Ketika cinta dan takdir bertemu, kisah dua hati yang berbeda pun bermula.
Alya gadis sederhana yang selalu menundukkan kepalanya pada kehendak orang tua, mendadak harus menerima perjodohan dengan lelaki yang sama sekali tak dikenalnya.
Sementara itu, Raka pria dewasa, penyabar yang terbiasa hidup dengan menuruti pilihan orangtuanya kini menautkan janji suci pada perempuan yang baginya hanyalah orang asing.
Pernikahan tanpa cinta seolah menjadi awal, namun keduanya sepakat untuk menerima dan percaya bahwa takdir tidak pernah keliru. Di balik perbedaan, ada pelajaran tentang pengertian. Di balik keraguan, terselip rasa yang perlahan tumbuh.
Sebab, cinta sejati terkadang bukan tentang siapa yang kita pilih, melainkan siapa yang ditakdirkan untuk kita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Ratna buru-buru menjenguk Alya yang saat ini tengah berada dirumah sakit karena ternyata Raka memberikan kabar dirinya tengah dirumah sakit, dan meminta tolong kepada sang Mama untuk dikirimkan pakaian bersih ke rumah sakit.
Setelah selesai berbincang dan mengantarkan keperluan Raka, kini Maya, Harun, Ratna dan juga Bagas tengah berada disalah satu kursi cafe sebrang Rumah sakit.
" Kali ini alasan apalagi sampai Alya bisa masuk rumah sakit? Sepertinya kami memutuskan untuk mempercepat pernikahan Raka dan Alya saja, bagaimana Pah?".
Ratna seolah merasa sangat kesal, apakah selama ini Alya memang selalu memendam semuanya seorang diri sampai untuk makan saja tidak ada yang mengingatkan. Bukan karena sedang sibuk bekerja, tapi karena terbiasa dengan kondisi melupakan.
Alya terbiasa menutup diri dari siapapun, meskipun Raka sudah mulai memperhatikan Alya tapi karena selama ini semuanya Alya sembunyikan sendiri sehingga itu menjadi kebiasaan yang cukup sulit untuk dihilangkan.
" Apa kalian tidak tahu jika Alya sering melupakan makan siang? Alya memiliki riwayat sakit?". Bagas mengusap pelan punggung sang istri yang saat ini terlihat sekali emosi.
" Maaf Mbak, saya yang salah. Tadi siang saya sudah menyiapkan bekal untuk Alya tapi ternyata karena pekerjaan sedang banyak, akhirnya Alya melupakan bekal yang saya bawakan".
Jika meminta maaf tidak perlu ada kalimat tambahan yang seolah membela diri bukan?.
" Sejak kapan Mbak membawakan Alya makan siang? baru hari ini bukan? Jika memang bersalah tidak perlu ada pembelaan diri apalagi menyalahkan orang lain Mbak Maya, seperti Alya yang dimana dia sakit hati melupakan semua hal dengan belajar dan bekerja tapi apakah dia pernah menyalahkan kalian?".
Deeggg....
Tepat sasaran dan itu tepat menembus jantung Maya dan Harun, ucapan Ratna memang sangat nyata karena memang bekal itu baru dibawakan hari ini. Setelah Maya dan Harun bertekad ingin menjadi orangtua yang utuh untuk Alya, lebih tepatnya.
" Apa kalian pernah berpikir kenapa seseorang bisa sampai sekeras itu dalam bekerja? Karena mereka ingin melupakan rasa sakit yang akan dibuktikan dengan keberhasilan mereka, dan Alya melakukan itu". Lagi, Ratna mengucapkan kalimat nyata yang membuat Harun dan Maya semakin sadar.
" Jadi, bagaimana jika bulan depan saja kita adakan acara pernikahan? agar Alya tidak merasa sendiri, Raka bisa mengurusnya dengan lebih baik". Ratna kini menatap tajam kedua orang yang berada dihadapannya.
" Tapi Rat, apakah tidak terlalu cepat? Apalagi saat ini Alya masih berada dirumah sakit". Harun kini sepertinya kurang menyetujui ucapan Ratna.
" Semua serba mudah dimasa canggih seperti saat ini, kita bisa mempercayakan kepada ahlinya jadi Alya tidak perlu repot. Aku rasa satu bulan waktu yang cukup, toh Raka dan Alya sudah sama-sama nyaman dan cocok jadi mau tunggu apalagi?".
Kini tidak adalagi alasan yang bisa diucapkan oleh Harun dan Maya, Bagas seolah menyetujui ucapan sang istri.
" Aku pastikan jika Raka akan setia kepada Alya, kamu tidak perlu khawatir karena jika Raka bertindak bodoh maka aku sendiri yang akan memberikan pelajaran untuknya".
Tidak bermaksud menyinggung hanya sebagai laki-laki memang Bagas memberikan tanggungjawab yang penuh kepada Raka, tapi jika ia berkhianat maka Bagas sendiri yang akan menyelesaikannya.
" Aku percaya kepadamu Gas, hanya saja aku baru ingin memperbaiki hubunganku dengan Alya saat ini". Harun kini menundukkan kepalanya lesu.
" Kita tanyakan saja kepada Alya dan Raka bagaimana keinginan mereka, tapi jika mereka menyetujui aku harap kamu tidak mempersulit Run. Jangan berlaku egois untuk yang kesekian kali kepada anakmu sendiri, aku yakin kamu paham apa yang aku maksud".
Bagas kini menatap wajah Harun, ada rasa tidak tega hanya saja memang inilah kenyataannya sebagai orangtua bukankah memberikan restu itu adalah langkah awal yang baik bagi anak-anaknya.
Maya hanya bisa terdiam lesu, ada rasa bersalah yang masih bertahan dalam dirinya. Meskipun hubungannya dengan Alya cukup baik, hanya saja menjadi pihak ketiga memanglah salah apapun alasannya itu tidak dibenarkan.