Hong Zhi Shi, seorang putri dari garis keturunan Klan Dewa Pengetahuan. Cantik sudah pasti, karena ia seorang Dewi yang tinggal dialam surgawi. Pintar, tak perlu ditanya lagi, secara Klannya adalah Dewa pengetahuan.
Hidup abadi, cantik, pintar, tinggal dialam surgawi yang semua serba indah dan ada, tentu menjadi anugerah diingini banyak manusia.
Tapi akibat ia menolak lamaran Dewa neraka untuk menjadikannya selir, Hong Zhi Shi dijatuhi hukuman. Ia akan menjalani hidup dialam dunia fana dalam tiga kali masa kehidupan.
Ada banyak misi yang harus ia emban, salah satunya mendapatkan cinta tulus dari seorang pria yang juga ia cintai. Karena hanya dengan itu, Hong Zhi Shi akan kembali bisa hidup dialam surgawi setelah kematiannya didunia fana.
Entah dikehidupan yang keberapa cinta itu akan ia dapatkan, pasalnya sudah enam kehidupan sudha ia jalani. Sekarang dimasa ini, adalah kehidupannya yang ketujuh.
Bagaimana kisah Hong Zhi Shi dikehidupan ketujuh ini..?
Mari ikuti kisahnya..!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Datu Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cun Ju perak
Dipengobatan pagi ini, racun ditubuh tuan muda Song sudah sepenuhnya hilang. Tidak ada lagi darah hitam berbau busuk keluar saat akupuntur dilakukan. Bahkan ketika dicabut pun tuan muda Song tidak muntah seperti kemarin.
Hanya Jang Bing dan Wang Chun yang ikut kekota. Bai Fang, Mu Jiao dan Bai tua, memanen tebu dihutan pegunungan Wuyi.
"Kakak sudah sembuh, jadi pengobatannya selesai."
Tuan muda Song tersenyum, memandang wajah Yin Hua dengan mata berbinar haru bahagia.
"Yin Hua, terimakasih..! kelak dimasa depan, aku akan membalas kebaikanmu ini." ucapnya tulus penuh tekad.
"Cukup kakak hidup dengan baik dan panjang umur, aku sudah sangat senang."
Yin Hua beralih pada tuan Song "paman..! kalau bisa paman membeli bunga Cun Ju perak, letakkan dikamar kakak dan anggota keluarga paman. Bunga itu bisa mendeteksi semua jenis racun, sekaligus menyerap dan menjadi penawarnya."
"Dimana paman bisa mendapatkannya..?"
"Paman singgah kedesa pegunungan Suchang, disana ada satu keluarga yang membudidayakan bunga itu." jawab Yin Hua.
Jang Bing, Wang Chun, Su Zihan dan Yu Lan langsung saling melirik. Bagaimana Yin Hua bisa tahu soal itu sedangkan dia sendiri tidak pernah kemana-mana. Membaca, bergaul dengan sarjana, cendikiawan atau orang-orang terpelajar tak sekali pun dilakukan.
Bulu kuduk mereka seketika berdiri, merinding dingin hingga nyaris membekukan hati. Dengan susah Jang Bing dan Wang Chun menelan ludah pamit guna membasahi kerongkongan yang mendadak kering.
"Untuk bibi agar bisa mengandung lagi. Paman cari akar bulan emas, gingseng hitam, dan biji Cassia, lalu rebus dengan kelopak bunga Cun Ju perak. Konsumsi dua hari sekali setiap bibi mau tidur."
Netra tuan Song berbinar senang. Istrinya kini sulit untuk hamil setelah tiga kali mengalami keguguran. Entah apa masalahnya. Padahal sudah berobat kemana-mana, melakukan pekerjaan berat pun tak pernah.
Tuan Song tidka mau mengambil selir, karena baginya sang istri adalah segalanya. Lagi pula selir hanya membuatnya pusing saja, dengan bermacam konflik, trik dan drama.
"Jika bibi sudah mengandung, hentikan meminumnya."
"Hua'er..! paman mempunyai semua yang kau sebutkan tadi." ucap Wang Chun.
"Woah, benarkah..? Kenapa paman tidak memberitahuku..?"
Wang Chun mendelik seketika sembari berkancah pinggang "memangnya kau bertanya pada paman..?"
Yin Hua terkekeh, menepuk jidatnya lucu.
"Tuan, kalau begitu aku sekalian saja membelinya." kata tuan Song antusias.
Harapannya dan sang istri untuk memiliki banya anak akan bisa terwujud.
Wang Chun langsung menyiapkan, dengan dibantu Yin Hua. Satu bungkusan untuk satu kali minum, hanya tinggal ditambah satu kelopak bunga Cun Ju perak.
Tuan Song memberi kode pada pengawalnya, yang langsung keluar dan tak lama kembali dengan membawa peti kayu.
"Hua'er..! paman sangat berterimakasih padamu. Kau sudah menyelamatkan keluarga Song kami, terimalah hadiah kecil dari paman ini."
Yin Hua menggeleng "paman, aku membantu dengan ikhlas karena itu sudah menjadi kewajibanku."
"Paman mohon, terimalah..! ini tidak ada artinya jika dibandingkan dengan apa yang sudah kau lakukan." ucap tuan Song menghiba dengan netra berkaca-kaca.
Yin Hua menatap sang ayah guna meminta jawaban. Jang Bing pun bingung, menerima tak enak, menolak pun lebih tak sopan.
"Hua'er...!"
Yin Hua menghela nafas "baiklah..! Terimakasih paman."
Tuan Song tersenyum, lalu mengambil sesuatu dari pinggangnya. "gunakan ini kalau nanti kau keIbukota Mendong atau berkunjung kesemua toko, penginapan dan restoran klan Song diseluruh kekaisaran Qin."
Yin Hua tersenyum senang "ini aku baru tidak akan sungkan untuk menerimanya." ucapnya menggenggam erat plakat berwarna emas dengan lambang klan Song.
Tuan Song terkekeh, diikuti sang putra dan para pengawalnya.
"Paman pamit ya..?" ucapnya mengusap kepala Yin Hua penuh kasih.
Yin Hua mengangguk "paman hati-hati..!" ucapnya membungkuk hormat.
Tuan muda Song memberikan kalung dengan liontin giok berbentuk bulan sabit "jangan pernah melupakan aku ya..? suatu hari nanti, aku akan datang untukmu."
Yin Hua mengangguk, menerima kalung itu. "Hati-hati kakak----
"Song Tian Lee..!"
"Hati-hati kakak Lee...!"
"Jaga dirimu..!"
Para pengawal tuan soang membungkuk, berpamitan pada Yin Hua.
Tuan Song dan Tian Lee berpamitan dengan akrab dan penuh rasa hormat, pada Jang Bing, Wang Chun, Su Zihan dan Yu Lan, serta dua pemuda karyawan toko Wang.
Tak lupa, Tuan Song memberikan kantong koin pada dua pelayan toko Wang dan juga kepemiliknya.
Lambaian tangan dengan senyuman manis sehangat sinar mentari pagi, menjadi penghantar kepergian Tuan Song dan rombongannya.
"Adik..! kau yang bekerja, jadi ini milikmu." kata pelayan toko Wang menyodorkan kantong koin.
"Kakak juga membantuku, jadi itu untuk kakak berdua. Lagi pula aku sudah mendapatkan bagianku bahkan jauh lebih banyak." ucapnya melihat peti kayu yang ada diatas meja.
Dua pelayan itu menatap Wang Chun, tanda jika mereka tak enak hati dan sedikit takut juga.
"Terima saja, itu sudah menjadi hak kalian. Gunakan untuk keperluan keluarga kalian." kata Wang Chun tersenyum.
Pemuda karyawan itu mengangguk, tersenyum senang lalu membungkuk. "terimakasih adik, terimakasih tuan...!"
Sepuluh koin emas diterima oleh masing-masing pemuda itu, sementara Wang Chun mendapat lima puluh koin emas.
Sedangkan sang pemeran utama, mendapat seratus koin emas.
"Paman, ini untuk membayar jarum emas dan perak yang sebelumnya aku pakai." Yin Hua memberikan dua puluh koin emas pada Wang Chun.
Pamannya itu langsung menggeleng cepat, dengan menggoyangkan tangan. "Paman akan memberikan gratis. Itu hadiah dari paman dan bibimu, karenamu kami mendapat banyak koin emas hari ini."
"Yei..!" seru riang Yin Hua, yang langsung memeluk posesif kotak jarum emas dan perak.
"Nanti aku akan memberikan resep obat pada paman, agar toko paman semakin ramai." janji Yin Hua.
Mata Wang Chun langsung melebar berbinar. "Paman akan menagihnya nanti kalau kau lupa..!"
"Aku tidak akan lupa, kertas jadi aku akan langsung membuat buku resep tonik, pil, dan masakan obat." ucap Gin Hua dengan dagu terangkat tinggi.
"Keponakan paman memang yang terbaik." ucap Wang Chun menyambar tubuh Yin Hua dan mengangkatnya tinggi-tinggi.
"Paman...!" pekik Yin Hua tertawa.
Semua yang ada disana ikut terbahak gembira.
trusss semangat ya thorrr💪💪💪