Karena desakan Ekonomi, Rosa terpaksa harus menikah dengan pria yang sama sekali tak di cintainya. Bekas luka di tubuh serta hatinya kian membara, namun apalah daya ia tak bisa lepas begitu saja dari ikatan pernikahan yang isinya lautan luka.
seiring berjalannya waktu, Rosa membulatkan tekadnya untuk membalas segala perbuatan suaminya. bersembunyi di balik wajah yang lemah lembut nan penurut, nyatanya menyiapkan bom waktu yang bisa meledak kapan saja.
Hem, gimana ya ceritanya. yuk simak kelanjutannya, jangan lupa tinggalkan jejak likenya, komen, subscribe dan vote 🥰🫶
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lutfi si aneh
Mata Lutfi terpejam, ia tak bisa berkata-kata saking terkejutnya mendapat serangan yang tak terduga. Kini, wajah serta bajunya basah karena Rosa.
"Tuan Orlando, m-maaf." Rosa gelagapan, gugup dan syok menjadi satu.
"Tuan muda, ini lapnya." Jeremy menyerahkan sapu tangan miliknya pada Lutfi.
Lutfi pun menerima sapu tangan tersebut dan langsung mengelap wajahnya, Rosa yang panik segera mencabut beberapa lembar tisu dari mejanya dan mengelap baju Lutfi yang basah, walau memang ia tahu hal yang di lakukannya tak membuat baju Lutfi langsung kering seketika.
Greeppp..
Lutfi menahan tangan Rosa yang masih berusaha mengelap bajunya, Rosa pun menatap Lutfi kikuk.
"Jasku ini mahal, sepertinya kau harus tanggung jawab." Ucap Lutfi tanpa ekspresi.
'Alamak, mati aku' Batin Rosa.
"Terus gimana dong?" Tanya Rosa hati-hati.
"Jeremy, ambilkan aku baju baru." Titah Lutfi.
"Baik, Tuan muda." Jawab Jeremy.
"Sebagai gantinya, temani aku makan!" Tegas Lutfi langsung duduk satu meja dengan dua teman Rosa.
Angga dan Olivia menelan ludahnya kasar, keduanya Speechless makan satu meja dengan pemilik perusahaan. Lebih mencengangkan lagi saat Lutfi makan dari piring dan sendok bekas Rosa tanpa jijik sama sekali, terlihat Lutfi seperti orang kelaparan yang menyantap makanan apa saja yang ada di depan matanya.
"Tuan, pelan saja makannya, tidak ada yang berebut makanan denganmu." Tegur Rosa.
"Pelayan!" Panggil Lutfi.
Salah seorang pelayan menghampiri meja Rosa, Lutfi memesan kembali banyak makanan untuk menggantikan makanan yang sudah di makannya. Sementara itu, Rosa melipat kedua tangannya sudah kehilangan selera makan.
"Makanlah, jangan diam saja." Lutfi menyodorkan satu sendok makanan ke mulut Rosa.
"Tidak, terimakasih, aku sudah kenyang." Tolak Rosa mendorong sendoknya menjauh dari hadapannya.
Lutfi tetap kekeh memaksa, ia menarik dagu Rosa ke bawah agar mulutnya terbuka. Setelah itu, sebelah tangannya memasukkan sendok tersebut sampai mendarat sempurna ke mulut Rosa.
"Kok, maksa banget sih!" Kesal Rosa sambil mengunyah makanannya.
"Enak kan?" Goda Lutfi.
"Y-ya, enak sih." Jawab Rosa pelan.
"Nih, buka mulutnya lagi. Kita kan pernah ada momen sering makan bareng, kenapa sekarang sok jual mahal mentang-mentang udah jadi janda." Ledek Lutfi.
Rosa membulatkan matanya, ia mengambil alih piring dari tangan Lutfi, kemudian menyendokkan nasi ke mulutnya dengan cepat. Angga dan Olivia menatap kearah Rosa dan Lutfi dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Jangan mikir aneh-aneh." Protes Rosa pada kedua temannya.
"E-enggak kok," Kilah Olivia.
"Diem ya, jangan menggiring opini orang lain dengan ucapanmu itu, nanti orang mikirnya aku masuk kerja karena jalur koneksi." Bisik Rosa kesal.
Lutfi mengendikkan bahunya, ia tak peduli orang mau bilang apa.
Selang beberapa menit, Jeremy datang membawa pakaian ganti untuk Lutfi.
"Tuan muda, ini bajunya." Ucap Jeremy.
"Berhubung aku sudah kenyang, aku pergi ganti baju sekalian ke kantor. Tenang saja, makanan kalian aku bayar." Ucap Lutfi.
"Enak saja, aku sudah janji akan mentraktir mereka." Protes Rosa.
"Simpan saja uang imutmu itu, kan udah janda gak ada yang kasih nafkah, hihihi." Goda Lutfi.
"Kau!" Geram Rosa.
"Bye!" Dengan tengilnya Lutfi melambaikan tangannya, ia juga memberikan finger love pada Rosa.
"Cih, mau muntah gue liatnya." Gerutu Rosa.
"Cie, cie.." Angga dan Olivia ikut menggoda Rosa.
"Diem!" Kesal Rosa.
Entah apa yang ada di pikiran Lutfi sekarang ini, dari kemarin malam pria itu terus menghubungi Lucy dan memaksa gadis itu memberikan nomor Rosa. Tentunya Lucy meminta izin pada Rosa, karena Rosa tak mengizinkannya akhirnya Lutfi terus meneror Lucy sampai gadis itu muak. Di pagi hari saat semua sudah masuk kantor, Lutfi sudah lebih dulu datang ke ruang kerja Rosa dengan membawakan sarapan untuk semua karyawan dan hanya milik Rosa yang berbeda dari yang lainnya.
Tadi di kantin, Lutfi tiba-tiba datang menariknya saat Sophia hendak melemparkan barang kearahnya. Kemudian Rosa pindah ke restoran, lagi dan lagi Lutfi mengikutinya.
"Tuh orang lagi eror apa gimana, kok gak jelas banget." Gumam Rosa.