JURUS TERAKHIR TUANKU/ TUANGKU
Ribuan tahun lamanya, daratan Xianwu mengenal satu hukum: kekuasaan dipegang oleh pemilik teknik bela diri pamungkas.
Tuanku —seorang pewaris klan kuno yang tersisa—telah hidup dalam bayang-bayang kehancuran. Ia tidak memiliki bakat kultivasi, tubuhnya lemah, dan nyaris menjadi sampah di mata dunia persilatan.
Namun, saat desakan musuh mencapai puncaknya, sebuah gulungan usang terbuka di hadapannya. Gulungan itu hanya berisi satu teknik, satu gerakan mematikan yang diwariskan dari para pendahulu: "Jurus Terakhir Tuanku".
Jurus ini bukan tentang kekuatan, melainkan tentang pengorbanan, rahasia alam semesta, dan harga yang harus dibayar untuk menjadi yang terkuat.
Mampukah Tuanku, dengan satu jurus misterius itu, mengubah takdirnya, membalaskan dendam klannya, dan berdiri sebagai Tuanku yang baru di bawah langit Xianwu?
Ikuti kisah tentang warisan terlarang, kehormatan yang direbut kembali, dan satu jurus yang mampu menghancurkan seluruh dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HARJUANTO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
NOVEL: JURUS TERAKHIR TUANKU
BAB 18: KEDATANGAN DI ROH TIMUR DAN KONFLIK QI HEWAN BUAS
1. Alam Spiritual yang Aneh
Tuanku, Fatimah, dan Jin muncul dari portal, dan seketika mereka disambut oleh suasana yang benar-benar berbeda.
Udara di sana tebal dengan Qi Spiritual yang murni dan alami, sangat berbeda dari Qi yang disaring di Xianwu. Pohon-pohon menjulang tinggi dengan daun emas, dan udaranya dipenuhi aroma bunga yang belum pernah mereka cium.
Mereka berada di sebuah hutan kuno yang sunyi.
"Ini adalah Benua Roh Timur," bisik Fatimah, matanya berbinar takjub. "Qi-nya begitu murni, seperti embun pagi. Itu hampir sepenuhnya Qi Spiritual, sangat sedikit Qi material."
"Sangat berbeda dari Xianwu," komentar Tuanku. "Qi Yin Mutlak di tubuhku terasa... tertidur. Pedang Abadi hanya beresonansi dengan tenang."
Jin, si kucing oranye, melompat keluar dari pelukan Tuanku dan segera mulai makan rumput liar dengan rakus.
"Jin tampaknya beradaptasi dengan baik," kata Fatimah, terkekeh.
"Dia selalu menjadi yang paling seimbang dari kita semua," jawab Tuanku, tersenyum.
Mereka mulai bergerak. Benua Roh Timur terasa damai, tetapi juga dipenuhi aura yang sangat tua dan kuat.
2. Konflik di Hutan Jati Emas
Setelah berjalan selama beberapa jam, mereka mencapai sebuah danau kristal yang dikelilingi oleh pohon-pohon jati emas. Di tepi danau, mereka melihat pemandangan yang mengganggu:
Seorang pemuda berpakaian sutra hijau, dengan aura kultivator yang kuat, sedang dikepung oleh sekelompok besar makhluk aneh. Makhluk-makhluk itu adalah Roh Hewan Buas—serigala dan beruang yang terbuat dari Qi murni. Mereka menyerang pemuda itu, tetapi tidak dengan kekerasan fisik, melainkan dengan memaksakan Qi Hewan Buas yang kotor ke dalam tubuhnya.
Pemuda itu berjuang, mencoba menggunakan Qi Spiritualnya, tetapi Roh Hewan Buas itu terlalu banyak dan Qi mereka tampaknya menembus pertahanannya.
"Mereka mencoba mengkontaminasi Qi Spiritualnya," bisik Fatimah, panik. "Ini adalah konflik Qi yang sangat kejam di sini. Qi Spiritual yang murni melawan Qi Hewan Buas yang ganas."
"Dan pemuda itu akan kalah," Tuanku menyimpulkan. "Roh Hewan Buas itu terlalu terorganisir."
Tuanku segera mengambil tindakan. Ia tidak dapat menggunakan Qi-nya untuk melawan semua Roh Hewan Buas itu, dan ia tidak ingin menarik terlalu banyak perhatian.
Ia mengeluarkan Tongkat Lin Kai.
3. Jurus Tongkat Distorsi Qi
Tuanku bergerak cepat, mengitari kerumunan Roh Hewan Buas. Ia menggunakan Tongkat Lin Kai untuk menyentuh tanah dalam gerakan melingkar yang cepat.
Ia melepaskan Qi yang sangat kecil, sisa-sisa Qi dari Pedang Abadi dan Batu Giok, ke dalam tanah. Qi itu, yang merupakan campuran Yin Mutlak dan keseimbangan, tidak menyerang Roh Hewan Buas.
Sebaliknya, ia menciptakan zona distorsi kecil di mana Qi Hewan Buas tidak dapat menempel pada Qi Spiritual.
Ketika Roh Hewan Buas itu menyerang pemuda tersebut, Qi mereka tergelincir, tidak mampu menembus perisai Qi pemuda itu.
"Apa?!" teriak pemuda itu, terkejut. "Qi mereka... tidak bisa menembus!"
Roh Hewan Buas itu menjadi bingung. Mereka tidak bisa memahami mengapa Qi mereka gagal.
Tuanku mengambil kesempatan itu. "Jin!"
Jin, yang selesai makan, melompat ke bahu Tuanku.
Tuanku berteriak ke arah Roh Hewan Buas. "Roh-roh! Penguasa Qi telah hadir. Bersihlah atau lenyap!"
Roh Hewan Buas itu merasakan otoritas dalam suara Tuanku, sebuah kombinasi dari ketenangan batin Tuanku dan dominasi Pangeran Sultan Sati. Merasakan Qi yang asing dan menakutkan itu, Roh Hewan Buas itu bubar dan menghilang kembali ke hutan.
4. Sang Pewaris Naga
Pemuda itu menoleh ke Tuanku, matanya dipenuhi rasa terima kasih yang mendalam. Ia segera membungkuk hormat.
"Terima kasih, Tuan Pengembara! Anda menyelamatkan hidup saya. Qi Anda... sangat aneh, tetapi efektif. Saya tidak pernah melihat metode pertahanan seperti itu."
"Siapa kau?" tanya Tuanku, Tongkat Lin Kai kini tergantung di punggungnya.
"Nama saya Pangeran Xiao Long," jawab pemuda itu. "Saya adalah pewaris Klan Naga Timur. Saya sedang dalam perjalanan untuk mencari petunjuk kuno di danau ini. Kami percaya di sini terdapat air mata Naga Suci."
Tuanku dan Fatimah saling pandang. Mereka telah menemukan petunjuk pertama dengan sangat cepat.
"Air Mata Naga Timur," kata Fatimah, takjub.
"Kau mencari air mata naga yang bijaksana?" tanya Tuanku.
"Ya. Itu adalah kunci untuk menstabilkan Qi Spiritual di seluruh benua. Qi Hewan Buas menjadi terlalu kuat dan mengancam keseimbangan. Kami percaya Air Mata Naga adalah penyeimbang Qi yang sempurna," jelas Xiao Long.
Xiao Long melihat Tuanku dari ujung kepala sampai kaki, lalu ia menatap Jin. "Kucing Anda... Qi-nya begitu murni dan ceria. Dia adalah penyeimbang yang hidup!"
Tuanku tersenyum tipis. "Dia adalah penjaga keseimbangan kami."
5. Misi Bersama dan Janji di Danau Kristal
"Pangeran Xiao Long," kata Tuanku, "kami datang ke Benua Roh Timur dengan tujuan yang sama, meskipun alasan kami berbeda. Kami juga mencari Air Mata Naga Timur, untuk tujuan yang lebih besar: menyelamatkan tiga benua."
Tuanku kemudian menceritakan singkat tentang Qian Yu, Pedang Abadi, dan kebutuhan akan tiga elemen murni untuk mengunci ancaman kosmis itu selamanya.
Pangeran Xiao Long mendengarkan dengan serius. Ketika Tuanku selesai, ia membungkuk hormat sekali lagi.
"Jika apa yang Anda katakan benar, maka misi kami adalah misi yang sama. Xianwu, Roh Timur, dan Teknologi Barat... kita harus bersatu."
Xiao Long kemudian menunjuk ke danau kristal. "Legenda mengatakan, Air Mata Naga tidak hanya melindungi danau ini, tetapi juga sebuah portal kuno yang mengarah ke Benua Teknologi Barat. Jika kita berhasil menemukan air mata itu, kita akan mendapatkan penyaring Qi dan jalur ke benua berikutnya."
Tuanku mengangguk. Petualangan di Benua Roh Timur baru saja dimulai, dan ia kini memiliki sekutu yang kuat. Misi mereka jelas: temukan Air Mata Naga, stabilkan Xianwu dan Roh Timur, dan gunakan portal itu untuk melanjutkan perjalanan ke Barat.
"Kalau begitu, mari kita selami danau ini, Pangeran Xiao Long. Jurus Terakhirku akan menjamin bahwa keseimbangan Qi akan menang," kata Tuanku.
— AKHIR BAB 18 —