Julia Hart, seorang wanita 28 tahun terpaksa bekerja menjadi penyanyi di sebuah klub malam. Demi menghidupi ibunya yang sakit - sakitan. Serta harus menyekolahkan dua orang adiknya yang masih sekolah.
Setidaknya semua berjalan normal. Julia berusaha menjalani harinya dengan baik. Ia juga mengabaikan tatapan sinis penuh penilaian buruk, dari setiap orang yang menghujat pekerjaannya sebagai penyanyi klub malam.
Tapi kehadiran seorang lelaki berwajah malaikat nan polos, berhasil memasuki hidupnya. Namun sayang, Julia tertipu oleh lelaki yang ternyata seorang playboy dan suka mempermainkan hati wanita.
Mampukah Julia mempertahankan cintanya untuk lelaki itu?
Apakah lelaki itu memiliki perasaan yang sama, atau hanya ingin mempermainkan dan mencampakkannya seperti wanita murahan?
Ataukah memang takdir akan berpihak pada Julia dengan mendapatkan kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Larut Dalam Ciuman (18+)
"Aku tidak akan bosan mengatakan betapa indahnya taman ini." Julia tersenyum dengan tatapan berbinar.
Mereka baru saja selesai menikmati makan malam. Dan saat ini Matt mengajaknya berpindah pada sudut yang jauh lebih indah. Julia merasa sayang jika harus meninggalkan keindahan ini.
"Aku senang jika kamu menyukainya." Matta mengangguk kecil. Tatapannya tidak lepas dari memperhatikan wajah Julia yang begitu antusias.
Udara malam ini juga terasa sejuk. Sangat cocok untuk mereka yang kebetulan berada di luar ruangan.
Matt mendekat dan memberanikan diri memeluk tubuh Julia dari belakang. Menyukai aroma tubuh Julia yang tercium oleh hidungnya. Ia memejamkan mata perlahan, merasa lega tidak ada penolakan dari wanita itu.
Matt sedikit menunduk dan menyandarkan dagunya di pundak Julia. Tersenyum kecil merasakan tubuh Julia yang menegang dalam pelukannya.
"Matt." Julia berbisik lirih.
Terkejut oleh pelukan tak terduga itu. Ia tidak menyangka sama sekali jika Matt akan memeluknya seperti ini.
Ia merasa malu dan gugup di saat bersamaan. Tapi ia tidak bisa menoleh ke belakang. Melihat dan memperhatikan wajah Matt saat ini.
"Aku tidak ingin kamu merasa kedinginan Julia." Matt bersuara tepat di telinga wanita itu.
Hembusan nafasnya jelas mengenai telinga Julia. Dan ia menyukai reaksi Julia yang semakin tegang. Namun ia tidak berkeinginan untuk menjauh. Ia menyukai kedekatan ini bersama Julia.
"Jangan bersikap seperti ini Matt." Kembali bisikan Julia terdengar lirih.
Bukan penolakan yang terdengar dari mulut Julia. Itu lebih seperti kegugupannya dengan kedekatan mereka. Tangannya terangkat guna menurunkan tangan Matt yang mengelilingi perutnya.
Julia takut oleh kedekatan mereka. Takut jika ia semakin dalam mencintai lelaki itu. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya di rasakan oleh Matt.
Namun Julia bisa menyadari jika Matt tertarik padanya. Tapi untuk saat ini jelas ketertarikan Matt masih sebatas fisik. Sedangkan Julia telah memiliki perasaaan yang cukup dalam untuk lelaki ini.
"Kamu sangat harum Julia. Aku suka dengan aroma tubuhmu."
Bisikan Matt menghentikan pergerakan tangannya, yang ingin melepaskan pelukan itu. Ia memejamkan mata, saat bisikan itu membuatnya jantungnya berdegup semakin kuat.
Julia tidak berdaya di hadapan Matt. Jelas jika lelaki ini telah sangat berpengalaman. Tapi JUlia merasakan kejujuran dalam ucapannya. Tubuhnya bergetar oleh bisikan yang menyentuh telinganya.
Matt tentu bisa merasakan perubahan itu. Ia bahkan mendapati tubuh JUlia yang bersandar di dadanya. Matt merasa hangat oleh kedekatan mereka.
"Julia." Matt kembali berbisik.
Tangannya naik dan menarik dagu Julia. Ia kemudian perlahan melepaskan pelukannya. Memutar tubuh wanita hingga menghadapnya. Matt tenggelam dalam tatapan Julia yang begitu memabukkan.
Wajahnya semakin dekat. Tatapannya terpaku pada bibir Julia yang terbuka sedikit. Ia kembali mengingat rasanya. Sangat manis dan membuat ia ketagihan. Bahkan ia sangat ingin merasakan itu kembali.
"Matt."
Julia mengepalkan tangan saat jarak mereka semakin tipis. Ia ingin menjauh dan melepaskan diri. Tapi tubuhnya seolah terpaku oleh tatapan itu. Tanpa sadar Julia membuka mulut, tapi tidak ada suara yang keluar sedikitpun.
"Juliaku yang manis." Matt berbisik.
'Cup!'
Matt memutus jarak di antara mereka. Bibirnya berlabuh dan mencium bibir Julia dengan lembut. Tidak ingin membuat wanita itu risih dan menjauh. Mencium dengan amat lembut, agar julia larut dalam ciuman mereka.
Dan ia tersenyum kecil saat merasakan tangan Julia yang naik ke lehernya. Wanita itu memeluk lehernya, dan semakin memperdalam ciuman itu.
Matt yang semula berhati - hati dalam ciuman itu, seketika lepas oleh respon Julia. Bibirnya yang mencium bibir Julia dengan lembut. Seketika bringas dan melumat dengan liar.
Lidah Matt terjulur dan mulai menyusup ke dalam mulut Julia yang terbuka. Menyentuh dan membelai isi mulut wanita itu dengan intens dan liar.
"Hmpt!"
Julia gelagapan oleh ciuman yang begitu liar dari Matt. Ia tidak di beri ruang untuk menjauh. Bahkan ia merasakan tangan Matt yang turun dan mendarat di pinggulnya. Menekan tubuhnya semakin merapat ke tubuh lelaki itu.
Lidah Matt sangat lihai membelai mulutnya. Bahkan lidah lelaki itu membujuknya dan menyentuh lidahnya dengan lembut. Julia larut dan memberikan lidahnya. Yang membuat lelaki itu semakin liar dan menyesap lidahnya dengan kuat.
'Cup!'
Bibir Matt berpindah ke lehernya. Memberikan waktu baginya untuk bernafas. Dengan cepat Julia meraup udara masuk ke tenggorokannya. Namun sapuan lidah lelaki itu di lehernya semakin intens.
"Akht!"
Julia tersentak dan meringis, saat merasakan gigitan kecil yang cukup kuat di lehernya.
Matanya melotot saat merasakan hisapan kecil yang menyertai gigitan itu. Tangannya yang semula merangkul leher Matt, beralih mencengkeram baju Matt tepat di dada lelaki itu.
Wajahnya menengadah saat Matt semakin menyusup ke lehernya. Memberikan ruang bagi lelaki itu menjelajahi lehernya. Ia sudah takluk oleh ciuman liar Matt. Tidak sadar jika gigitan itu akan meninggalkan bekas di lehernya nanti.
"Kamu membuatku gila Julia."
Matt mengangkat wajah sedikit dan menatap Julia yang terlihat berantakan. Bibir bengkak karena ciuman liar darinya.
Leher mengkilap oleh cumbuan liar nan basah yang ia berikan di sana. Dadanya bergerumuh hebat, melihat sebuah tanda yang ia sematkan di leher wanita itu.
Hal yang tidak pernah ia lakukan pada wanita manapun, yang pernah bersamanya. Ia tidak pernah meninggalkan tanda di tubuh mereka. Tapi ia melakukan itu apda Julia. Seakan menandai wanita itu menjadi miliknya.
"Berikan aku bibirmu Julia."
Matt kembali mencium bibir Julia lebih intens lagi. Semakin bersemangat saat Julia merespon dengan kaku.
Terasa sangat jelas jika wanita ini belum berpengalaman. Namun semua itu malah membuatnya semakin berkuasa.
Ia mencium bibir Julia semau dan sepuas hatinya. Menyesap lidahnya dan membuat julia bergetar semakin lemah.
"Matthhh."
Desahan Julia yang menyebut namanya membuat Matt semakin liar. Ia kembali menjelajahi leher Julia dengan liar. Memberikan beberapa buah tanda lagi dengan lebih semangat.
Tangannya bahkan mencengkeram pinggul Julia dengan kuat. Elusan liar juga tidak berhenti ia lakukan di sana.
Julia membuatnya kewalahan. Ia ingin merasakan wanita itu seluruhnya. Hasratnya bangkit sangat cepat bersama Julia. Bahkan tanpa wanita itu perlu menggodanya.
Namun Matt tahu, jika Julia bukanlah wanita seperti itu. Julia adalah wanita yang baik. Ia tidak pantas di permainkan hanya untuk menuruti hawa nafsu.
Tangannya yang semula mencengkeram dan mengelus intens pinggul Julia. Perlahan berhenti.
Bibirnya juga perlahan menghentikan ciuman mereka. Takut jika ia semakin larut dan tidak bisa menghentikan diirnya.
"Ciuman ini harus di hentikan."
Matt berbisik begitu menyatukan kening keduanya. Deru nafas mereka bertalu dengan cepat. Mereka sama - sama berantakan.
"Aku takut tidak bisa berhenti Julia. Jadi untuk malam ini cukup sampai disini." Matt kembali bergumam.
Biasanya ia tidak akan menahan dirinya dari seorang wanita. Ia bahkan akan menyentuh mereka dengan liar hingga ia merasa puas.
Tapi untuk pertama kalinya, ia tidak ingin berprilaku jahat. Julia adalah wanita yang baik. Dan ia pantas mendapat perlakuan yang baik.
Matt tidak ingin membuat kesalahan pada wanita ini. Wanita lembut yang sedang ia dekap saat ini.
"Matt, aku-"
"Tidak apa Julia. Aku tidak akan menyakitimu." Matt kembali merengkuh Julia ke pelukannya.
Sangat paham jika Julia pasti sangat kebingungan saat ini. Karena itu ia memilih menenangkan Julia. Meyakinkan wanita itu bahwa semua akan baik - baik saja.
Julia merasa kacau oleh responnya terhadap Matt. Ia sama sekali tidak menolak ciuman lelaki itu. Bahkan ia menikmatinya.Hal yang membuat Julia sedikit takut pada dirinya sendiri.
Jika Matt tidak berhenti, ia tidak bisa membayangkan akan seperti apa dirinya malam ini.
Ia yang selalu menjaga diri, akan hancur oleh reaksinya sendiri. Ia memejamkan mata di pelukan Matt. Merasa lega dan aman seketika.
Syukurlah Matt bersikap baik. Lelaki itu masih mengingat untuk menghentikan hal yang tidak Julia inginkan.Ia yakin jika Matt adalah lelaki yang bisa ia percayai. Dan tidak akan mengecewakannya.
Perasaan cinta yang Julia miliki untuk Matt, seketika berkembang semakin besar.
................................
jadi strong woman Thor