NovelToon NovelToon
Jerat Cinta Sang Kapten

Jerat Cinta Sang Kapten

Status: sedang berlangsung
Genre:Menikahi tentara / Duda / Cintapertama
Popularitas:19.6k
Nilai: 5
Nama Author: keipouloe

Jhonatan Wijaya, seorang Kapten TNI yang dikenal kaku dan dingin, menyimpan rahasia tentang cinta pandangan pertamanya. Sembilan tahun lalu, ia bertemu dengan seorang gadis di sebuah acara Akmil dan langsung jatuh cinta, namun kehilangan jejaknya. Pencariannya selama bertahun-tahun sia-sia, dan ia pasrah.

Hidup Jhonatan kembali bergejolak saat ia bertemu kembali dengan gadis itu di rumah sahabatnya, Alvino Alfarisi, di sebuah batalyon di Jakarta. Gadis itu adalah Aresa, sepupu Alvino, seorang ahli telemetri dengan bayaran puluhan miliar yang kini ingin membangun bisnis kafe. Aresa, yang sama sekali tidak mengenal Jhonatan, terkejut dengan tatapan intensnya dan berusaha menghindar.

Jhonatan, yang telah menemukan takdirnya, tidak menyerah. Ia menggunakan dalih bisnis kafe untuk mendekati Aresa. Ketegangan memuncak saat mereka bertemu kembali. Aresa yang profesional dan dingin, berhadapan dengan Jhonatan yang tenang namun penuh dominasi. Dan kisah mereka berlanjut secara tak terduga

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keipouloe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35

Pukul 08.30 pagi. Aresa telah selesai berkemas dan merapikan sisa sarapan. Ia mengenakan celana jins gelap, kaus putih, jaket kulit tipis, dan jilbab berwarna senada — siap untuk penerbangan nanti pukul sebelas siang.

Di ruang makan, Arian masih mengecek beberapa dokumen di tabletnya, meskipun sudah berpakaian rapi untuk ke kantor.

Bel apartemen berbunyi. Aresa segera membukanya. Di sana berdiri Azzam, pria berwajah ramah yang tak lain adalah sahabat sekaligus tangan kanan Arian di kantor.

"Selamat pagi, Res. Sudah siap melarikan diri?" sapa Azzam dengan senyum lebar sambil menyerahkan paper bag berisi kopi.

Aresa tersenyum tipis.

"Selamat pagi, Kak. Melarikan diri? Justru aku kembali ke tempat yang damai. Kakak sudah sarapan? Mas Arian ada di dalam," ucapnya ramah.

"Sudah. Arian yang nyuruh aku ke sini," jawab Azzam sambil berjalan ke ruang makan. "Dia bilang kamu butuh bodyguard di jalan. Katanya takut kamu dan Vero diculik paparazi. Lagipula, aku pengin lihat kamu sebelum berangkat."

"Datang juga, Zam. Cepat minum kopimu. Kamu harus segera antar Aresa dan Vero," ujar Arian tanpa mengalihkan pandangan dari tablet.

"Tentu, Bos," sahut Azzam ringan. Ia lalu menatap Aresa. "Gimana kabarmu, Res? Semalam pasti tidurmu nggak nyenyak, ya?"

Aresa mengambil salah satu gelas kopi dan duduk di seberangnya.

"Kabar baik, Kak. Tidurku cukup, kok. Cuma sedikit lelah karena urusan sama media. Oh iya, makasih sudah mau ngantar, Kak," ucapnya tulus.

"Baguslah kalau begitu," ujar Azzam sambil menepuk pundaknya pelan. "Dengar, Res. Kita semua bangga sama kamu. Kamu ngadepin fitnah itu dengan kepala tegak. Sekarang fokus aja ke kerjaan mu. Jangan pernah merasa bersalah, apalagi kalah."

Saat mereka berbincang, pintu apartemen kembali terbuka — kali ini tanpa bel, karena Vero sudah hafal kode aksesnya.

Di ambang pintu muncul Vero, wajahnya sedikit berkeringat, mendorong dua koper jumbo berwarna merah muda mencolok. Koper itu begitu besar hingga hampir menutupi tubuhnya sendiri.

Arian mendongak dan menggeleng pelan.

"Pindah negara atau mau keliling dunia, Ver? Kamu harusnya di kantor sekarang, bukan malah bawa koper heboh begini. Urusanku udah banyak, jangan nambah lagi sama urusan cuti kamu," tegurnya dengan nada datar — khas seorang CEO yang bicara dengan bawahannya.

Vero terengah-engah, menahan napas.

"Mas Arian, ini bukan pindah, dan ini bukan cuti! Ini misi darurat perusahaan!" ujarnya dramatis. "Gue cuma bawa barang esensial! Lo nggak tahu kan, di Spanyol fashion-nya cepat berubah. Lagipula—" ia mendekat ke Aresa dan berbisik, "—gue harus tampil glamour waktu check-in! Sebagai bentuk perlindungan, biar kalau ada media, mereka pikir kita cuma mau liburan!"

Aresa menahan tawa.

"Barang esensial apanya, Ver. Itu koper persediaan tiga bulan! Mas Arian ngeluh bukan karena kopermu, tapi karena kamu bolos kerja," cibirnya.

Azzam tak bisa menahan tawa.

"Yan, dia emang selalu begitu. Setiap kali bilang mau ke luar negeri, ujung-ujungnya alasan ‘misi darurat’," ujar Azzam sambil tergelak. "Ver, lo harusnya udah di meja kerja sekarang, bukan malah bawa koper raksasa di sini!"

Vero melipat tangan di dada.

"Zam, jangan ikut-ikutan lo! Pokoknya gue udah izin online sama HRD! Lagipula, Mas Arian, lo juga harusnya makasih sama gue. Gue ini pengawal pribadi Aresa!" katanya penuh gaya. "Gue harus pastiin Aresa move on dari mantan busuknya dan nggak kejebak lagi sama urusan rumit!"

Nada bicaranya jelas menyindir keberadaan Jhonatan.

Arian hanya menghela napas panjang. Ia tahu betul, Vero adalah sepupu yang paling protektif.

"Baiklah, bodyguard Aresa," ujar Arian akhirnya. "Jangan khawatir, Azzam bakal minta security bantu bawain koper kamu ke bawah. Kalian harus segera jalan, kalau nggak, bisa ketinggalan pesawat."

Azzam langsung mengangguk dan menelepon petugas keamanan. Setelah semua koper berhasil dibawa keluar, mereka bertiga turun ke lobi.

Arian mencium kening Aresa sebelum gadis itu masuk ke mobil. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi.

****

Azzam menyetir dengan hati-hati, membelah kemacetan Jakarta. Vero duduk di kursi belakang dengan koper besarnya di bagasi, sementara Aresa duduk di kursi penumpang depan.

"Jadi, lo serius mau ikut Aresa ke Spanyol? Lo nggak urus kerjaan lo dulu?" tanya Azzam membuka percakapan.

"Kerjaan bisa dikerjain online, Zam," jawab Vero santai, lalu suaranya berubah serius. "Tapi jujur ya, alasan gue ke sana bukan liburan. Lo tahu sendiri, semua yang terjadi sama Aresa ini terlalu cepat. Gue harus pastiin dia aman dan hatinya utuh. Ini misi pengawasan."

Aresa tertawa kecil.

"Misi pengawasan apaan, Ver. Bilang aja lo mau cari gebetan bule," ledeknya.

Azzam tersenyum dari balik kemudi.

"Apapun misinya, Res, sekarang fokus aja ke diri sendiri. Setelah apa yang terjadi sama cowok lo, jangan buru-buru mikirin cinta. Nikmatin dulu hidupmu."

"Aku setuju, Kak," ucap Aresa pelan. "Aku udah kapok sama hubungan. Fokusku sekarang cuma pekerjaan. Penerbangan ini rasanya kayak garis akhir. Setelah ini, game over buat semua drama."

Jalur tol menuju bandara perlahan mulai sepi. Obrolan mereka berubah ringan — tentang masa kecil, makanan favorit, dan rencana hangout sepulangnya Aresa — menjauh dari segala intrik dan bayangan sang Kapten.

Tiga puluh menit kemudian, mereka tiba di bandara internasional. Azzam memarkir mobil di area keberangkatan.

"Ayo cepat turun! Waktu check-in udah mepet," seru Azzam sambil membuka pintu.

Ia membantu menurunkan koper-koper Vero, sementara Aresa mengambil ranselnya. Begitu keluar dari mobil, mata Aresa langsung menangkap sosok yang sangat familiar — seseorang yang seharusnya tidak berada di sana.

Pria itu berdiri tegak, mengenakan kemeja kasual rapi dan celana chino. Tidak ada seragam militernya hari ini. Di tangannya, ada sebuah paper bag kecil. Tatapannya fokus — langsung pada Aresa.

Tubuh Aresa menegang. Seluruh energinya seketika terkuras.

"Kapten… kenapa anda ada di sini?" bisiknya tak percaya.

Jhonatan melangkah mendekat, mengabaikan tatapan curiga dari Azzam dan Vero. Ia berdiri tepat di depan Aresa, menatapnya dengan pandangan yang dalam.

"Aku datang buat ngantar safe harbor-ku," ujar Jhonatan pelan namun tegas. "Aku cuma mau kamu tahu satu hal sebelum kamu pergi."

Belum sempat Aresa bertanya, Jhonatan menariknya ke dalam pelukan. Pelukan erat, hangat, dan sama sekali tidak dibuat-buat.

Ia memeluk Aresa di tengah keramaian bandara — di antara hiruk pikuk, seolah menegaskan sesuatu yang tak bisa diucapkan.

Aresa terkejut, tubuhnya sempat kaku, tapi aroma parfum maskulin yang familiar perlahan membuatnya tenang.

Jhonatan berbisik di telinganya,

"Aku tahu kamu kecewa dengan statusku. Tapi dengar, Res… aku nggak pernah menyesali statusku sebagai duda. Karena status itu yang bikin aku ketemu kamu. Jaga dirimu baik-baik di Madrid. Urusan kita belum selesai."

Jhonatan melepaskan pelukannya perlahan. Tatapannya tetap terarah pada mata Aresa yang masih tertegun.

Wajah Aresa memerah, napasnya tersengal.

"K-Kapten… jangan bikin saya bingung. Kita nggak punya urusan apa-apa lagi," ujar Aresa pelan, mencoba menenangkan dirinya sendiri — meski hatinya justru berdebar lebih keras.

1
Shin Himawari
mau makin tanggung jawab Jo? nikahin aja Aresa nya langsung🤣
Shin Himawari
hayoo mas kapten ujian restu pertama harus kamu selesaikan nii🤭
Wida_Ast Jcy
waduh.... gawat donk. kabur aja lah kamu joe
Wida_Ast Jcy
nah siap siap dech kamu dpt masalah besar
Nurika Hikmawati
lgsg pgn dibawa pulang aja /Facepalm/
Nurika Hikmawati
jadi jonathan ini duda ya?
Nurika Hikmawati
Jonathan jatuh hati pada pandangan pertama
sunflow
pemanasan dlu bang
sunflow
lindungi aresa dari belatung nangka bang..
sunflow
iya tahanan rumah tp ga perlu lapor
sunflow
duda to bang jho
mama Al
wah cocok camer dan cantu
mama Al
wkwkwkw... Kena jebakan Batman
mama Al
koreksi diri apa yang membuat kamu di tolak.
mama Al
susah juga ya, pengen yang enak-enak
kim elly
baru kenal udah curhat
kim elly
ayo gass klo di traktir mah
Mutia Kim🍑
Tuh dengerin kata-katanya Aresa. Yang ada nanti kasihan yg jdi istrinya Jhonatan karena dijadikan pelarian
Mutia Kim🍑
Yuk cepet kenalin Aresa ke Jhonatan🤣 Jhonatan auto kaget pasti
Drezzlle
Rencana Sella berhasil, lagipula Aresa juga belum tentu suka kamu Bang Jo. Udah terima aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!