NovelToon NovelToon
DOKTER GALAK!

DOKTER GALAK!

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Dokter / Tamat
Popularitas:5.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: auzuzah

Nadin sangat mencintai Andrian. Seorang Dokter tampan yang memiliki sejuta pesona. Namun, ia juga tahu. Bahwa Andrian adalah seorang duda beranak satu.

— Adult 18+

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon auzuzah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

epilogue

Senandung cinta Nadin nyanyikan secara pelan. Ia memejamkan matanya menikmati semilir angin yang sudah lama tak ia rasakan di kota ini, rasanya begitu damai dan tentram. Membuat pikirannya yang sedang rumit menyiapkan kejutan untuk sang suami, menjadi rilex seketika. Tangannya ingin sekali menggapai ponsel lalu berkata

“Mas! Nadin udah pulang. Jemput Nadin sekarang. Nadin benar-benar merindukan mas. ”

Namun jika ia seperti itu. Kejutannya akan gagal. Nadin ingin mengejutkan suami tercintanya di kamar mereka, ia sudah menyiapkan kue ulang tahun yang ia buat setelah rehat beberapa jam sampai disini. Dan kue ulang tahun itupun sudah jadi. Nadin begitu senang memandangi kue ulang tahun yang ada di genggaman kedua tangannya, ia melirik jam menunjukk an pukul lima sore. Jarak apartmen Andrian dan rumah yang Andrian beli sehabis setelah mereka menikah, hanya membutuhkan waktu satu jam saja. Memudahkan Nadin untuk sampai segera pada tujuan.

Wish me luck.

Nadin merapalkan doa di dalam hatinya. Ia sungguh berharap bahwa kejutan kecil yang ia buat ini, dapat disenangi dan disambut meriah oleh pelukan sang suami. Mereka sudah LDR selama tiga tahun, dan Nadin sudah tidak kuat lagi untuk melanjutkan nya. Padahal sisa empat semester lagi. Namun, Nadin sudah berpikir matang-matang, ia akan bertemu dan tinggal dengan suaminya.

Tak terasa, Nadin sudah menginjakkan kakinya di depan pagar rumah ber cat hitam glossy yang menjulang tinggi. Ia melirik penjaga yang berjaga disekitar rumah. Tanpa harus izin terlebih dahulu, satpam itu segera hormat pada dirinya. Namun sebelum Nadin masuk, ia memberikan sapaan sekilas pada satpam.

Setelah pijakkan kakinya menapak pada lantai beton halaman rumahnya. Nadin langsung saja berlari menaiki tangga untuk mencapai pintu belakang rumah, tidak memungkinkan untuknya masuk lewat pintu depan, pasti itu akan membuat para ART dirumahnya menjadi heboh. Segera Nadin seret langkahnya masuk, menuju ruang belakang. Yang di dominasi oleh kaca. Kedua tangannya masih menggenggam erat box kue yang tertutup.

“Akhirnya bisa pulang. Mas Andrian, Nadin datang!! ” pekik Nadin dalam batinnya. Lampu sudah menyala dengan intens di malam yang mulai saja tiba. Nadin meletakkan box kue itu, setelah berhasil untuk masuk ke dalam kamarnya bersama Andrian.

Sepi.

Hanya satu kata yang menggambarkan suasana kamar ini. Biasanya kalau Andrian belum pulang di jam-jam enam sore gini, artinya Andrian akan ada shift tambahan sampai jam sembilan nanti. Nadin tahu, karena komunikasi mereka memang sangat lancar. Jadi memungkinkan satu sama lain, untuk saling memberikan infromasi tentang kegiatan yang sedang berjalan.

Nadin tutup pintu kembali, lalu mulai menutup semua hordeng yang terbuka. Ketika sudah mendapati privasi benar-benar aman. Nadin lari kedalam ruangan khusus ganti baju, ia melepaskan atribut yang ada di badannya, dengan begitu santai.

Tetap ingin terlihat cantik di depan sang suami, Nadin memilah milih pakaian secara serius. Tangannya mengambil pouch make up miliknya selama di New York, dan Nadin pun mulai memoleskan makeup tipis dengan gayanya yang terlihat professional.

“Selesai!! ” Nadin terlonjak senang. Tubuhnya berdiri bangun, untuk berkaca. Bibirnya mengerucut sebal, saat matanya jatuh menatap kedua buah miliknya yang ada dibalik tanktop yang ia kenakan.

“Kecil banget sih, iih kalo mas Andrian engga srek liat dada Nadin gimana. Kamu tuh tumbuh dengan baik dong. ” rengek Nadin menangkup kedua *********** di depan kaca besar, yang menempel pada lemari dari sudut ke sudut.

Bibirnya mencebik sebal. Kedua tangannya meremas ujung tanktop yang ia kenakan, lalu ia tarik ke atas. Memperlihatkan bagian tubuhnya hingga atas dada, Nadin menggigit bibirnya menimang-nimang ukuran standar perempuan dengan ukuran dadanya. Seperkian detik kemudian, Nadin memiringkan tubuhnya. Lalu ia bungkuk kan tubuhnya sedikit, berusaha menilai ukuran bokongnya juga.

“Kalau mas Andrian engga suka gimana..”

Cicit Nadin memperketat hotpants, yang ia kenakan dengan kedua tangannya, sekilas. Nadin menggigit jari telunjuknya bingung, ia tampak sedang khawatir sekarang. Terlalu larut dalam lamunan pikirannya yang berkecamuk, Nadin melupakan bahwa tanktop yang ia kenakan masih terangkat, memperlihatkan permukaan kulit nya yang putih mulus.

“Pakai busa aja kali ya? ” tanya Nadin polos kepada dirinya sendiri. Matanya melirik beberapa laci yang terbuka, menampakkan beberapa busa yang sebenarnya berupa bantalan kecil penghias isi laci.

“Iihh engga jadi. Nanti kan kalo dibuka, busa nya bakalan ketauan. ” Nadin langsung menggeleng cepat, merutuki dirinya yang sudah berpikir bodoh.

“Apanya yang dibuka? ”

Tubuh Nadin menegang. Jari tangannya yang tadi berada di bibir kini mulai turun dengan perlahan. Wajahnya menoleh langsung ke asal suara, matanya membulat melihat orang yang ia tunggu-tunggu kini berdiri di ambang pintu dengan pakaian casual. Denim belel selutut dan kaos oblong berwarna hitam. Membuat kesan tampan semakin melekat pada diri Andrian.

“K-kok mas bisa ada disini sih? ” tanya Nadin menghampiri Andrian sambil meringis pelan. Berarti kejutannya untuk Andrian gagal dong. Kalau Andrian saja sudah melihatnya disini.

“Ini kan kamar mas juga Nadin. Kamu benerin baju dulu. Itu mu bikin mas on terus sih. ” gerutu Andrian di akhir kalimat dengan pelan. Nadin hanya tersenyum canggung. Namun, seperkian detik kemudian sudut bibirnya berkedut berupa cengiran, dengan cepat ia turunkan tanktopnya kembali.

Andrian usap punggung Nadin, saat istrinya itu memeluknya. Ia mengecup pucuk kepala Nadin berkali-kali. Andrian berusaha mengalihkan nafsunya yang sedang di ambang puncak. Adik kecilnya di bawah sana sudah mulai sesak, apalagi saat setelah matanya menangkap pergerakan Nadin sedari awal gadis itu menangkup dua buah milik nya, sampai gadis itu menghampirinya dengan tanktop yang tersingkap.

“Mas ko diem aja sih. Mas engga kangen ya sama Nadin? ” tanya Nadin mendongakkan wajahnya menatap Andrian yang jauh lebih tinggi daripada dirinya.

“Kangennya mas engga bisa diukur sama kata-kata sayang... ” balas Andrian berbisik sambil menundukkan wajahnya. Ia menjatuhkan kecupan, pada pipi Nadin yang bersemu merah.

“Uuhh mas gomball! ” rengek Nadin menahan senyumnya yang ingin sekali muncul. Andrian terkekeh gemas, ia kembali memberikan kecupan-kecupan kecil pada pipi Nadin. Namun semakin merembet hingga telinga gadis itu. Nadin mengalungkan kedua tangannya pada leher Andrian.

Sedangkan Andrian merengkuh pinggang Nadin dengan satu tangan nya, ia mengangkat Nadin sekilas, sehingga masing-masing kaki Nadin berada di atas kakinya. Nadin menggelinjang geli, saat kecupan Andrian semakin intens saja.

“Mas...” sisi kepala Nadin terkulai lemas pada sisi kepala Andrian yang tenggelam di lehernya.

“Hmmm.” Andrian masih sibuk dengan kegiatannya menciumi leher Nadin. Ia mengangkat Nadin dalam gendongannya, sambil terus memberikan Nadin sentuhan-sentuhan lembut yang memabukkan.

Nadin memekik pelan, saat si kecil di dadanya dicubit oleh jempol dan jari telunjuk Andrian secara tiba-tiba.

“Akh.” Nadin mengerang refleks, dengan mata yang menatap tajam Andrian.

Namun Andrian membalas tatapan nya tak kalah tajam, tak memperdulikan ringisan Nadin, saat bagian dadanya mulai nyeri karena diremas kasar oleh telapak tangan Andrian yang sudah berada dibalik tanktop miliknya.

“Mas jangan... ” Nadin berbisik lirih ditengah-tengah gairah yang mulai memasuki. “Kue nya dimakan dulu, buat ulang tahun mas. ” cicit Nadin berupa rengekan manja. Andrian menghela nafas, sambil menggeleng.

Diturunkannya Nadin di atas ranjang dengan dirinya yang berada di atasnya. Kedua tangan Andrian menahan dirinya di masing-masing sisi kepala Nadin. Agar tak sepenuhnya menimpa istri mungilnya.

“Kamu dulu yang mas makan. Baru mas makan kue nya sama kamu. ” bisik Andrian ditengah-tengah jilatannya pada telinga Nadin. Nadin tak bisa menolak, karena bibirnya yang dibungkam oleh jari telunjuk Andrian yang masuk pada rongga mulutnya. Nalurinya bekerja, untuk memainkan jari Andrian layaknya eskrim.

Andrian tak banyak berbicara, ia mulai bereaksi menjalankan kegiatan mereka yang sempat tertunda selama tiga tahun.

Sudut bibirnya bekedut, mendengar ocehan Nadin yang terus saja meluncur.

Andrian memasukkan miliknya dengan sangat lembut ke dalam inti Nadin. Nadin menjerit kesakitan dengan tangannya yang mencakar punggung Andrian.

Istrinya sudah bukan lagi seorang gadis, namun ia sudah menjadi seorang wanita yang menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. Suara-suara puncaknya terus saja bersaut-sautan. Punggung Andrian tercakar disaat miliknya berhasil menembus milik Nadin.

Menit demi menit mereka lalui. Nadin mencengkram erat seprai dikedua sisinya dengan posisi tengkurap. Andrian masih sangat semangat mengajarkan istrinya dengan berbagai macam gaya percintaan.

Nadin terus saja mengeluarkan suara-suara yang masih asing dalam dirinya. Mereka terlarut dalam puncaknya kenikmatan. Hingga Nadin terhempas lelah di atas tubuh Andrian. Andrian mengusap punggung Nadin yang berkeringat.

Ia tersenyum lembut dengan kebahagiaan yang membuncah dalam pada hatinya. Matanya melirik jam dinding yang terdapat di tengah-tengah ruang kamarnya. Bibirnya membisikkan jutaan kata-kata cinta ditelinga Nadin sambil kembali melancarkan aksinya. Hingga Badannya harus kembali di gagahi Andrian yang tak kenal lelah. Tangannya mencengkram kedua pundak Andrian yang naik-turun dengan begitu cepat.

Hingga akhirnya Andrian membawa Nadin ke dalam pelukannya. Ia mengusap peluh pada pelipis Nadin yang berkeringat.

Nadin mengangkat wajahnya menatap Andrian yang juga menatap matanya. Mata keduanya saling berpandang-pandangan. Tanpa instruksi apapun, seolah keduanya peka terhadap waktu yang sudah mereka lalui. Nadin dan Andrian melirik jam yang bertengger manis pada dinding ruangan.

Menunjukkan pukul.

00:30

“Happy birthday mas Andrian. My lovely husband. My beloved huband. ”

Ucap Nadin mengusap lembut rahang Andrian. Andrian tersenyum senang, dirinya sungguh bahagia menatap wajah sang istri yang sangat ia rindukan. Tangannya menyelipkan helaian rambut Nadin yang menutupi kecantikan wajah istrinya.

“Kamu adalah kado terindah mas sayang. ”

Andrian memeluk erat Nadin, ia menarik selimut untuk menutupi tubuh keduanya. Bibirnya bersenandung pelan, menyanyikan lagu tidur yang biasanya ia gunakan untuk Azka agar tertidur. Namun kali ini Andrian menggunakan nya untuk sang istri tercinta.

Nadin berhasil tertidur pulas, ber bantalan lengan kekar Andrian. Bibir istrinya itu kian bergumam ringan di tengah-tengah pulas nya tidur.

“Emhh mas Andrian. ”

“I wuf you. ”

Gumaman-gumaman kecil Nadin terdengar manis ditelinga Andrian.“I love you to sayang. ” bisik Andrian mengecup dahi Nadin dalam.

...•••••••...

Hari demi hari telah mereka lalui. Tak terasa sudah sebulan lamanya Nadin resmi menjadi ibu rumah tangga yang mengurus suami dan anaknya.

Banyak kegiatan bersama yang selalu mereka lakukan. Tak ada habisnya Nadin dibuat tertawa dengan tingkah lucu Azka yang selalu saja menghiburnya.

Ketika Andrian bekerja dari pagi hingga sore, ataupun sore hingga malam. Disaat-saat itulah hubungan Nadin bersama gadis mungil yang usianya kini genap delapan tahun itu, semakin akrab saja.

Ketika Azka pergi bimbel di sore hari, disaat itulah Nadin mengunjungi rumah sakit Andrian dengan membawakannya bekal. Andrian memang selalu memberikan Nadin perintah untuk membawakannya bekal. Karena kata suaminya itu, rasa masakan yang ia buat tak ada tandingannya.

Andrian memang selalu membuat dirinya terbang jauh ke langit angkasa.

Ketika pagi buta menjelang Andrian selalu saja membangunkan dirinya untuk memberikan hujaman-hujaman intens dalam dirinya. Lalu disaat pagi memang sudah tiba, Andrian selalu menyempatkan waktu untuk memeluknya disaaat ia sedang sibuk memasak. Kala ketika Andrian akan pergi bekerja sekaligus mengantarkan Azka berangkat ke sekolah, keduanya selalu saja mencium pipi Nadin secara bergantian. Lalu, di saat siang tiba, Nadin akan mengunjungi Andrian untuk memberikannya bekal, sekaligus memberikan suapan-suapan ringan tubuhnya.

Di sore hari, Nadin akan menjemput Azka. Tak jarang juga bersama ibu mertuanya. Mereka bertiga di sibukan shopping dan membeli segala perlengkapan rumah. Namun batas waktu yang Andrian berikan untuk Nadin berada di luar, hanyalah sampai jam setengah tujuh malam. Karena setelah itu, Nadin harus kembali di rumah bersama dirinya, menghabiskan waktu-waktunya dengan Andrian dan juga Azka.

Setiap rabu dan kamis, Andrian dan Nadin akan menginap dirumah orangtua Andrian. Bersama dengan ibu Nadin yang sejak setengah tahun lalu sudah pulih dari sakitnya, hingga mereka sepakat untuk menjaga ibu Nadin agar tetap sehat berada dirumah.

Verrel dan Asyilli sudah dikaruniai satu anak laki-laki, jadilah keluarga Nasution semakin ramai dengan anak cucu dan juga menantu.

Jangan tanyakan dimana keberadaan bapak dan ibu tiri Nadin. Mereka sudah mendekam di penjara. Bukan hanya karena tuduhan kekerasan pada Nadin. Namun, juga tindak kecurangan sang bapak dari Nadin, yang ternyata sangat licik dengan banyak tingkah bodohnya. Sedangkan adik tirinya Nadin, Nadin lebih memilih untuk memasukan Sinta ke dalam asrama.

Dihari sabtu dan minggu, Andrian akan mengajak istrinya ke tempat-tempat yang membuat keduanya merasa senang.

Andrian akan memanjakkan istrinya, dengan segala sesuatu yang ia berikan. Bahkan sempat Nadin dibuat terkejut oleh Andrian. Saat suaminya itu, membelikan dirinya sebuah pulau di Maldevies. Kekayaan seorang Andrian memang tak ada habisnya. Lahir di keluarga kaya, dan menjadi seorang yang pekerja keras.

Baru-baru saja dirinya harus menggantikan posisi ayahnya sebagai seorang Presdir. Andrian menolak keras karena tidak menyukai pekerjaan itu. Apalagi pekerjaan yang bukan pada bidangnya.

Karena sejak beranjak remaja pun, Andrian dan sang ayah sudah sepakat tentang cita-citanya yang akan menjadi seorang dokter. Bukan seorang pebisnis seperti anggota keluarganya yang lain.

Namun, tak tega rasanya jika melihat sang ayah yang sudah rentan. Masih harus mengurus perusahaan. Hingga akhirnya membuat Andrian setuju untuk menggantikan posisi sang ayah.

Dirinya membagi waktu untuk dua pekerjaan bukanlah hal yang mudah. Karena ia harus memutuskan dalam satu bulan kedepan, apa pekerjaan yang harus ia pilih. Nadin sungguh prihatin dengan Andrian yang bekerja non-stop. Walau Andrian memang tak pernah mengeluh lelah soal pekerjaan padanya. Namun Nadin pasti tahu bahwa sang suami sedang dilema dengan pilihan yang akan ia ambil.

Andrian sangat giat dalam bekerja Seperti saat ini. Nadin membawakan secangkir kopi panas ke ruangan kerja Andrian yang terletak di lantai dua rumah mereka.

Hari ini adalah hari jum'at. Andrian menuruti keinginannya, untuk bekerja di rumah saja.

“Mas. ”

Nadin memasuki ruang kerja Andrian yang di dominasi warna grey. Matanya menyeringit saat tak mendapati Andrian di ruang kerjanya. Namun indra pendengarannya langsung saja mendengar suara muntahan seseorang yang berada tak jauh dari tempatnya.

Hoekk.

Nadin buru-buru meletakkan cangkir itu di atas meja. Ia berlari menuju kamar mandi yang berada di sudut ruangan. Tangannya langsung saja memijat leher belakang Andrian dengan cemas.

Hoekk.

Andrian terus saja mengelurkan sisa makanan dari mulutnya. Wajahnya sangat pucat, rambutnya lembap terlihat berkeringat.

“Masss. ” Nadin merengek khawatir. Ia terus saja memijat leher belakang Andrian secara teratur, terkadang juga berpindah menjadi di atas punggung Andrian, lalu menepuk-nepuk punggung Andrian.

Andrian mengangkat wajahnya setelah rasa mualnya sudah kembali stabil. Ia meluruh lemas, bersender pada dinding keramik kamar mandi. Nadin langsung saja nengusap peluh keringat pada wajah Andrian. Ia sungguh cemas sekarang. Memandang wajah Andrian yang sangat pucat.

“Yang, aku mual.. ”

Nadin berusaha tidak mengeluarkan ke cengengannya, yang akan semakin membuat keadaan menjadi tak karuan. Ia harus bertindak sekarang. Untuk memulihkan keadaan Andrian.

“Aku panggil dokter aja ya mas. ” Nadin langsung memapah tubuh Andrian untuk kembali dari kamar mandi. Ia menaruh Andrian dalam keadaan baring di atas sofa besar yang berada diruangan itu.

Kedua mata Andrian terpejam pusing, ia sangat lapar tadi. Namun setelah memakan masakan favoritnya justru dirinya menjadi mual.

...•••...

Verrel tersenyum penuh arti. Nadin mendadak terus mengusap perutnya yang rata. Andrian yang tadinya terpejam kini mulai bangun dari tidurnya. Diruangan itu sudah terdapat Verrel, Nadin dan juga Asyilli. Mata Andrian menyipit saat berusaha membuka matanya yang terasa berat.

“Woi. Bangun ga lo! ”

Tanpa basa-basi Verrel langsung mengguncangkan pundak Andrian yang sudah bangun dari tidurnya. Andrian terduduk menatap heran kepada Verrel yang baru saja ia lihat.

“Yang... ” panggil Andrian manja berusaha menggapai tangan Nadin yang berdiri beberapa sentimeter dari jaraknya, Nadin langsung menghampiri Andrian dengan duduk di sampingnya. Andrian memeluk pinggang Nadin dengan kedua tangannya dari samping.

“Dih manja banget. Jijik gua liat nya. ”

Verrel mendelik, dengan ekspresi wajah yang dibuat-buat. Asyilli mencubit pinggang Verrel, sambil menatap tajam pria itu.

“Lu ngapain disini? ” tanya Andrian congak membuang wajahnya enggan menatap Verrel yang ingin protes tidak terima dengan perkataannya barusan.

“Yang, kalo manggil dokter tuh jangan dia dong. Bukannya sembuh, yang ada aku makin sakit. ” ucap Andrian tak terima. Nadin refleks menampar lengan keras Andrian sekilas, yang disambut Andrian dengan ringisan ringan.

“Mamam tuh suckit! Gaada tau terimakasih nya sama sekali lo sama temen. ” Verrel bergidik ngeri. Asyilli sudah menahan tawanya mendapati kedua pria yang selalu saja bersama. Namun selalu bertengkar.

“Kamu ko belain dia sih? Dia nyuruh aku nikah lagi loh pas kamu lagi di New York ” ujar Andrian asal, menahan sudut bibirnya yang berkedut melihat ekspresi Verrel yang seakan-akan ingin membunuhnya.

“Woy tua bangka! Udah mau punya anak dua! Tuh mulut masih aja lemes. ”

Verrel berucap spontan, ia langsung melemparkan pulpen besi yang berada di saku almamater putihnya. Andrian terdiam sejenak, butuh beberapa menit untuknya mencerna ucapan Verrel.

Namun setelah otaknya berhasil menjawab. Dengan segera Andrian memeluk tubuh Nadin erat. Bibirnya masih berbentuk huruf O. Tangannya mengusap punggung Nadin naik turun.

Kedua bulir air mata jatuh pada sudut mata Nadin, ia sungguh bahagia dengan kenyataan yang baru saja datang. Bahwa di perutnya terdapat kehidupan kecil sekarang. Andrian langsung berdiri, lalu menghampiri Verrel.

Andrian menubruk tubuh Verrel dengan keras, ia memeluk pria yang sudah menjadi sahabat nya selama bertahun-tahun dengan begitu erat. Tangan Verrel menepuk-nepuk pundak Andrian dengan maskulin.

“Lu adalah dokter terbaik di dunia rel! Dokter terbaik di dunia! ” Andrian mengulang kata-katanya dengan perasaan bahagia yang membuncah.

“Tadi aja gua dikatain! Sekarang malah di puji-puji. ” cibir Verrel tak suka. Namun, ia masih menepuk-nepuk punggung Andrian. Asyilli tersenyum begitu lebar, ia sangat terharu sekaligus tertawa melihat tingkah keduanya.

Asyilli langsung saja mengambil posisi duduk disamping Nadin, mereka berpelukan seperti apa yang sedang kedua suami mereka lakukan. Namun, berbeda jika Andrian dan Verrel berpelukan begitu gentle. dirinya dan Nadin berpelukan begitu lembut.

“Selamat ya Nadin.. ” ucap Asyilli lembut, menguraikan pelukan mereka.

“Makasih kak. Makasih.” Nadin mengangguk begitu antusias. Mereka kembali berpelukan lagi.

Andrian dan Verrel melepaskan pelukannya. seperkian detik kemudian mereka kembali menjaga jarak lagi. Keduanya menjadi kikuk. Andrian memasang wajah tak suka, sedangkan Verrel memasang wajah angkuh. Mata keduanya langsung terlempar, menatap istri masing-masing yang sangat akrab. Senyum Andrian mengembang, ia menghampiri Nadin yang sudah berdiri. Bibirnya berlabuh pada kening Nadin, lalu mengecupnya dalam.

“Terimakasih sayang... ”

Nadin memeluk Andrian dengan begitu erat, wajahnya tenggelam pada dada bidang Andrian. Andrian menaruh dagunya di atas pucuk kepala Nadin, tangannya mengusap lembut punggung Nadin. Verrel dan Asyilli tersenyum, menyaksikan moment bahagia Nadin dan Andrian. Cinta keduanya memang begitu kuat.

...———...

Nadin Ramadhani Nasution.

1
Shyfa Andira Rahmi
👍👍
Shyfa Andira Rahmi
emang kamu orang baik gtu....menilai orang lain spt itu🤬
Shyfa Andira Rahmi
aku pun berharapnya begitu din....😭😭
Shyfa Andira Rahmi
👍👍👍
Shyfa Andira Rahmi
bahasa seorang ayah ke anak spt itu thorr🤔🤔
Sabaku No Gaara
Luar biasa
Yunerty Blessa
makasih kak thor buat novel indah nya walaupun singkat tapi mantap.. moga sukses selalu dalam penulisan nya dan sehat selalu 😘😘
Yunerty Blessa
akhirnya tamat juga..Nadin hidup bahagia bersama Andrian dan anaknya.. makasih kak thor buat novel indah nya 😘😘
Yunerty Blessa
kasian Nadin..Andrian mau bg kejutan tapi dia yang kena balik..
Yunerty Blessa
aduh kedapatan lagi oleh mama Andrian
Yunerty Blessa
Nadin jangan peduli lagi sama Andrian
Yunerty Blessa
sedihnya dengar kata² Nadin
Yunerty Blessa
moga Nadin tinggal di apartmen akan ada Seneng dan tidak bersama keluarga jahat nya
Yunerty Blessa
balas kan balik Andrian..kasian Nadin
Yunerty Blessa
balas kan balik Andrian..kasian Nadin
Yunerty Blessa
jangan bilang kalo Andrian sendiri sudah jatuh cinta pada Nadin
Yunerty Blessa
moga pernikahan kontrak Nadin berubah bahagia..
Yunerty Blessa
kasian Nadin cuma dinikahi kontrak
Yunerty Blessa
Nadin jangan terlalu tinggi angan mu,,takut Andrian hempaskan
Yunerty Blessa
sabar Nadin.. suatu saat dokter tu perasaan juga
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!