NovelToon NovelToon
Brondong Untuk Kakak Cantik

Brondong Untuk Kakak Cantik

Status: tamat
Genre:Berondong / Anak Genius / Anak Kembar / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Tamat
Popularitas:25.9k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Kehidupan seorang balita berusia dua tahun berubah total ketika kecelakaan bus merenggut nyawa kedua orang tuanya. Ia selamat, namun koma dengan tubuh ringkih yang seakan tak punya masa depan. Di tengah rasa kehilangan, muncullah sosok dr. Arini, seorang dokter anak yang telah empat tahun menikah namun belum dikaruniai buah hati. Arini merawat si kecil setiap hari, menatapnya dengan kasih sayang yang lama terpendam, hingga tumbuh rasa cinta seorang ibu.

Ketika balita itu sadar, semua orang tercengang. Pandangannya bukan seperti anak kecil biasa—matanya seakan mengerti dan memahami keadaan. Arini semakin yakin bahwa Tuhan menempatkan gadis kecil itu dalam hidupnya. Dengan restu sang suami dan pamannya yang menjadi kepala rumah sakit, serta setelah memastikan bahwa ia tidak memiliki keluarga lagi, si kecil akhirnya resmi diadopsi oleh keluarga Bagaskara—keluarga terpandang namun tetap rendah hati.

Saat dewasa ia akan di kejar oleh brondong yang begitu mencintainya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35

Matahari pagi masuk perlahan melalui celah gorden kamar Celin. Udara segar memenuhi ruangan, aroma wangi masakan dari dapur mulai merambat. Hari ini berbeda. Tidak ada jadwal kuliah, tidak ada rapat, tidak ada operasi rahasia. Hari ini… libur.

Celin menggeliat malas di tempat tidur. Ia menatap langit-langit kamar dengan senyum kecil. Akhirnya… aku bisa tenang. Sejak beberapa bulan terakhir hidupnya penuh tekanan, tapi pagi ini ia merasa damai.

Tok! Tok! Tok! Pintu kamarnya diketuk. Suara mama Arini terdengar. “Lin, sudah bangun? Sarapan sudah siap.”

Celin segera bangkit, wajahnya langsung berbinar. “Mama masak?”

“Ya. Mama kan libur hari ini,” jawab Arini sambil tertawa kecil.

Celin buru-buru membuka pintu, lalu memeluk mamanya erat. “Akhirnya! Aku bisa bermanja sama mama seharian. Nggak ada rumah sakit, nggak ada pasien, cuma aku dan mama.”

Arini terkekeh, mengusap rambut putrinya. “Dasar anak gede manja. Kamu kira mama nggak tahu? Kamu pasti sudah rencanakan ini sejak seminggu lalu.”

“Biarin, sekali-kali Celin harus rebut mama dari pasien-pasien itu,” sahut Celin manja.

Namun momen hangat itu tak berlangsung lama. Dari arah koridor, dua suara kompak menggema.

“Hei! Jangan monopoli mama sendiri!”

“Kami juga anak mama, tahu!”

Tentu saja, Arka dan Aksa. Kedua kembar itu sudah berdiri dengan senyum usil.

“Aduh, kalian lagi,” desah Celin kesal. “Bisa nggak sekali aja kalian kasih aku waktu sama mama?”

Arka melangkah maju, menepuk bahu Celin. “Mana bisa. Mama itu harta nasional, nggak boleh dimonopoli.”

Aksa menambahkan dengan gaya dramatis, “Kalau perlu kita gugat ke pengadilan keluarga.”

Arini hanya geleng-geleng sambil tertawa. “Ya ampun, kalian ini sudah besar tapi kelakuannya masih kayak anak kecil rebutan mainan.”

Celin manyun, lalu menggandeng tangan mamanya erat-erat. “Mama, pilih Celin atau mereka?”

Seketika ruang koridor hening. Arka dan Aksa langsung menegakkan badan, wajah serius pura-pura tegang. Arini menutup mulut menahan tawa.

“Aduh… susah juga jawabnya. Mama sayang semua,” jawab Arini akhirnya.

“Tapi hari ini giliran Celin!” potong Celin cepat.

Arka pura-pura jatuh tersungkur, memegangi dada. “Sakitnya tuh di sini, Kak.”

Aksa mengikuti gaya drama Korea, berpura-pura menangis sambil bersujud di lantai. “Mama… ternyata cinta mama setengah-setengah.”

Semua pun pecah tertawa, termasuk Celin yang akhirnya tak bisa menahan geli.

---

Meja makan pagi itu penuh. Papa Bagas sudah duduk sambil membaca koran, wajah tenang tapi penuh senyum. Aroma nasi goreng buatan Arini memenuhi ruangan.

“Wah, hari ini terasa seperti hari Minggu waktu kita kecil,” ujar Bagas, melipat koran. “Anak-anak semua di rumah, mama masak, nggak ada jadwal sibuk.”

Arka langsung duduk di samping papa. “Papa, kalau bisa tiap hari libur, kita seneng banget.”

“Kalau tiap hari libur, siapa yang kerja cari uang buat kasih kalian makan?” sahut Bagas sambil terkekeh.

Aksa mengangkat tangan. “Kalau gitu aku rela jadi anak papa selamanya. Nggak usah kerja, cukup makan enak tiap hari.”

Celin mendengus. “Pantas aja kalian berdua susah dewasa. Lihat tuh, masih kayak bocah TK.”

“Ngaku aja, Kak. Kamu juga pengen kan bermanja terus sama mama?” sindir Arka.

Celin hendak membalas, tapi Cakra tiba-tiba muncul dari arah dapur, membawa gelas jus jeruk. “Sarapan lengkap nih. Jus, nasi goreng, dan bumbu cinta keluarga.”

Arka dan Aksa langsung bersorak, “Wuih, calon menantu idaman!”

Celin memerah. “Hei! Kalian jangan asal ngomong!”

Tapi Bagas hanya mengangkat alis, menatap sekilas ke arah Cakra lalu tersenyum samar. Arini tersenyum lembut, seolah sudah lama tahu sesuatu yang Celin coba sembunyikan.

Sarapan pun berlangsung penuh tawa, candaan, dan cengkerama. Semua seakan lupa bahwa beberapa hari lalu mereka baru saja menghadapi bahaya besar.

---

Setelah makan siang, keluarga Bagaskara bersiap pergi ke rumah Oma dan Opa. Mobil besar keluarga sudah diparkir di halaman.

“Lin, kamu sudah siap?” tanya Arini.

Celin muncul dengan dress sederhana, rambut diikat rapi. “Sudah, Ma.”

Arka dan Aksa sudah ribut duluan di garasi, berebut kursi depan. “Aku yang nyetir!” teriak Arka.

“Nggak! Giliran aku!” bantah Aksa.

Papa Bagas hanya mendecak. “Kalian itu kembar tapi isinya rebutan terus.”

Cakra tertawa kecil di belakang. “Biar aku aja yang nyetir, Om. Biar mereka nggak ribut.”

“Setuju!” jawab Bagas cepat.

Arka dan Aksa langsung protes, tapi tak bisa melawan keputusan.

Perjalanan menuju rumah Oma dan Opa penuh dengan lagu keluarga yang dinyanyikan kompak. Celin duduk di kursi tengah bersama mamanya, akhirnya benar-benar bisa bermanja kepalanya bersandar di bahu Arini, senyum tenang menghiasi wajahnya.

“Enak juga ya, Ma. Aku nggak mau hari ini berakhir,” bisiknya.

Arini mengecup kening putrinya. “Tenang aja, Nak. Hari tenang akan selalu ada kalau kita saling bersama.”

---

Rumah Oma dan Opa

Rumah besar dengan halaman luas itu sudah menunggu mereka. Begitu mobil berhenti, Oma langsung keluar sambil melambaikan tangan. “Aduh, cucu-cucuku datang juga!”

Opa berdiri di sampingnya, tersenyum hangat. “Cepat masuk, sudah lama kami menunggu.”

Begitu masuk, suasana langsung meriah. Oma sudah menyiapkan kue tradisional favorit mereka sejak kecil. Arka dan Aksa langsung menyerbu meja makan, membuat Oma tertawa.

“Dasar, nggak pernah berubah. Kalian dari kecil sampai sekarang selalu paling ribut.”

Celin duduk di samping Oma, menggenggam tangannya. “Oma sehat kan?”

Oma mengangguk. “Lebih sehat sekarang lihat kamu tersenyum lagi. Dulu kamu selalu murung. Syukurlah semua sudah berakhir.”

Cakra duduk agak jauh, tapi matanya tak lepas dari Celin. Opa yang memperhatikan itu hanya tersenyum bijak, seakan mengerti.

Sore itu, halaman rumah dipenuhi suara tawa. Papa Bagas ngobrol serius dengan Opa tentang kebun, Arini membantu Oma di dapur, sementara Arka dan Aksa main bola kecil di halaman. Celin akhirnya bisa duduk santai di teras, menatap semua pemandangan itu dengan hati hangat.

Cakra mendekat, membawa segelas teh hangat. “Kamu kelihatan bahagia.”

Celin menoleh, tersenyum. “Iya. Ini yang selama ini aku rindukan. Kehangatan sederhana.”

Cakra ikut duduk, menatap langit sore. “Mungkin setelah semua badai lewat, inilah hadiahnya.”

Celin terdiam sejenak, lalu berkata lirih, “Aku bersyukur kamu ada di sini, Cakra.”

Pemuda itu hanya tersenyum tipis. “Dan aku akan selalu di sini.”

---

Malam pun tiba. Rumah Oma dan Opa semakin hangat dengan makan malam keluarga. Semua berkumpul, bercanda, bernyanyi, menceritakan kenangan lama. Hari itu menjadi hari yang tak terlupakan hari ketika keluarga Bagaskara benar-benar merasakan arti tenang.

Dan Celin, di tengah tawa semua orang, tahu bahwa untuk pertama kalinya sejak lama, ia tidak lagi merasa sendirian.

Bersambung…

1
Nana Niez
itu baru namanya cewek canggih,,, kerennnn,, aq sukaaaa
Nana Niez
ah othor bikin terharuuuu, 😭
nuraeinieni
celin anak manis
🔴≛⃝⃕|ℙ$ Fahira Eunxie💎
ceritanya seru banget, banyak pelajaran yang diambil, salah satunya belajar untuk saling menyayangi walaupun mereka saudara tak sedarah...
🔴≛⃝⃕|ℙ$ Fahira Eunxie💎
makasih banyak kak untuk ceritanya... semoga sukses selalu ya kak, ditunggu novel-novel terbarunya
Tiara Bella
bagus ceritanya Thor....belum tentu aku bisa bikin dan merangkai kata² ya kan
Dewiendahsetiowati
terima kasih untuk ceritanya dan ditunggu karya selanjutnya thor
Rohmi Yatun
makasih Thor.. ditunggu karya selanjutnya 🌹🌹👍
Sulfia Nuriawati
kalo semua wanita berhati spt arini g akan ada anak²yg d adopsi cm utk mancing anak, trus pny anak sendiri anak adopsi d terlantarkan atw d beda²kan dlm segala hal
Tiara Bella
nangis aku....hik...hik....
nuraeinieni
kasian celin
nuraeinieni
aduh mewek juga bacanya
nuraeinieni
aq mampir thor
Tiara Bella
gercep bngt Cakra hbs wisuda langsung lamar Celin..... mantap thor
Rohmi Yatun
cerita yang luar biasa🌹🌹🌹🌹 👍
Cindy
lanjut kak
Tiara Bella
degdegan bacanya tkt Celin sm Cakra ketangkep sm Victor....twnya si Victor malah kabur
Tiara Bella
lanjut Thor biasanya 2 bab
Tiara Bella
ceritanya bagus
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!