NovelToon NovelToon
Misteri 7 Sumur

Misteri 7 Sumur

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Rumahhantu / Mata Batin / Hantu
Popularitas:615
Nilai: 5
Nama Author: Artisapic

Setelah mendapatkan air sumur pertama, kedua, ketiga, keempat , kelima, dan keenam, tinggal ketujuh....konon di sumur inilah telah banyak yang hanya tinggal nama.....mengerikan !

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artisapic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB XIV PARA PENYAMUN

     Di dalam rumah itu seorang kakek sedang disuruh berjongkok, dan kepalanya ditempelkan di tanah. Sambil menghunus golok besar, si pemuda berewok itu menekan kepala kakek tadi sambil berkata.

    " Pokoknya nanti kamu harus setor hasil bumi separoh penghasilan, paham !" kata si berowok itu.

    " Iya tuan, nanti saya sampaikan kepada warga tuan, untuk menyetorkan hasil bumi," jawab kakek itu.

    Setelah berkata begitu, kakek tadi ditendangnya hingga mengerang kesakitan. Sementara itu beberpa orang berpakaian seperti gerombolan itu mengangkut barang-barang dari rumah kakek hingga semua hasil bumi milik kakek ludes dibawanya. Dalam keadaan kesakitan itu, kakek tadi merangkak untuk berusaha bangun, namun orang yang menendangnya tadi kembali menendang kembali, tetapi sebelum kakinya mengenai kakek tersebut, terlihat sebuah lemparan batu kecil mengenai kaki orang itu, membuat ia kesakitan dan dia akhirnya tumbang terjatuh di tanah.

    Sementara itu pasukan gerombolan tadi merasa terkejut atas tumbangnya pemimpin mereka, salah satu orang dari mereka mencari pelaku pelemparan tadi. Tetapi dia juga terkena lemparan yang lain, akhirnya ia juga terjatuh setelah kepalanya terkena batu. Melihat temannya jatuh, yang lain juga ikut menolong, dan pada saat pertolongan itu terdapat pula teman yang jatuh, mereka mencari si pelaku tapi tidak ditemukan. Sehingga mereka segera menghindar dari pelemparan batu tersebut.

    Setelah menghindar dari lemparan batu itu, mereka lalu menuju ujung jalan, dan menghilang di sana. Sementara itu Sabdo menghampiri kakek tadi dan memberi pertolongan kepadanya. Kundil kemudian keluar dari tempat persembunyian. Ia melangkah mendekati Sabdo dan kakek tadi.

    Banyak warga yang mendatangi tempat kakek tersebut, banyak di antara mereka yang membantu mengangkat kembali barang-barang milik kakek yang sudah diangkut oleh para gerombolan tadi. Begitu selesai menumpuk barang, oara warga memberi pertolongan kepada kakek dengan cara ada yang memberi telur ayam buat jamu, ada juga yang memberi param buat oles tubuh kakek yang lebam, juga ada yang sengaja membuat jamu dari bahan rempah-rempah.

    Setelah semuanya dapat diatasi, mereka berkumpul di depan rumah kakek.

    " Terima kasih ki sanak, berkat ki sanak, saya selamat dari siksaan mereka," kata kakek itu.

    " Siapa mereka kek, dan apa tujuannya,"kata Sabdo sambil bertanya.

    " Mereka itu gerombolan dari daerah seberang ki sanak, mereka selalu menjarah harta benda kami, dengan alasan bayar upeti," jelas kakek.

    Semua yang hadir disitu akhirnya merasa aman setelah kehadiran Sabdo dan Kundil. Tetapi pikiran mereka was-was karena bisa jadi akan terjadi penyerbuan mendadak.

" Jangan-jangan nanti banyak gerombolan itu akan datang kembali ke sini dan akan membawa gerombolan lain yang lebih banyak lagi ki sanak," kata salah seorang dari warga.

" Kalau memang itu terjadi maka kita harus bersatu supaya kita kuat dalam menghadapi gerombolan itu, dan juga kita harus bisa mengusir mereka dari tanah leluhur kita," sahut yang lain.

" Iya, kita harus jalin persatuan di antara kita, nanti bisa jadi seluruh daerah ini bersatu dan akan membuat tatanan kehidupan yang baru," tutur kakek.

Setelah mereka berunding di situ dan membahas kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi nanti. Belum juga mereka beristirahat secara nyaman dan damai, dari ujung jalan sana, terdengar suara gemuruh langkah kaki, Sabdo dan Kundil memerintahkan warga untuk segera mempersiapkan senjata, banyak di antara mereka yang sudah memegang anak panah dan gondewa nya, juga beberapa tombak yang siap menyambut gerombolan itu. Dalam beberapa saat, di kejauhan sana muncul orang-orang dengan pakaian yang serba compang camping. Sambil mengacungkan senjata mereka, gerombolan itu segera memasuki daerah tersebut, ada juga di antara mereka yang sengaja membakar beberapa rumah di ujung jalan itu.

Banyak rumah-rumah dari bambu yang sudah terbakar, api di sana sini berkobar dengan dahsyat, sementara gerobolan itu dengan suara yang lantang, mereka menyerbu pasukan warga kampung. Anak panah banyak yang melesat dan menerjang gerombolan itu, banyak dari mereka tumbang, namun gerombolan terus merangsak menuju rumah sang kakek.

Dan setelah sama-sama berhadapan, terjadilah pertempuran senjata. Sebagai seorang ksatria dan juga ahli dalam bela diri, Kundil menghunus pedangnya lalu melesat untuk menghalau gerombolan tersebut, membuat mereka terpecah, dan saat itu Sabdo bersama pasukan warga mulai masuk untuk mengadakan pertempuran. Suara senjata beradu, suara jeritan terdengar di sana sini, suara menderu dan mendesir gerakan pedang dan senjata lain yang saling beradu , menjadikan malam itu semakin mengerikan. Banyak pasukan atau mereka yang berjuang pada bertumbangan , mereka masih terus berperang. Sabdo dan Kundil dengan sekuat tenaganya mengayunkan senjatanya, setiap senjata itu terayun, tampak tiga atau empat dari gerombolan itu tumbang dan jatuh tak berkutik. Dalam keadaan itu, pasukan gerombolan mulai terdesak dan hanya beberapa orang saja yang masih berdiri. Melihat kondisi itu, Sabdo memerintahkan pasukan panah untuk melakukan tugasnya.

Begitu anak panah melesat, pasukan gerombolan itu satu per satu mereka tumbang, dan akhirnya semua dapat ditumpas juga. Banyak warga yang gugur sebagai pembela tanah lahirnya, mereka yang gugur itu segera dikebumikan, sementara malam itu, dari sisi lain muncul pasukan warga lain yang ikut mengubur mayat gerombolan tersebut. Akhirnya sebelum fajar menyingsing, kampung itu sudah bersih dari mayat-mayat bergelimpangan.

Sabdo dan Kundil mencari - cari kakek tadi, namun sayangnya kakek itu telah tewas pada saat sabetan golok musuh menebas lehernya, untuk itu Sabdo mengumpulkan warga, dan membahas untuk pemilihan ketua adat di kampung itu. Setelah terjadi beberapa syarat, maka terpilihlah Wiratsangka sebagai ketua adat. Dalam kesempatan itu, Wiratsangka sangat berterima kasih sekali kepada keduanya yakni Sabdo dan Kundil. Sebagai ucapan terima kasihnya, maka di pagi harinya diadakan pesta makan bersama. Saat itu banyak warga yang menyiapkan makanan dari hasil bumi.

Dalam acara pesta itu, Kundil memberikan pandangan dirinya atas daerah itu yang nantinya akan dibuatkan sumber mata air. Sebagai seorang pemimpin, Wiratsangka berhak untuk mensejetahterakan rakyatnya, awal yang perlu dibangun asalah sumber air. Untuk itu nanti akan dipilih tanah atau tempat untuk pembuatan sumur. Bersama warga kampung itu, Sabdo dan Kundil mulai mencari sumber airnya Namun sudah banyak tempat tapi tidak ditemukan sama sekali. Sehingga pencarian sumber air dihentikan malam itu.

Tetapi, setelah mereka kembali ke rumah masing-masing, dari sudut jalan sebalah sana terdengar orang minta tolong.

" Tolong...tolong...rumah saya ada yang membantai keluarga...tolong..tolong," teriak orang itu minta tolong.

" Ada apa ki sanak, kenapa keluarganya ?" tanya Sabdo.

" Tolong ki sanak, istri dan anak saya meninggal, kondisinya kayak tercabik-cabik ki sanak," kata orang itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!