Cinta DiTujuh Kehidupan

Cinta DiTujuh Kehidupan

401 M Abad 5

Disebuah kota kecil dipegunungan hijau yang megah, kehidupan berjalan selaras dengan alam. Kabut pagi turun menyelimuti lembah, sementara suara hewan ternak dan liar menggema dikejauhan.

Dikaki pegunungan Wuyi Tiongkok kuno terbentang kota dan desa-desa kecil. Suasananya begitu damai, diiringi dengan kicauan burung dan dedaunan yang bergoyang pelan. Seolah alam tengah berbisik menenangkan jiwa-jiwa lelah karena seharian lelah bekerja.

Kota Guizhou bagian dari Ibukota Taming, terletak disebelah Utara kekaisaran Xia benua tengah. Kota makmur nan subur, dikelilingi puluhan desa dengan penduduknya yang mayoritas petani, pemburu dan buruh miskin.

Lahan pertanian ratusan hektar membentang hijau, ditengah tinggi menjulang gunung-gunung rindang, bersama luasnya hutan belantara yang menyimpan sumber daya alam melimpah. Menjadi sandaran puluhan ribu manusia, untuk tetap bisa hidup bersama orang-orang tercinta.

Disebuah paviliun sederhana dikediaman keluarga Hong, rintihan kesakitan terdengar amat memilukan. Terbaring lemah diatas ranjang memegangi perut besarnya.

"Ibu, aku sudah tidak sanggup lagi." ucapnya meringis.

Keringat sebesar biji kacang hijau, menghiasi wajah pucatnya.

"Jangan bicara seperti itu, tunggu sebentar lagi. Tabib dan adikmu akan segera tiba." ucap wanita paruhbaya berusia tiga puluh sembilan tahun.

Jang Mei mengusap keringat sang menantu, sembari terus memberi pijatan ringan dikaki dan tangan wanita ringkih yang sudah selama tujuh tahun ini dinikahi oleh putranya.

BRAK

Pintu dibuka kasar, sosok wanita paruhbaya berpakain sutra berwajah gelap datang mendekat.

"Ini sudah waktunya makan siang, kenapa belum ada makanan..?" pekiknya berkancah pinggang. Menatap tajam Jang Mei dan menantunya Su Zihan.

"Nyonya, sudah waktunya Zihan melahirkan. Aku harus menemaninya, jadi maaf tidak bisa memasak hari ini." jawab Jang Mei.

Sang nyonya rumah mendelik "lalu siapa yang akan memasak..?"

"Nyonya, masih ada dua menantu dan cucu perempuan. Untuk hari ini saja, tolong...!" ucap Hiba Jang Mei.

Zhen Nilu, nyonya Xi, yang berada dibelakang nyonya Hong mendelik.

"Bibi selir, itu tugas kalian. Enak saja kau menyuruh kami." sengit Zhen Nilu.

"Nyonya muda-----

"DIAM...!" bentak nyonya Hong.

"Cepat pergi memasak..! sebentar lagi putra dan cucu lelakiku pulang. Tidak usah kau manja wanita tidak berguna ini, dia hanya mau melahirkan bukan mau mati." titahnya.

"Nyonya...!"

"Cepat lakukan perintahku." sambar nyonya Hong "atau kau mau menantu tidak bergunamu itu yang melakukannya..?" tunjuknya pada Su Zihan.

Jang Mei menggeleng cepat "baik nyonya..! aku akan memasak." jawabnya, melihat kearah menantunya.

"Menantu, ibu tinggal sebentar. Bertahanlah, adikmu sebentar lagi datang." ucapnya lembut mengusap perut buncit snag menantu.

Su Zihan mengangguk lemah ditengah rasa sakit yang semakin mendera. Sudah sejak dini hari ia merasa sakit, namun terpaksa ditahan karena perintah dan aturan keluarga Hong.

Suaminya sedari sejak pagi masih gelap sudah pergi keladang sendirian, agar ia dan sang bu bisa tetap dirumah. Tanpa bisa memanggil tabib terlebih dulu.

Untuk saja adik iparnya yang tinggal didesa Sing-ji datang berkunjung, jadi wanita itu bisa dimintai tolong. Jika tidak, entah bagaimana nasib wanita itu dan bayinya.

Dengan tergopoh-gopoh Jang Mei keluar paviliun guna menuju kedapur. Sedangkan nyonya besar Hong beserta kedua menantu melengos pergi tanpa perduli akan penderitaan Su Zihan.

"Ibu...!" seru putri keenam Yu Lan, yang baru datang bersama tabib.

"Lan'er, cepat tolong kakak iparmu." ucapnya menangis.

"Ibu mau kemana..?" tanya Yu Lan cemas.

"Ibu mau memasak. Sudah cepat masuk, temani kakak iparmu." titah Jang Mei gegas pergi kedapur.

Yu Lan juga segera menuju paviliun sang kakak bersama tabib yang mengekorinya. Mata yang semula memancarkan kekhawatiran itu, menggelap seketika kala berpapasan dengan nyonya Hong dan kedua iparnya.

Yu Lan berdecih, menatap sengit ketiga wanita berbeda generasi didepannya. Tanpa berniat menyapa, wanita berusia dua puluh tahun itu melenggang pergi.

Nyonya Hong mengeram marah "kurang ajar kau..!" hardiknya menunjuk Yu Lan yang sudah memasuki paviliun.

"Kakak ipar...!" seru Yu Lan melompat naik keranjang, duduk disisi sang kakak ipar.

Tabib wanita gesit menangani Su Zihan.

"Air ketubannya sudah mulai hampir mengering. Ini juga pendaharannya...!" kata tabib itu cemas.

"Lan'er, bantu aku...!" titah tabib wanita itu.

"Apa yang harus aku lakukan bibi...?" tanya panik Yu Lan.

"Bantu aku mendorong baginya, tanganmu letakkan disini..!" titah bibi tabib memberi intruksi.

"Bibi tapi aku takut, aku tidak bisa...!" kata Yu Lan bergetar.

"Kau pasti bisa, kalau tidak cepat dikeluarkan bayinya akan mati. Kakakmu sudah lemah seperti itu." sahutnya.

Bibi tabib juga memberi intruksi pada Su Zihan yang sudah lemas tak bertenaga. Wanita itu mulai bersiap, mengumpulkan sisa kekuatan yang ia miliki.

Dua kali percobaan gagal, tiga kali kepala bayi mulai terlihat.

"Ayo Han'er sekali lagi..!" seru tabib "Lan Er bersiap...!"

Aba-aba bibi tabib "Dorong yang kuat, sekarang...!" serunya.

"Ach.....!" teriak Su Zihan bersama lengkingan tangis bayi, menggema dipenjuru paviliun.

Bibi tabib menghela nafas lega "akhirnya, bayi perempuan yang sangat cantik...!" ucapnya.

"Ambil manisan jujube dikeranjangku, berikan pada kakakmu bersama air." titah bibi tabib, memotong tali pusar lalu membersihkan bayi.

Yu Lan mematuhi, mengambil apa yang tadi disebut lalu memberikan pada kakak perempuannya.

Pintu dibuka, Zhen Nilu dan Nyonya Xi datang, mereka mendekati bibi tabib untuk melihat jenis kelamin bayi merah itu.

"Ah perempuan..!" gumamnya tersenyum miring

Yu Lan yang mendengar langsung bereaksi "kenapa memangnya kalau perempuan...?" tanyanya ketus.

"Kalian itu bukannya perempuan, dan kau juga punya anak perempuan kan..?" tudingnya pada Zhen Nilu.

"Adik, kenapa kau marah..? lagi pula salahnya dimana..? keponakanmu memang perempuan." jawab Zhen Nilu tersenyum mengejek.

Yu Lan mengerakan rahangnya "keluar dari sini, atau aku siram kalian dengan air bekas mandi keponakanku..?" ancamnya.

Zhen Nilu dan Nyonya Xi ketakutan, mereka amat mengenal watak Yu Lan. Tanpa berani menyahuti, mereka langsung keluar dari sana.

"Rebus ramuan ini, biar bibi yang menjaga kakak iparmu." ucap bibi tabib menyerahkan bungkusan sembari menggendong bayi perempuan yang terlahir sempurna, meski lebih kecil dari bayi pada umumnya.

"Baik bibi...!"

Sepuluh bulan Su Zihan mengandung, dengan setiap harinya melakukan pekerjaan berat. Mengurus rumah lalu keladang. Tanpa asupan gizi yang baik, tentu mempengaruhi kesehatan dan perkembangan janinnya.

Beruntung wanita itu bisa bertahan sampai sekarang. Bayinya lahir dengan selamat walau berat badannya tak kurang dari dua kilo gram.

KERTAS BAMBU

JANGAN LUPA UNTUK SELALU 👇

👍 Like setelah membaca setiap bab.

❤️ Subscribe.

⭐️ Berikan nilai bintang 5.

👑 Vote disetiap hari senin.

🌹 Kalau ada poin, boleh setangkai mawarnya.

🔔 Tinggalkan komentar penyemangat.

TERIMAKASIH...!

Terpopuler

Comments

Andi Ilma Apriani

Andi Ilma Apriani

hadiiirrr

2025-09-27

1

lihat semua
Episodes
1 401 M Abad 5
2 Keluaga Hong
3 Pertengkaran keluarga
4 Memutuskan hubungan
5 Kekaisaran Xia
6 Jang Yin Hua
7 Pergi keHutan
8 Mengatur Ulang
9 Penghasilan Pertama
10 Komandan Jang Lei
11 Mulai Membangun
12 Rumah Baru
13 Tangkapan Besar
14 Tuan Kota Zhang
15 Berburu bersama
16 Mulai Bertani
17 Rencana Jang Lei
18 Melamar
19 Membuat Rencana
20 Mendadak Kaya
21 Dibandingkan
22 Memanfaatkan waktu
23 Persiapan
24 Tiga tahun
25 Anggota kepala keluarga
26 Langkah awal
27 Rencanca Bersama
28 Ide Baru
29 Pegunungan Qilin
30 Bertahap
31 Mulai Beroperasi
32 Peluang Bisnis
33 Racun Lidah Api
34 Mengobati lagi
35 Cun Ju perak
36 Kerja Bakti
37 Berkembang
38 Kertas
39 Lampion
40 Utusan Istana
41 Keributan
42 Menolong
43 Memaafkan
44 Memberi perawatan
45 Enam Saudara
46 Tujuh Tahun
47 Yin Hua & 7 kakak lelaki
48 Pegunungan Louhan
49 Pegunungan Luohan 2
50 Keluarga
51 Kota Seribu Lampion
52 Ibukota Taming
53 Prodak baru
54 Parfum
55 Pegunungan Ganxi
56 Bertambah kaya
57 Selalu beruntung
58 Kaya bersama
59 Delapan Tahun
60 Chen Yi Long
61 Semakin baik
62 Rombongan orang asing
63 Dia.....???
64 Bertemu Lagi
65 Makan bersama
66 Pertemuan
67 Perpisahan & Rencana
68 Tidak Berminat
69 Bertemu Song Tian Lee
70 Sarapan
71 Murid Baru
Episodes

Updated 71 Episodes

1
401 M Abad 5
2
Keluaga Hong
3
Pertengkaran keluarga
4
Memutuskan hubungan
5
Kekaisaran Xia
6
Jang Yin Hua
7
Pergi keHutan
8
Mengatur Ulang
9
Penghasilan Pertama
10
Komandan Jang Lei
11
Mulai Membangun
12
Rumah Baru
13
Tangkapan Besar
14
Tuan Kota Zhang
15
Berburu bersama
16
Mulai Bertani
17
Rencana Jang Lei
18
Melamar
19
Membuat Rencana
20
Mendadak Kaya
21
Dibandingkan
22
Memanfaatkan waktu
23
Persiapan
24
Tiga tahun
25
Anggota kepala keluarga
26
Langkah awal
27
Rencanca Bersama
28
Ide Baru
29
Pegunungan Qilin
30
Bertahap
31
Mulai Beroperasi
32
Peluang Bisnis
33
Racun Lidah Api
34
Mengobati lagi
35
Cun Ju perak
36
Kerja Bakti
37
Berkembang
38
Kertas
39
Lampion
40
Utusan Istana
41
Keributan
42
Menolong
43
Memaafkan
44
Memberi perawatan
45
Enam Saudara
46
Tujuh Tahun
47
Yin Hua & 7 kakak lelaki
48
Pegunungan Louhan
49
Pegunungan Luohan 2
50
Keluarga
51
Kota Seribu Lampion
52
Ibukota Taming
53
Prodak baru
54
Parfum
55
Pegunungan Ganxi
56
Bertambah kaya
57
Selalu beruntung
58
Kaya bersama
59
Delapan Tahun
60
Chen Yi Long
61
Semakin baik
62
Rombongan orang asing
63
Dia.....???
64
Bertemu Lagi
65
Makan bersama
66
Pertemuan
67
Perpisahan & Rencana
68
Tidak Berminat
69
Bertemu Song Tian Lee
70
Sarapan
71
Murid Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!