Habis kontrak pernikahan dengan Tuan Muda Alfred, Nona Ariel menghilang bagai ditelan bumi tanpa meninggalkan pesan apapun.
Hubungan yang awalnya dianggap hanya sebatas perjanjian nyatanya lebih dari itu. Alfred mulai merasa ada yang hilang dari dirinya padahal dia sudah mendapatkan kembali apa yang menjadi tujuannya termasuk sang cinta pertama, Milea.
'Nona Ariel, dialah yang membawa separuh hidup tuan muda',
Tapi wanita itu menghilang tanpa jejak.
Hingga beberapa tahun kemudian, takdir membawa Alfred bertemu kembali dengan Ariel, tapi sudah ada laki-laki lain yang mengisi hati wanita itu.
Apa Alfred terlambat?
Note : Sangat disarankan untuk membaca (Perjanjian Dengan Tuan Muda) terlebih dahulu, karena ini sekuel dari cerita tersebut ✌🏻🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35. Menjemput Ariel
"Tidak masalah, tuan Marion, nyonya Julie. Seharusnya Anda tidak perlu merasa sangat bersalah seperti ini. Lupakan kejadian kemarin mungkin kita memang belum berjodoh untuk menjadi keluarga."
Baik Julie, Marion, bahkan Marissa, sedikit terkejut dengan ucapan Sinclair.
"Tidak berjodoh untuk menjadi keluarga! Maksud Anda apa, tuan? Apa perjodohan ini tidak diteruskan?" tanya Julie dengan perasaan was-was.
Sinclair menghela nafas berat, "Saya menangkap, nak Jonas sepertinya belum siap untuk menikah," kini Sinclair melirik Jonas, "Benar bukan, nak Jonas?"
Jonas tersenyum dalam hati. Dia belum mengatakan apapun, tapi Sinclair sudah mendahului, ini sungguh kebetulan yang memudahkan urusannya.
"Ya tuan Sinclair. Mohon maafkan saya," sahut Jonas pura-pura sedih dan merasa bersalah, padahal hatinya gembira ria, karena dia akan kembali mengejar cinta Kakak Iparnya.
"Tidak perlu merasa bersalah nak. Tidak apa-apa. Putri saya pun sepertinya belum siap untuk menikah."
"Belum siap! Apa maksudnya ini, pa?" Marissa menyambar.
"Perjodohan Rachel dan Jonas dibatalkan."
Apa! Dibatalkan......
Jelas saja Marissa murka, "Tidak bisa seperti ini pa. Perjodohan ini akan tetep terjadi," paksanya.
"No, Marissa, aku sudah mengambil keputusan ini, Rachel tidak akan menikah dalam waktu dekat."
Sial! Anak benalu itu pasti sudah membodohi Sinclair. Rachel kamu tunggu tindakanku berikutnya.....
Julie terhempas, pupus sudah harapannya, baru saja dia ingin mengatakan, jika Justin yang akan menggantikan Jonas. Tapi kata-kata itu tidak akan pernah bisa keluar karena Sinclair sendiri sudah membuat keputusan mutlak.
"Terima kasih, tuan. Anda sudah mau mengerti, saya," sahut Jonas.
"Semoga kamu menemukan jodoh yang terbaik."
....
Keluarga Smith pulang dengan tangan kosong. Julie, dia yang paling tidak terima akan keputusan pembatalan ini, sepanjang jalan menuju pulang wanita ini memaki-maki anaknya dia juga protes pada Marion yang sama sekali tidak mengatakan apapun untuk tetap mempertahankan perjodohan.
"Sudah ma, apa mama tidak dengar apa yang tadi dikatakan Tuan Sinclair! gadis itu tidak siap untuk menikah jadi sekalipun mama menawarkan Justin, dia tetap tidak akan menerimanya."
"Apa yang dikatakan Jonas ada benarnya ma, sekarang lupakan soal perjodohan itu kita tidak boleh memaksa karena anak kita sendiri pun tidak menginginkannya."
Sial... Kenapa akhirnya jadi begini.... Umpat Julie dalam hatinya.
.....
Ditempat lain, para Staf yang bertugas dibalik arahan Arthur sudah merampungkan pekerjaannya. Tempat Konferensi pers sudah sembilan puluh persen siap, tinggal menunggu sang mpuhnya saja.
Beberapa wartawan dari berbagai media pun sudah mendapat kabar. Tanpa pikir panjang mereka berbondong-bondong mendatangi lokasi.
Ini akan menjadi berita heboh. Video yang membuat gaduh itu akan segera terurai, sosok wanita yang Alfred cium akan segera terungkap identitasnya.
.....
Marissa murka bukan main, sumpah serapah, umpatan bahkan kutukan dia kumandang diiringi dengan otot-otot yang menonjol di tangan dan lehernya. Ariel harus menikah, harus enyah dari keluarganya.
Apa yang harus aku lakukan? Anak itu akan tetap jadi benalu jika tetep dibiarkan. Micella pun tidak akan pernah bisa menikah dengan Ray.
"Nyonya, ada tamu," ucap Pelayan ragu-ragu, dia takut melihat Marissa yang marah-marah sendiri.
"Siapa?"
"Tuan Muda Smith."
Tuan Muda Smith....
Marissa memicing... Untuk apa? Bukankah baru saja dia pergi dari sini setelah membatalkan perjodohan.....
"Usir dia!" Marissa yang terlanjur muak tidak lagi menerima putra dari Keluarga Smith.
Pelayan menunduk, dia tidak berani melakukan apa yang Marissa perintahkan.
"Kenapa kamu masih di sini? Cepat! Usir orang itu! Saya tidak mau melihatnya memasuki rumah ini!"
"Tapi nyonya....."
"Tidak ada tapi-tapian, apa kamu mau saya pecat?"
"Tidak nyonya... jangan."
"Ada apa ini ma?"
Melihat Sinclair datang, pelayan langsung menghampirinya, "Tuan besar, Tuan Muda Smith ada di luar."
Sinclair pun sama terkejutnya, "Jonas?"
"Bukan Tuan, Tuan Alfred."
Alfred....
Marissa langsung merespon, dia salah menduga, "Untuk apa dia datang?"
"Ingin bertemu Nona Rachel."
Marissa dan Marion saling pandang, dua orang itu tidak saling mengenal apalagi memiliki hubungan seperti pertemanan, kenapa tiba-tiba sekali Alfred datang dan ingin menemui anaknya.
"Persilahkan dia masuk, saya akan menemuinya," ucap Sinclair.
"Baik taun."
Alfred yang terpaksa menunggu di luar terlihat sangat kesal, biasanya dia disambut dengan antusias saat mengunjungi siapapun. Tapi ini....dia layaknya sandal yang harus disimpan di luar rumah, menunggu pemilik mengizinkannya masuk.
"Tuan, Anda dipersilakan masuk." Ucap pelayan dengan ramah, seraya membuka pintu dengan lebar, "Silahkan duduk tuan, sebentar lagi Tuan Sinclair akan turun."
Sinclair.... Jelas Alfred protes, dia datang bukan untuk menemui orang tua itu.
"Apa saya mengatakan ingin bertemu dengan tuanmu?"
"Maafkan saya tuan, tapi siapapun yang ingin bertemu dengan Nona, harus bertemu dengan Tuan atau Nyonya Sinclair terlebih dahulu."
Inilah peraturannya Tuan Muda, tidak bisa sembarangan menemui anak gadis orang.
Huh... merepotkan sekali seharusnya aku bisa langsung memasuki kamarnya saja, 'kan! Decak Alfred dalam hatinya.
....
"Untuk apa Anda ingin bertemu dengan, Rachel? kalian tidak saling mengenal bukan?"
Untuk membawa wanitanya, Alfred harus meluluhkan hati Orang Tuanya terlebih dahulu.
Alfred juga harus baik-baik dengan Ayah Mertuanya itu.
Tapi perangainya yang dingin justru dia terlihat seperti sedang menentang Sinclair, lebih-lebih saat Alfred melihat Marissa, dia seperti ingin mencabik-cabik wanita itu.
"Selamat pagi, tuan Sinclair nyonya Marissa. Saya tidak mempunyai waktu untuk basa-basi lebih jauh. Intinya saja, saya ingin bertemu dengan Putri Anda, tidak! Lebih tepatnya membawanya pergi."
Membawanya pergi..... Blak-blakan sekali Tuan Muda satu ini!
Orang Tuan mana yang tidak terkejut, ada laki-laki asing datang dan mengatakan ingin membawa pergi anak gadisnya....
Untung saja dia Tuan Muda terpandang, jika tidak! Mungkin Alfred sudah ditendang.
"Tuan muda Smith, Anda mengenal putri saya?"
"Bukan hanya sekedar mengenal, tapi lebih dari itu. Bagaimana? Apa Anda yang memanggilnya atau saya yang langsung menjemputnya di kamar?"
Sinclair terbelalak....
"Tidak perlu terkejut seperti ini tuan! Anda memang ayahnya, tapi Anda terlalu sibuk dengan Istri dan ke-dua putri yang lainnya, jadi Anda tidak mengetahui semua tentang wanita yang bernama Rachel itu. Bahkan saat malaikat maut mengintainya, Anda mengabaikan itu."
DEG!
Sinclair terpaku....
Ucap Alfred menggambarkan, jika dia ayah yang tidak peduli dan mengenal lebih dalam anaknya.
Marissa, dia sama terpaku. Tapi kecemasan lebih mendominasi. Alfred mengenal Rachel sebelum ini. Ada hubungan apa antara mereka berdua.
"Ais...saya sudah terlalu lama disini," ucap Alfred saat melirik jam tangannya, "Saya harus segera membawanya. Permisi tuan."
Tanpa malu, kalau itu bukan rumahnya. Alfred berlalu melewati Sinclair dan dengan santainya dia menaiki lantai atas.
"Tunggu! Apa yang kau lakukan! Ini rumah saya!" pekik Marissa, ingin berlari mengejar Alfred. Tapi Sinclair menghalanginya, "Biarkan ma, aku ingin tahu ada apa sebenarnya."
Saat didepan pintu kamar Ariel, dada Alfred berdebar hebat. Padahal tadi dia biasa-biasa saja, kenapa tiba-tiba gugup.
*Apa aku harus mengetuk pintunya, atau langsung masuk saja*? Tanyanya dalam hati....
"Aaah...aku ini suaminya, untuk apa harus mengetuk pintu segala!" Alfred yang selalu bertindak sesuka hati, memegang gagang pintu dan mendorong tanpa permisi.