 
                            Keputusannya untuk mengubah nasib di kota lain, justru membuat Kamal harus menghadapi kisah hidup yang tidak biasa.
Pesona anak muda 22 tahun itu, membuatnya terjebak dalam asmara tak biasa. Kamal tidak menyangka kalau dia akan terlibat hubungan dengan wanita yang telah bersuami
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gara-gara Bensin Habis
"Hah!" Kamal terperangah sampai mulutnya agak terbuka dan matanya agak melebar.
Seketika anak muda itu malah salah tingkah sendiri dan merasa tak tenang karena pembicaraanya sudah mulai mengarah ke hal-hal yang lebih berbahaya. "Bukan begitu," bantanya agak gelagapan.
"Terus? Kalau bukan begitu, karena apa?" lawan bicara Kamal kembali mencecar anak muda itu sambil menahan senyum. Di mata wanita bersuami itu, sikap Kamal saat ini terlihat menggemaskan.
Kamal merasa terpojok sampai dia sendiri haruus berpikir keras untuk memberi jawaban yang lain meski pikirannya memang tertuju pada sesatu yang dipertanyakan Fika kepadanya.
"Udah, nggak usah bingung gitu," sepertinya Fika tahu apa yang dirasakan lawan bicaranya. "Aku tahu pikiran kamu pasti mengarah ke sana," ujarnya membuat Kamal langsung cengengesan. "Emang kamu nggak suka perempuan apa gimana? Kok kayanya takut banget berduaan sama perempuan di tempat sepi."
Seketika Kamal kembali dibuat kaget begitu mendengar pertanyaan lawan bicaranya. "Ya suka lah, Mbak," bantahnya agak kesal.
Fika pun tersenyum lebar. "Masa sih?" Fika malah menjadikan hal itu untuk meledek Kamal. "Kalau kamu suka perempuan, kenapa sikap kamu malah berbanding terbalik? Nggak kaya cowok pada umumnya?"
"Berbanding terbalik gimana?" Kamal langsung meminta penjelasan meski dia sangat paham, kemana arah pembicaraan saat ini.
"Kalau cowok lain, dihadapkan dalam keadaan yang mendukung kaya gini, biasanya tuh dia langsung melancarkan rayuan kepada cewek, mencari kesempatan mendekati cewek dengan gombalan dan sentuhan, agar bisa diajak berhubungan badan selagi ada kesempatan. Tapi kamu, kenapa kamu malah takut?"
Kamal tertegun mendengar penjelasan itu. seketika dia kembali agak salah tingkah sampai menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sambil memikirkan balasan atas ucapan Fika.
"Masa hanya karena aku nggak rese kaya gitu, langsung dituduh nggak suka cewek sih," jelas anak muda itu masih tidak terima.
"Ya abis kamu aneh," ujar Fika. "Orang lagi ngobrol santai, tiba-tiba kamu kepikiran takut penilaian tetangga, takut tetangga akan salah paham karena kamu cuma sama aku di rumah ini. Kan aneh. Jarang banget loh ada cowok yang mikirnya seperti kamu. Apa kamu di sana juga selalu mikir takut omongan tetangga gitu, jika sedang jalan sama cewe?"
Seketika Kamal kembali cengengesan dan apa yang dikatakan lawan bicaranya membuat dia tersadar kalau sikapnya mungkin memang aneh.
"Lucu kamu, Mal, benar-benar beda dari cowok lain," ujar Fika. "Di saat banyak cowok seusia kamu pada penasaran dan pengin merasakan enaknya berhubungan badan, kamu malah takut. Emang apa yang kamu takutkan sih?"
"Takut ketagihan dan kebablasan, Mbak," kali ini Kamal menjawab dengan tegas, meski sebenarnya dia terlihat seperti prai munafik karena dalam hatinya, Kamal sebenarnya ingin mengulangi kembali permainan ranjang dengan wanita bernama Salma.
"Katanya, hubungan seperti itu kan, enak banget? Nah, yang enak-enak itu kan, biasanya bikin ketagihan terus pengin mencoba lagi. Misal aku main sama Mbak Fika, terus suatu saat aku kepengin lagi tapi Mbak Fika nggak mau, gimana? Otomatis aku sendiri yang akan kesiksa, kan? karena nggak ada pelampiasan? Bisa saja nanti aku tumbuh pikiran untuk berbuat jahat demi bisa melampiaskan keinginanku."
Fika terdiam untuk beberapa saat. Kemudian senyumnya terkembang setelah mencerna ucapan lawan bicaranya.
"Tapi banyak juga pria yang tega berbuat jahat meski dia belum pernah merasakan enaknya hubungan ranjang dngan lawan jenis loh, Mal. Biasanya yang kaya gitu, karena sudah pengin banget merasakannya tapi nggak pernah ada kesempatan."
"Iya juga sih," jawab Kamal. "Terus ini, saudara Mbak Fika gimana? aku jadi ke sana nggak? Udah jem berapa ini?" Kamal memilih mengalihkan pembicaraan, sesuai tujuan awal dia datang ke sana, karena memnuhi perintah bosnya.
"Ya udah, aku coba telfon dia," Fika langsung meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja lalu menghubungi orang yang dimaksud. Fika juga menggunakan pengeras suara agar Kamal ikut mendengar jawaban dari saudaranya.
Begitu mendengar jawabnya, Kamal hanya mengangguk meski agak kesal karena dia sudah rela datang ke sana malah dibatalkan karena hujan yang tak kunjung reda.
"Jadi sekarang gimana? Kamu mau langsung pulang?" tanya Fika setelah memastikan kalau Kamal batal membantu saudaranya. "Kamu bawa mantel nggak?"
"Aduh, lupa," Kamal sampai menepuk keningnya sendiri. "Mbak Fika punya mantel nggak? Kalau boleh, aku pinjam dulu."
Fika lantas mengangguk dan menjawab kalau dia punya mantel. Kamal merasa senang dan dia memiliih pamit meski hujan masih sangat deras.
Karena motor yang digunakan Kamal berada di luar gerbang dan kehujanan dengan terpaksa Kamal mengenakan mantel terlebih dahulu.
Namun ketika dia bersiap untuk pulang, tiba-tiba dia kesulitan menyalakan mesin motor. Kamal pun merasa aneh.
"Sialan, bensinnya habis!" Seru kamal kesal, begitu matanya melihat petunjuk bahan bakar.
"Kenapa, Mal?" teriak Fika dari teras rumah. "Motornya ada masalah?"
"Bensinnya habis, Mbak!"
Fika langsung tersenyum lebar. "Astaga! Ada-ada aja, hahaha..." ucapnya. "Ya udah, masuk aja lagi sini. Nanti kalau reda, beli bensin eceran di bawah pakai motor aku."
Kamal pun pasrah dan dia kembali masuk ke dalam rumah setelah melepas mantel yang sudah terlanjur basah.
"Emang tadi waktu kamu mau ke sini, nggak ngecek bensin dulu?" ujar Fika ketika Kamal kembali duduk dengan wajah agak cemberut karena gagal pulang lebih awal.
"Dicek, Mbak," jawab kamal. "Aku pikir masih cukup, niatnya beli bensin nanti pas pulang," balas Kamal.
"Y udah lah, disini aja dulu," uajr fika. "Di rumah juga paling kamu bengong."
Kamal tersenyum masam. Padahal dia sudah ada rencana ingin kerumah Mbak Salma lagi mumpung ada kesempatan.
"Apa kamu ada janji sama pacar kamu malam ini?" terka Fika begitu menyadari raut wajah Kamal yang agak berbeda.
"Nggak ada, Mbak," jawab Kamal. "Lagi nggak punya pacar," jawabnya jujur.
"Duh, ganteng-ganteng masa nggak punya pacar sih? ledek Mbak Fika. "Kamu nggak nyari apa gimana?"
"Belum mepengin pacaran aja, Mbak," jawab Kamal membuat Fika kembali tersenyum dan mengangguk paham.
"Ya udah, dari pada kamu bingung di sini mau ngapain, sedangkan hujan semakin deras, gimana kalah kita main di kamar."
"Hah!" mata Kamal langsung melebar.
"Mau nggak? mumpung ada kesempatan loh," goda Fika dengan entengnya. "Soalnya aku juga udah terlanjur penasaran, gimana rasanya, bermain ranjang selain dengan suamiku."
"Aduh, tapi Mbak..." Kamal sektika menjadi gugup.
Mbak Fika mlah bangkit dari duduknya dan mendekat ke arah Kamal. "Udah, ayo, selagi ada kesempatan," wanita itu meraih tangan Kamal dan menariknya.
Kamal masih sangat terkejut. Namun Karena tangannya ditarik, pria itu pasrah dan mengikuti langkah Fika menuju sebuah kamar.
Dalam benak kamal berkata. "Duh, dapat bonus enak lagi nih," gumamnya.
lanjut thor 🙏
Sepertinya tidak ada orang yang memiliki keinginan terjebak cinta yang mendalam terhadap istri orang lain. Selain menyiksa juga akan banyak tantangan yang harus dihadapi.
Menjadi orang ketiga dalam sebuah pernikahan seseorang yang terlibat dalam perselingkuhan.
Hubungan perselingkungan memang akan lebih 'memabukkan' karena mereka dibangun dalam pertemuan singkat dan sembunyi-sembunyi.
Tentu hubungan tersebut sebaiknya diakhiri agar tidak terjadi masalah dikemudian hari.
Ucapkan selamat tinggal dan katakan dirimu tidak mau melihat mereka lagi, tidak ada pengecualian.
Dirimu harus menutup pintu emosional yang terbuka dan memutus semua kontak dengannya......💘🔥✌️👌
Tetap semangat...Thor
"Berfokuslah pada tujuan, bukan pada hambatan."....💪
Salma ini adem ngomongnya,bikin tenang.pikirannya juga bijak banget...
nama mereka juga hampir sama 😆