Naora, seorang wanita yang dijadikan taruhan oleh suaminya yang sering menyiksanya selama dua tahun pernikahan. Ia dengan tega menyerahkan Naora pada lawannya yang seorang penguasa.
Damian, seorang Bos mafia yang kejam seketika menaruh rasa iba pada Naora saat melihat luka-luka di tubuh Naora.
Sikap Damian yang dingin dan menakutkan tidak ada ampun pada lawannya tapi tidak sedikitpun membuat Naora merasa takut. Hatinya sudah mati rasa. Ia tidak bisa merasakan sakit dan bahagia. Ia menjalani hidup hanya karena belum mati saja.
Namun tanpa diduga, hal itu malah membuat Damian tertarik dan ingin melepaskan Naora dari jerat masa lalunya yang menyakitkan.
Akankah Damian bisa melakukannya dan terjebak dalam rasa penasarannya ?
Minta dukungan yang banyak ya teman-teman 🫶 Terimakasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengobati Damian
Naora mengerjapkan matanya berkali-kali sebab tidak bisa tidur. Pikirannya terus tertuju pada Damian. Kenapa Damian dibantu berjalan oleh anak buahnya ? Apa Damian terluka ?
Ia melihat jam diatas nakas, jarumnya menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Berarti sudah hampir satu jam ia berusaha untuk tidur.
Tadinya Naora berpikir Damian akan pergi ke kamar ini sebab ini adalah kamarnya. Namun rupanya tebakannya salah. Lalu jika tidak kemari kemana Damian pergi ?
Naora bangun dari tidurnya. Entah mengapa ia mulai diliputi perasaan khawatir. Perasaan yang sama ia rasakan ketika dulu Aldric pulang dalam keadaan tidak baik-baik saja .
Dengan membawa botol minumnya yang sudah kosong, Naora mulai berjalan keluar dari kamar. Tidak nampak ada orang dimana-mana. Kemana kira-kira anak buah Damian tadi membawanya.
Naora melangkahkan kakinya kearah dapur dan mengisi botolnya lebih dulu. Kemudian ia berencana mencari Damian di ruang kerjanya yang berada di lantai satu.
Tapi dalam benaknya berpikir, mengapa ia begitu ingin tau keadaan Damian dan apa yang telah terjadi. Jika Damian tau ia mengkhawatirkannya, apa kira-kira yang akan ia katakan ?
"Naora.." Suara Damian tiba-tiba terdengar memenuhi penjuru dapur.
Naora membalik tubuhnya. Melihat pria tinggi berbadan kekar dengan tatapan tajam seperti biasanya sudah berdiri di depan pintu tanpa mengenakan pakaian atas.
"Damian..." Ujar Naora tanpa suara dengan tatapan terkejutnya. Damian yang bisa menangkap gerak bibir Naora menyebut namanya tanpa embel-embel apapun tiba-tiba merasa berdesir dalam hati.
"Kau mengambil air minum ?". Pertanyaan konyol itu meluncur begitu saja dan kemudian Damian merutuki dirinya sendiri dalam hati. Sudah jelas Naora mengisi botol di depan dispenser masih saja bertanya.
"Iya". Jawab Naora singkat dan kemudian berjalan kearah Damian sambil menutup botolnya.
"Kau dari mana ? Apa terjadi sesuatu ?". Tanya Naora basa-basi sambil melihat dada Damian yang dipenuhi luka lebam beserta sayatan kecil di sana-sini.
"Aku dari ruang kerja. Aku juga ingin mengambil air minum". Balas Damian kemudian melangkahkan kakinya dengan tertatih-tatih.
"Duduklah. Biar aku mengambilkannya untukmu". Naora menarik lengan Damian dan menuntunnya kearah kursi. Sikap Naora penuh paksaan dan Damian suka itu.
"Biar aku minum ini saja". Tunjuk Damian pada botol milik Naora.
"Eh, tapi ini bekasku. Biar aku ambilkan yang baru". Ujar Naora merasa tidak enak. Toh ia juga tidak keberatan mengambilkan minum untuk Damian.
"Aku tidak keberatan minum dari tempat yang sama denganmu. Apa mungkin kau yang risih milikmu disentuh oleh orang lain". Tanya Damian menatap Naora lekat.
Tanpa berkata apapun lagi, Naora segera membuka botolnya dan menyodorkannya di depan Damian.
"Ini juga, pasti dibeli dengan uangmu. Mana mungkin aku melarang mu menggunakannya. Aku hanya takut kau merasa jijik berbagi minum dengan orang lain. Tapi jika aku, makan dan minum dari tempat yang sama dengan pasangan itu tidak masalah". Kata Naora panjang lebar.
Hati Damian rasanya dipeluk oleh sebuah kehangatan tak kasat mata. Apa mungkin kebekuan dalam hatinya sudah mencair ?
Tanpa menjawab ucapan Naora, Damian mendekatkan botol itu ke mulutnya dan minum air dari sedotan yang sudah terpasang pada botol itu.
Ia merasa lucu dengan dirinya sendiri. Seorang bos mafia dingin dan disegani banyak orang minum dari botol tumblr warna merah muda bergambar kartun yang tidak ia ketahui apa namanya.
"Sudah". Kata Damian kemudian ia menjauhkan botol itu.
Naora mengangkatnya. Mengira-ngira kira-kira seberapa isinya. Damian hampir menghabiskan satu liter air dalam sekali minum.
Naora kembali lagi mengisi air dan Damian hanya melihatnya. "Besok aku akan membelikan mu botol minum yang banyak". Celetuk nya tiba-tiba.
"Untuk apa ?". Tanya Naora mendekat.
"Agar kau punya lebih dari satu". Jawab Damian asal.
"Tidak perlu. Botol ini bagus dan awet". Kata Naora kemudian duduk di samping Damian.
"Apa kau mendapatkan luka ini saat pergi tadi". Tanya Naora menunjuk sebuah luka sayatan yang agak memanjang di dada Damian.
"Hem. Tidak masalah. Ini luka kecil. Apa kau mengkhawatirkan ku ?". Tanya Damian ingin tau. Dan tidak disangka Naora pun menganggukkan kepalanya.
"Seorang istri akan selalu mengkhawatirkan suaminya. Apa sudah diobati ?".
"Ini luka kecil. Tidak perlu diobati. Besok juga sudah membaik".
"Tidak boleh menyepelekan luka walaupun kecil. Ayo aku bantu mengobati. Dimana kotak obatnya ?". Tanya Naora sudah berdiri.
"Kita ke kamar saja. Di kamar ada kotak obat". Jawab Damian.
Kemudian ia berdiri dan mulai berjalan lebih dulu. Naora menduga jika kaki Damian juga terluka. Jadi tanpa mengatakan apapun, Naora segera memapah Damian menaiki tangga.
Damian dengan senang hati memeluk Naora yang membantunya berjalan. Sungguh, istrinya ini begitu peka dengan keadaannya.
Damian berbaring diatas ranjang dan Naora mengoleskan obat menggunakan kapas dengan perlahan. Damian tidak bereaksi apa-apa. Hanya menutup kedua matanya dengan sebelah lengannya.
"Apa tidak sakit ? Kenapa tidak bereaksi apa-apa ?" Tanya Naora penasaran. Pasalnya, biasanya ia mengobati lukanya yang di dapat dari Aldric juga menggunakan obat yang sama seperti ini dan rasanya begitu perih sampai ke tulang. Namun akan membaik dengan cepat.
"Tentu saja sakit. Tapi tidak sesakit saat aku mendapatkan luka-luka itu". Jawab Damian. Dan Naora mengangguk.
"Boo, kau ingin tidur ?" Tanya Naora setelah mengembalikan kotak obat ke tempatnya semula.
"Hem. Ayo kita tidur. Kau pasti juga mengantuk". Kata Damian menepuk bantal d sebelahnya.
Naora mengangguk dan segera berbaring di samping Damian. Entah betulan atau hanya perasaan Naora saja jika Damian bersikap sangat lembut dan tidak meledak-ledak seperti biasanya.
'Mungkin saat berkelahi tadi ada yang memukul kepalanya dengan keras yang membuat dia lupa akan sifatnya sendiri'. Gumam Naora dalam hati.
"Kalau ku pikir-pikir, sepertinya aku lebih senang kau memanggilku dengan namaku secara langsung". Kata Damian tiba-tiba. Ia tidak menatap Naora namun memandang langit-langit.
"Eh ?". Naora jadi bingung. Sepertinya benar dugaannya jika kepala Damian terbentur sesuatu.
"Bukankah kau bilang aku seperti tidak menghormatimu jika memanggil namamu secara langsung ?". Tanya Naora mengingatkan kembali apa yang Damian katakan.
"Tidak lagi. Aku menyukai namaku karena itu adalah pemberian dari ibuku. Dan hanya orang-orang tertentu saja yang ku perbolehkan memanggilku". Kata Damian namun Naora tidak merespon lagi.
Rupanya Naora sudah memejamkan matanya saat Damian menengok ke sebelah.
"Kau pasti sudah mengantuk sejak tadi. Selamat malam. Bermimpi lah yang indah". Damian mendekatkan tubuhnya pada Naora kemudian mencium kening Naora dengan dalam dan lama.
Tidak lupa ia menelusup kan lengannya dibawah leher Naora dan memeluknya seperti yang ia lakukan kemarin. Menurutnya, tidurnya menjadi sangat nyenyak saat memeluk Naora.
...
Aahh suka-suka kau lah Dam...😄😄