NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM ISTRI YANG DIBUNUH SUAMI

BALAS DENDAM ISTRI YANG DIBUNUH SUAMI

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Balas Dendam / Romansa / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Khusus Game

PERINGATAN!!!! SELURUH ISI CERITA NOVEL INI HANYA FIKTIF DAN TIDAK RAMAH ANAK ANAK. PERINGATAN KERAS, SEMUA ADEGAN TAK BOLEH DITIRU APAPUN ALASANNYA.

Setelah membantu suaminya dalam perang saudara, dan mengotori tangannya dengan darah dari saudara-saudara suaminya, Fiona di bunuh oleh suaminya sendiri, dengan alasan sudah tak dibutuhkan. Fiona bangkit kembali, ke lima tahun sebelum kejadian itu, dengan tekad kuat untuk membalas Dendam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 4

Fiona memandang tajam ke arah Leo.

"Pangeran, sebelum kau meminum ramuan ini, ada satu hal lagi yang harus kau lakukan," katanya, suaranya terdengar lembut namun penuh dengan desakan.

Fiona melangkah maju, meletakkan selembar perkamen dan pulpen di pangkuan Leo.

"Aku ingin kau menulis sebuah surat untuk kakakmu, Pangeran Vergil. Katakan padanya bahwa kau memiliki masalah dan kau ingin meminta bantuannya, dia sangat menyukai ketika kau meminta tolong padanya. Dan satu hal lagi, pastikan kau mengakhiri surat itu dengan menyertakan nama Felix."

Leo mengerutkan keningnya, kebingungan terpancar jelas dari raut wajah polosnya.

"Tapi, untuk apa aku menyertakan nama Kakak Felix juga?" tanyanya, suaranya dipenuhi rasa ingin tahu yang murni.

Fiona membelai pipi Leo dengan lembut, senyumnya begitu tulus dan manis, seperti senyum seorang kakak yang penuh kasih sayang.

"Tentu saja, kau tahu kan kalau kakakmu, Felix, sangat pencemburu," jawabnya sambil mencondongkan tubuhnya, berbisik seolah-olah itu adalah rahasia terbesar di dunia. "Tapi kau harus menuliskannya di akhir kalimat, agar terkesan kalau kau dan dia sangat dekat."

Leo mengangguk mengerti, perlahan ia menulis surat itu, lalu melipatnya dengan rapi.

Setelah itu, dengan tangan gemetar, ia menenggak habis seluruh isi botol yang diberikan Fiona.

"Bagaimana perasaanmu?" bisik Fiona, senyumnya tak pernah pudar, sementara matanya mengamati setiap perubahan kecil pada Leo.

Seketika, tubuh Leo mulai kejang, napasnya tersengal-sengal, matanya membelalak.

Ia mencoba berteriak tetapi hanya suara serak yang keluar dari bibirnya.

Di tengah-tengah penderitaannya, Leo menjatuhkan perkamen dan pulpennya, dan tangannya mengejang.

Fiona dengan sigap mengambil surat itu, ekspresi manisnya menghilang dan digantikan oleh tatapan dingin dan tanpa belas kasihan.

Tanpa membuang waktu, Fiona berbalik dan berjalan cepat meninggalkan paviliun itu.

Di belakangnya, Pangeran Leo, yang malang dan tak bersalah, tergeletak tak bernyawa.

Fiona tiba di paviliun Vergil yang remang-remang, di mana Vergil sedang duduk di singgasana batu obsidiannya, menunggunya.

"Sudah selesai, Nona?" Vergil bertanya, suaranya tenang, seolah dia sudah tahu segalanya.

"Tentu," jawab Fiona, sambil melemparkan surat yang ditulis Leo ke arah Vergil. "Tinggal menunggu beritanya."

Vergil tidak bertanya lebih lanjut, dia hanya membuka surat itu, matanya menyapu kata-kata di atas perkamen, lalu mengalihkan tatapannya ke arah Fiona.

Sebuah seringai sinis terukir di bibirnya.

"Cerdas sekali," gumamnya, suaranya dipenuhi kekaguman yang tersembunyi.

Fiona berjalan mendekati Vergil, langkahnya penuh keyakinan.

"Tepati janjimu, Vergil," tuntut Fiona, suaranya tegas tanpa keraguan. "Aku ingin kastil milik Leo."

Vergil menyilangkan kakinya, ekspresi santainya sama sekali tidak terpengaruh oleh nada suara Fiona yang mengancam.

"Aku akan bicara pada ayah," jawab Vergil, matanya menatap dalam ke mata Fiona, seolah ingin melihat apakah ada keraguan dalam dirinya. "Setelah drama yang akan kita mulai ini."

Sesaat kemudian, berita besar menyebar di seluruh istana. Kabar kematian Pangeran Leo diracuni terdengar di setiap sudut koridor, menciptakan kepanikan yang luar biasa, dengan semua orang bergegas mencari tahu siapa pelakunya.

Di tengah kekacauan itu, Fiona bersandar di salah satu pilar besar dengan kedua tangan terlipat di dada, sebuah senyum tipis terukir di wajahnya.

Sementara itu, Vergil yang berada di sisinya hanya menatap Fiona dengan tatapan penuh kekaguman, matanya dipenuhi oleh rasa ingin tahu yang dalam, seolah dia sedang menyaksikan sebuah pertunjukan yang luar biasa.

Di dalam kamarnya yang luas, Pangeran Felix duduk di sofa beludru, kakinya disilangkan dengan angkuh. Ia tersenyum puas, memutar gelas anggur di tangannya.

'Dasar Leo bodoh, seharusnya dia mendengarkan aku sejak awal,' pikirnya, tanpa menyadari apa yang telah Fiona lakukan.

Senyumnya semakin lebar ketika dia membayangkan bagaimana dia akan menyingkirkan Leo dari garis pewaris takhta, tanpa harus mengotori tangannya sendiri.

Suara genderang yang bergemuruh secara tiba-tiba memenuhi seluruh istana, mengumpulkan seluruh pangeran, putri, dan para bangsawan di aula utama.

Raja Alex, yang berwajah kaku dan dingin, duduk di singgasananya, memancarkan aura kekuasaan yang kejam.

"Aku mengumpulkan kalian semua di sini bukan untuk merayakan," suara sang raja terdengar begitu dalam dan berat, memenuhi seluruh ruangan yang sunyi, "Tetapi untuk mencari tahu siapa yang berani menentangku dengan membunuh Pangeran Leo."

Saat keheningan yang menakutkan menyelimuti seluruh aula, Pangeran Vergil maju selangkah.

"Ayahanda," katanya, suaranya terdengar begitu tenang dan jelas di tengah keheningan. "Hamba sedang berlari menuju tempat Pangeran Leo saat seorang pelayan membawakan surat ini, dan sebelum hamba tiba, Pangeran Leo sudah meninggal."

Sambil berbicara, ia mengangkat selembar perkamen yang lusuh, memperlihatkan kepada semua orang yang ada di sana.

Raja Alex mengambil surat itu dari tangan Vergil, matanya menyapu kata-kata yang tertera di atas perkamen tersebut.

Isi surat itu adalah permohonan Pangeran Leo kepada Pangeran Vergil untuk meminta bantuan karena merasa terancam oleh Pangeran Felix.

Seketika, mata Pangeran Felix membelalak, ia tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya saat Raja membacakan isi surat itu dengan suara yang nyaring.

"Ayah! Surat itu palsu, hamba tidak mungkin menyakiti adik hamba sendiri!" teriaknya, suaranya bergetar penuh kepanikan.

"Surat ini adalah tulisan tangan Pangeran Leo, aku mengenali goresan tangannya!" balas Raja Alex, suaranya begitu dingin dan kejam.

Sekejap, keheningan di aula utama itu pecah, digantikan oleh bisikan-bisikan dan keributan, dengan tatapan-tatapan penuh kecurigaan yang kini tertuju pada Pangeran Felix.

Di tengah keributan yang semakin memanas itu, Felix melihat Fiona yang berada di tengah kerumunan, berdiri dengan tenang dengan kedua tangan bersilang di dadanya.

Fiona melihat ke arah Felix, sebuah senyum licik terukir di bibirnya.

'Itu kau,' pikir Felix, matanya membelalak, menyadari kebenaran yang kejam itu.

Dengan napas yang memburu, Pangeran Felix mencabut pedangnya, matanya dipenuhi amarah yang membara. Ia berjalan cepat, mengacungkan pedangnya ke arah Fiona.

Namun, sebelum pedangnya mengenai tubuh Fiona, Pangeran Vergil maju dan menangkis pedang Felix dengan pedangnya sendiri.

"Setelah membunuh adikmu, apa kau juga akan membunuh tunanganmu, Pangeran Felix?" tanya Vergil, suaranya terdengar begitu dingin dan menantang, mengisyaratkan kebohongan yang keji.

Tatapan Fiona tetap datar, sementara kedua tangannya masih bersilang di dadanya, seolah-olah ia tidak terpengaruh oleh ancaman Felix.

"Sialan kau, Vergil," maki Felix, amarahnya semakin memuncak. "Kau bekerja sama dengan Fiona, kalian menjebakku!"

Vergil hanya membalasnya dengan tatapan merendahkan. "Bukti mengarah padamu, bajingan. Hentikan omong kosongmu itu."

Raja Alex tanpa ragu mencabut posisi putra mahkota dari Felix, membuat semua pangeran lainnya tersenyum penuh kemenangan dan gembira.

"Felix, mulai saat ini, kau tidak lagi pantas menyandang gelar sebagai putra mahkota," suara sang raja terdengar begitu kejam, bergema di seluruh aula.

Vergil mendekati Felix, yang kini terkejut dan putus asa.

"Kau sudah tak memiliki perlindungan, Felix," bisik Vergil dengan nada mengancam, matanya menyala-nyala. "Mulai sekarang, persiapkan dirimu."

Setelah itu, semua orang bubar, kecuali Felix yang sedang dicengkeram Vergil, dan Fiona yang ada di belakang Vergil.

Fiona berjalan menghampiri Felix dengan senyum licik di wajahnya.

"Kau beruntung, Felix, hukumanmu tidak lebih buruk daripada pencopotan gelarmu," kata Fiona, suaranya dipenuhi nada mengejek. "Karena jika tidak, mungkin kau akan dihukum mati."

Vergil menambahkan, "Dicopotnya posisi putra mahkota darinya juga merupakan bahasa halus dari hukuman mati untuknya."

Sambil menoleh ke arah Fiona dengan seringai tipis di wajahnya.

"Karena mulai sekarang, kau akan kuburu sampai mati, bajingan!"

Setelah mengatakan hal itu, Vergil melepaskan cengkeramannya, dan mereka berdua pergi dari sana bersama-sama, meninggalkan Felix yang terkejut.

1
Cha Sumuk
kurang menarik krna mc ceweknya lemah,, biasa' nya klo setelah kelahiran jd kuat tp ini mlh lemah hemmm
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!