NovelToon NovelToon
Suamiku Berubah

Suamiku Berubah

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / CEO Amnesia / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:758
Nilai: 5
Nama Author: nula_w99p

Clarisa Duncan hidup sendirian setelah keluarganya hancur, ayahnya bunuh diri
sementara ibunya tak sadarkan diri.

Setelah empat tahun ia tersiksa, teman lamanya. Benjamin Hilton membantunya namun ia mengajukan sebuah syarat. Clarissa harus menjadi istri, istri kontrak Benjamin.

Waktu berlalu hingga tiba pengakhiran kontrak pernikahan tersebut tetapi suaminya, Benjamin malah kecelakaan yang menyebabkan dirinya kehilangan ingatannya.

Clarissa harus bertahan, ia berpura-pura menjadi istri sungguhan agar kondisi Benjamin tak memburuk.

Tetapi perasaannya malah semakin tumbuh besar, ia harus memilih antara cinta atau menyerah untuk balas budi jasa suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nula_w99p, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Clarissa memalingkan wajah, mengapa Ben tidak langsung ke ruang ganti. Dia malah mengobrol di sini dengan tubuh nya yang masih terekspos.

''Jadi kamu tidak menyukai keduanya? Tidak menyukai otot di tubuh pria! Atau kamu lebih suka-''

''Kamu pakai pakaian segera, Ayah mu menunggu di bawah.'' Clarissa langsung memotong perkataan Ben, ia tahu arah perbincangan ini akan ke mana.

''Sana,'' Clarissa meminta sekali lagi pada Ben untuk segera memakai pakaian.

''Baiklah, nanti kita bicara lagi masalah ini. Aku benar-benar ingin tahu jawaban mu.'' Ben melangkah menjauh, ia menuju ke ruang ganti di kamar miliknya. Walau tak mendapat jawaban tapi ia suka melihat ekspresi wajah malu istrinya. Rasanya menyenangkan bisa menggodanya.

''Benjamin benar-benar deh, mengapa mau membicarakan soal itu lagi. Apa pentingnya itu,'' Clarissa mengipasi wajahnya dengan satu tangan nya. Ia merasakan suasana panas di wajahnya. Walau masih kehilangan ingatan tetapi suaminya yang sudah ia kenal sejak kecil itu masih suka menjahilinya. Lihatlah tadi ekspresi bahagia di wajah Ben.

Sejujurnya ia sudah menyukai apapun yang Ben punya, entah sejak kapan ia mulai tak masalah dengan apapun perihal Ben. Tapi ia tak bisa menoleransi perilaku sombong Benjamin sedari dulu, untungnya saat ini sifat ini tak menunjukan tanda-tanda di tubuh Ben. Bisa-bisa Clarissa muak mendengar ocehan atau perkataan sombong yang di keluarkan oleh mulut pedasnya.

Beberapa detik berlalu dan Ben kini sudah mengenakan pakaian lengkap, ia mengenakan kaos yang lembut dan menunjukan otot tangannya dengan celana panjang yang tampak nyaman.

''Lihat ini, sepertinya aku suka melatih otot tanganku.'' Ben membolak-balikkan tangan sambil tersenyum pada Clarissa.

Clarissa mengangguk, ia tak memandang ke arah Ben. Ia sungguh tak bisa memandang suaminya sekarang. Rasanya malu sekali.

''Mau coba sentuh?'' Ben mendekatkan tangannya pada Clarissa. Dengan percaya diri menawari istrinya hal tak terduga ini.

''Nanti saja Ben, Ayah mu menunggu.'' Clarissa sesungguhnya penasaran tapi tidak boleh, ia takut membuat Ben merasakan sesuatu yang berbahaya. Kelihatannya memang hanya tangan tetapi kita tidak tahu reaksi tubuh lelaki kalau di sentuh.

''Ben sepertinya Ayahmu ingin kamu bekerja lagi, entah hari ini atau besok, aku sudah mengobrol dengannya. Aku meminta agar kamu tidak bekerja dalam beberapa hari lagi tapi dia tidak mendengarkan. Aku takut kesehatan mu terganggu.'' Clarissa mengungkapkan langsung rasa khawatirnya.

''Hei hei,'' Ben menyentuh pipi istrinya dan mengangkatnya hingga bertatapan dengan nya. ''Tidak usah khawatir, ingatanku memang belum pulih tetapi tubuhku sudah tak ada yang sakit kecuali kepala ku tapi ku pikir tidak ada gunanya melawan monster. Maksud ku orang itu, sepertinya aku memang tetap harus bekerja kan pada akhirnya.''

''Ayo kita temui dirinya,'' Ben menggandeng tangan istrinya dan melangkah menuju ruangan tempat Ayah nya berada.

Saat keduanya tiba, Morgan terlihat diam beberapa detik sebelum akhirnya berbicara, ''aku ingin berbicara empat mata dengan putraku.''

''Tidak usah, aku akan di sini bersama istri ku.'' Ben menjawab dengan ekspresi datar, ini pertama kalinya Clarissa melihat suaminya yang kehilangan ingatan menunjukan ekspresi datar padanya seperti Benjamin yang itu sudah kembali.

''Kau yakin?'' Morgan menatap tajam pada putranya, suasana hening beberapa detik.

Ben memandang istrinya dan berbicara pelan, ''sepertinya dia ingin aku di sini sendiri dengannya. Kamu tidak keberatan menunggu, sayang?.''

Clarissa memasang wajah ragu, bagaimana kalau Ayah mertuanya itu langsung memberi ingatan masa lalu yang berat atau bahkan mengatakan bahwa pernikahan ini bukan lah sungguhan. Bisa-bisa kesehatan Ben terganggu.

"Tidak apa-apa, aku akan baik-baik saja. Dia tak akan menyakitiku," Ben kembali berucap. Melihat istrinya khawatir membuat dirinya sedikit bahagia, ia senang di perhatikan.

"Dia benar, aku tidak akan menggigit. lagipula dia anakku," Morgan mengatakan itu dari sana dengan nada bicara yang agak kencang. "Kalian pikir aku monster," gumam Morgan yang masih bisa di dengar keduanya.

Clarissa mengangguk dan segera pergi menjauhi suami dan mertua nya. Ia menuju lantai atas, Ayah mertuanya sungguh tak mau pembicaraan mereka terdengar.

"Duduklah, jangan hanya berdiri." Morgan menghela nafas melihat putranya tak menjawab maupun melakukan saran duduk darinya.

Baru beberapa saat kemudian Ben berbicara, "kau mau apa? Jangan sembarangan masuk ke mari, istriku sampai gemetaran karena mu."

"Hahahaha... Sudah ku duga kau tidak kehilangan ingatanmu, benar kan? Kau tidak bisa membohongi diriku, mau sampai kapan kau begini. Alasanmu membuat sandiwara ini untuk apa! Bolos bekerja atau apa? Jangan-jangan untuk mempertahankan pernikahan kontrak kalian ini?" Morgan tertawa terbahak-bahak sambil memandang putranya, sungguh rencana busuk apa yang dia lakukan ini. Ia tak menduga Benjamin Hilton melakukan ini.

"Aduh kepala ku sakit," Benjamin memegangi kepalanya dan berdesis kesakitan.

Tawa Morgan yang tadi masih terdengar kian hilang, ia menghela nafas panjang. "Sudahlah tidak usah bersandiwara begitu denganku, akting mu buruk sekali. Lain kali ambil kelas akting kalau mau melakukan ini, aku mual melihat mu begini."

Benjamin menghentikan aksinya dan duduk di kursi depan, "jangan mengatakan ini pada istri ku." Memang tidak ada gunanya berakting di depan Ayah nya, ia punya insting yang kuat mengenali kebohongan.

Ayah nya tak menjawab, ia diam seribu bahasa seolah-olah tak mendengar ucapan putranya sendiri.

"Kau dengar tidak? Aku akan melakukan apapun yang kau suruh asal kau menyimpan rahasia ini dari Clarissa."

"Hahahaha...." Morgan kembali tertawa, "aku benar-benar tidak habis pikir dengan mu. Kau memang putraku, aku sudah menduganya. Kau sengaja membuat kecelakaan palsu itu, kau menyewa orang untuk berpura-pura menabrak mu, membuat api palsu, membuat Dokter palsu. Kenapa dulu aku tak melakukan ini agar Ibumu tetap bersama ku."

"Diam lah, mau kau hilang ingatan atau koma sekalipun. Ibu ku tak akan mau bersamamu, relakan saja. Sudah sejak lama Ibu ku menikah bahkan kau juga sudah menikah lagi, jawab saja aku. Ayah. Kau akan merahasiakan ini dari Clarissa!" Ben tak mau mendengar omong kosong lagi dari mulut Ayah nya, dan Dokter itu tidak palsu. Dia teman ku, dia memang Dokter, kau tak tahu?"

"Terserah kau saja, aku memintamu untuk bekerja besok. Tidak ada alasan lagi untukmu beristirahat dengan alasan yang tak logis ini. Jangan menyusahkan ku Benjamin, aku tak masalah dengan kebohongan yang sedang kau lakukan ini asal kau bekerja dengan baik."

"Baiklah, pergi sana." Benjamin dengan enteng mengusir Ayah nya sendiri, ia sungguh muak dengan sikap arogan Morgan.

"Aku akan di sini sebentar," Morgan tak mau mengalah pada siapapun sekalipun putranya sendiri.

Ben menarik nafas dalam-dalam, ia kesal sungguh sangat kesal. "Ah tapi aku punya syarat, aku ingin pergi bekerja di temani istriku."

Morgan melirik putranya, "terserah dan berhenti memanggil Clarissa dengan sebutan istriku. Aku merasa geli mendengarnya. Panggil dengan namanya atau apapun itu asal jangan memanggilnya begitu, kau sungguh tak merasakan bulu kuduk mu berdiri saat mengatakannya?"

Benjamin memutar bola matanya, malas menanggapi pertanyaan Morgan yang tak jelas itu. Kenapa ia tidak segera pergi dari rumahnya, membuang waktu Ben saja.

To be continue...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!