Juan memutuskan membeli rahim seorang wanita karena istrinya belum juga hamil. Tapi pada saat wanita itu hamil, ternyata Allah berkata lain dengan membuat istri Juan hamil juga.
Setelah mengetahui istrinya hamil, Juan pun lupa kepada benih yang saat ini sedang tumbuh di dalam perut Kamila. Dia mengacuhkan Kamila dan benih itu membuat Kamila marah dan berniat balas dendam kepada Juan dengan menukarkan anaknya dengan anak Raina pada saat dilahirkan nanti.
Akankah Juan dan Raina tahu, jika anak yang selama ini mereka besarkan bukan anak kandung mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34 PPYD
Alesha bangkit dari duduknya. "Ngapain kamu ke sini?" tanya Alesha tidak percaya.
"Siapa suruh pesan dan panggilanku kamu abaikan, jadi terpaksa aku harus menyusul kamu ke sini," sahut Edgar.
"Astaga, aku sedang kerja Ed. Jadi gak bisa balas pesan dan angkat telepon kamu," sahut Alesha.
Edgar melihat jam yang melingkar di tangannya. "Sebentar lagi waktu jam makan siang, lebih baik sekarang kita pergi untuk makan siang," ucap Edgar sembari menarik tangan Alesha.
Alesha menolak. "Ed, aku sedang bekerja dan aku sedang belajar dulu, please biarkan aku fokus dulu ya," bujuk Alesha.
"Tapi-----"
Belum juga Edgar melanjutkan ucapannya, Alesha mendorong tubuh Edgar pelan untuk keluar dari ruangannya. "Sudah ya, kamu juga pasti sedang sibuk 'kan? lebih baik sekarang kamu kembali ke kantor kamu nanti ketemunya pulang kerja aja," ucap Alesha.
"Kerjaan aku sudah selesai, bagaimana kalau sekarang aku yang ajarin kamu? apa yang kamu tidak mengerti, aku kasih tahu," ucap Edgar dengan cengirannya.
"No, no, no, kalau kamu yang ngajarin, bukanya aku fokus tapi kamu malah bikin aku pusing," tolak Alesha.
"Lah, pusing kenapa?" tanya Edgar tidak mengerti.
"Aku sudah tahu otak kamu Ed, diajarin kamu gak bakalan benar," ucap Alesha.
"Ok, aku akan pergi tapi kamu harus cium aku dulu," ucap Edgar sembari menunjuk keningnya.
"Idih, malu Ed, jangan macam-macam deh. Ini kantor mana ada CCTV lagi, bagaimana kalau Daddy lihat," kesal Alesha.
"Ya, gak apa-apa lagipula aku cuma minta cium kening aja bukan yang lain. Kalau pun Daddy kamu lihat, palingan kita disuruh nikah," sahut Edgar.
"Ed, ayolah aku lagi kerja ini," rengek Alesha.
Melihat rengekan Alesha justru membuat Edgar semakin ingin menggoda Alesha. Dia pun melipat kedua tangannya di dada. "Pokoknya aku gak bakalan pergi sebelum kamu memenuhi keinginan aku," keukeuh Edgar.
Alesha menghela napasnya, dia tahu jika Edgar itu keras kepala dan Edgar tidak akan pergi sebelum keinginannya terpenuhi. Alesha pun celingukan mencari kursi, Edgar mempunyai postur tubuh yang tinggi sedangkan Alesha kecil dan imut. Alesha pun menyimpan kursi itu di depan Edgar membuat Edgar menahan tawanya.
Alesha pun melepaskan heelsnya dan naik ke atas kursi itu. Dengan cepat Alesha mencium kening Edgar membuat Edgar tersenyum bahagia. "Sudah, sekarang kamu pergi ya," ucap Alesha.
"Ok, terima kasih," sahut Edgar.
Dia pun membalikan tubuhnya hendak pergi tapi baru dua langkah, dia kembali membalikan tubuhnya dan dengan cepat mencium pipi Alesha membuat Alesha kaget. Sedangkan Edgar kabur karena takut dimarahi oleh Alesha. "Astaga, ada-ada saja," gumam Alesha dengan tawanya.
Alesha pun kembali masuk ke dalam ruangannya. Kali ini dia akan lebih fokus lagi supaya dia cepat mengerti dan Daddynya cepat istirahat di rumah. Karena dia ingin Daddynya diam di rumah dan istirahat menemani Mommynya.
Waktu sudah menunjukan pukul 19.00 malam. Alesha masih berada di kantor, dia hari ini lembur dan sudah bilang kepada Edgar. Tentu saja awalnya Edgar melarang Alesha, tapi Alesha keukeuh dan ingin lembur dan akhirnya Edgar hanya bisa meng-iyakan permintaan kekasihnya itu.
"Kak Muti pulang saja, aku mau menyelesaikan ini kerjaan sedikit lagi," ucap Alesha.
"Tidak Nona, jika Nona belum pulang maka saya juga tidak akan pulang," sahut Muti.
"Jangan begitu, Kak Muti punya keluarga jangan gara-gara aku lembur, Kak Muti jadi ikutan lembur. Aku gak apa-apa kok, lagian nanti juga Edgar jemput aku," ucap Alesha.
"Tapi Nona----"
"Sudah, Kak Muti pulang saja," pinta Alesha.
"Tapi Nona tidak apa-apa di sini sendirian?" tanya Muti memastikan.
"Bagian produksi masih ada yang lembur, jadi Kak Muti jangan khawatir," sahut Alesha.
"Baiklah, kalau begitu saya pulang duluan," izin Muti.
"Iya, silakan."
"Nona jangan terlalu malam, besok saja pekerjaannya dilanjut," ucap Muti.
"Iya, ini sebentar lagi selesai kok," sahut Alesha dengan senyumannya.
Muti pun memutuskan untuk pulang duluan. Alesha kembali melanjutkan pekerjaannya, bahkan Edgar sudah terus saja menghubungi Alesha. Sebenarnya Edgar mau jemput tadi sore tapi Alesha melarangnya karena dia ingin lembur.
"Ed, kamu mau ke mana?" tanya Mama Dini.
"Mau jemput Alesha, Mam," sahut Edgar.
"Hah, Alesha belum pulang?" tanya Papa Handoko.
"Belum Pa, dia ingin lembur katanya soalnya pekerjaannya belum selesai," sahut Edgar.
"Sudah buruan sana jemput Alesha, dan bilang sama dia jangan terlalu capek. Mama gak mau sampai dia sakit," ucap Mama Dini.
"Iya, Ma. Nanti aku sampaikan sama Alesha. Kalau begitu Edgar pergi dulu," pamit Edgar.
"Iya, hati-hati," seru Mama Dini.
Edgar pun segera melajukan mobilnya menuju kantor Alesha. Dia sedikit kesal kepada Alesha karena bisa-bisanya bekerja sampai malam seperti ini. "Awas saja, aku bakalan hukum kamu," gerutu Edgar.
Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya Edgar pun sampai di kantor Alesha. Dia bergegas menuju ruangan Alesha, dan berniat ingin memarahi kekasihnya itu. Pada saat Edgar masuk ke dalam ruangan Alesha, dia melihat Alesha sudah tertidur dengan posisi duduk.
Edgar berdiri dan memperhatikan Alesha. Awalnya dia ingin sekali memarahi Alesha tapi melihat Alesha tertidur begitu justru membuat Edgar kasihan. "Astaga, ketiduran 'kan," gumam Edgar dengan senyumannya.
Edgar pun menghampiri Alesha dan dengan cepat mengangkat tubuh Alesha membuat Alesha kaget dan terbangun. "Edgar," lirih Alesha.
"Kata aku juga apa, jangan sampai lembur kaya gini nanti kamu sakit," ucap Edgar.
"Tadi tanggung Ed, mau beresin pekerjaan dulu," sahut Alesha.
"Ada hari besok sayang, jangan nyiksa tubuh kamu," ucap Alesha.
"Iya, maaf. Turunin Ed, aku berat," pinta Alesha.
"Enggak, siapa bilang berat? enteng begini," sahut Edgar.
Edgar pun mulai keluar dari ruangan Alesha. Dikarenakan Alesha pun ngantuk, dia melingkarkan kedua tangannya ke leher Edgar dan kembali memejamkan matanya. Edgar hanya bisa tersenyum, anehnya dia sama sekali tidak bisa marah kepada Alesha.
Tubuh mungil Alesha sama sekali tidak berarti untuk Edgar. Sesampainya di parkiran, dia pun merebahkan tubuh Alesha di kursi. Dengan cepat dia pun masuk dan langsung tancap gas mengantarkan Alesha pulang.
"Kamu benar-benar capek ya, sayang? sampai-sampai sudah tidak kuat membuka mata," gumam Edgar dengan senyumannya.
Selama perjalanan, Edgar selalu mencuri-curi pandang kepada Alesha. Cinta dia begitu besar kepada Alesha, dan dia berjanji akan secepatnya menikahi Alesha. Dia tidak mau sampai kehilangan Alesha, karena Alesha adalah wanita pertama yang bisa membuatnya jatuh cinta.
Saking ngantuknya, Alesha sampai tidak bisa membuka mata lagi. Edgar meraih tangan Alesha dan mencium punggung tangan Alesha berkali-kali. "Terima kasih sudah menemaniku selama 6 tahun ini," batin Edgar.