan.
Dia segera menghampiri Raya, menyimpan
nampan di atas nakas. Keduanya kini saling
menatap, alis Raya bertaut bingung, sedang
wanita itu tampak tersenyum.
"Hai.. bagaimana perasaanmu sekarang.?"
Wanita cantik yang memiliki aura positif itu
tersenyum lembut seraya duduk di pinggir
tempat tidur, meraih pergelangan tangan
Raya dan mengecek denyut nadinya.
"Si-siapa kamu ? ada dimana aku, apa aku
masih hidup.?"
Wanita itu kembali tersenyum, kali ini raut
wajah geli tampak terpendar dari wajahnya.
"Tentu saja kau masih hidup. Dan sekarang ini
kau ada di rumahmu."
"Rumahku..? Apakah aku pulang kembali ke
rumah Papah.?"
Raya masih tampak kebingungan. Dia kembali
memegang kepalanya dan memejamkan mata.
Wanita itu melepaskan pegangan tangannya.
"Aku akan memeriksa mu sekali lagi untuk
memastikan kondisimu.!"
Wanita cantik itu memberi isyarat pada wanita
yang tadi ikut masuk bersamanya, dia langsung
bergerak mengambil tas yang ada di atas meja
di ruang depan. Tidak lama sudah kembali lalu
menyerahkan tas kecil tersebut. Dan kini wanita
cantik yang sepertinya berprofesi sebagai dokter
itu mengeluarkan stetoskop kemudian mulai
mengecek kondisi Raya yang hanya bisa terdiam memperhatikan apa yang di lakukannya di tengah kebingungan dengan keberadaan orang-orang
asing itu. Tidak lama dia sudah mengakhiri
kegiatannya seraya menarik napas lega.
"Sejauh ini fisikmu baik-baik saja. Kau hanya
tinggal memulihkan kondisi mental mu.!"
"A-Aaron.. apa yang terjadi dengan nya.?
Raya tampak tersentak seakan baru terbangun
dan tersadar dari segala kerumitan pikirannya.
Dia bangkit lalu bergerak dari atas tempat tidur
membuat wanita cantik tadi terkejut kemudian
menahan tubuh Raya yang memaksa ingin
turun dari atas tempat tidur.
"Hei.. tenanglah.. tidak terjadi apa-apa pada
nya ! Kau harus memulihkan kondisi mu dulu."
"Ada dimana dia.? apa benar dia baik-baik saja?
Bisakah aku bertemu dengan nya.?"
"Tentu saja, kau bisa menemuinya. Tapi nanti
setelah keadaanmu pulih sepenuhnya."
"Tidak, aku ingin bertemu dengannya sekarang.
Aku harus memastikan keadaannya.! "
"Raya..kau masih lemah.! kondisimu belum
stabil, dia tidak akan menyukainya.!"
Raya terhenyak, dia menatap tajam wajah
gadis cantik di hadapannya ini.
"Kau mengenalku.? siapa kau sebenarnya.?"
Wanita itu membalas tatapan Raya yang
seolah sedang menginterogasi nya.
"Tentu aku tahu siapa kamu, karena sekarang
kamu terikat hubungan tidak sengaja dengan
kakak sepupuku !"
Mata Raya mengerjap, terkejut dengan apa
yang di katakan oleh wanita itu.
"Kau sepupunya Aaron..? seperti Ansel..?"
"Aku Alea..saudari kembarnya Ansel."
Jelas gadis itu atau Alea yang mengaku sebagai saudari kembarnya Ansel. Raya terdiam, masih
menatap Alea yang kini merapihkan kembali
peralatan medisnya.
"Dimana Aaron..? Tolong jangan menutupi
apapun dariku. Aku tahu keadaanya tidak
baik-baik saja, dia terluka karena aku."
Raya berucap sambil kemudian turun dari atas
tempat tidur dengan menenteng botol infus di
tangannya tanpa bisa di tahan lagi. Dan hal itu membuat Alea kembali terkejut melihat apa
yang di lakukan oleh wanita yang notabenenya
adalah kakak iparnya itu. Dia segera mendekat
kearah Raya yang mulai bergerak melangkah.
"Dia ada di lantai bawah. Tapi keadaan mu
sendiri masih belum pulih kakak ipar."
"Aku tidak apa-apa. Aku harus melihatnya.
Tolong jangan mencoba menghalangi ku.!"
Ucap Raya sambil kemudian melangkah keluar
dari kamar di ikuti oleh wanita yang tadi datang
bersama dengan Alea, raut wajahnya tampak
khawatir melihat kenekatan Raya.
"Dan tolong lepaskan ini dariku.! Aku sudah
merasa lebih baik sekarang.."
Pinta Raya sambil menatap selang infus di
tangan nya sesaat sebelum menuruni tangga.
Alea menarik napas berat, wanita ini ternyata
sangat berbeda, dia sangat keras dan tidak
bisa di manipulasi.
Dengan langkah gontai karena sesungguhnya
kondisinya masih dalam keadaan lemah Raya
turun perlahan ke lantai bawah. Ansel, Alex dan
Griz tampak bengong melihat kemunculan Raya
yang masih dalam keadaan terlilit selang infus
tersebut, mereka terlihat berdiri menyambut
dengan wajah yang sama-sama tegang.
"Kakak ipar..? Kenapa kau memaksa turun.?"
Ansel tampak tergagap dalam keterkejutan.
Raya menatap tajam wajah tampan Ansel,
pria itu tampak menggaruk tengkuknya yang
tidak gatal.
"Dimana kamarnya.?"
Ansel melirik ragu kearah kamar tempat Aaron
berada. Raya melangkah cepat ke kamar itu.
Dia mendorong pintu kamar yang tidak terkunci
kemudian masuk ke dalam ruangan yang cukup
luas itu. Tubuhnya tiba-tiba membeku, terhenyak,
menatap tidak percaya pada kondisi laki-laki
yang telah mati-matian mempertaruhkan
nyawanya untuk menyelamatkan dirinya itu..
***
Happy Reading....
pasti lebih seru