ASMARALOKA

Setelah aku berhasil melawan leukimia dan dinyatakan sembuh akupun segera keluar dari rumah sakit begitu juga aku akan memenuhi janjiku, aku pun berkunjung ke kediaman papa, aku tidak hanya bertemu dengan papa dan adik-adik tetapi aku juga bertemu dengan ibu sambung ku yang menerima ku sepenuh hati sebagaimana cinta kasihnya setara dengan anak kandungnya.

"Kak Mia, kak Mia menginap disini kan?" ucap Mika dengan antusias

"Sepertinya aku, eh maksudnya kakak tidak bawa baju salin jadi tidak menginap lain kali saja ya" jawabku dengan canggung

"Kak Mia bisa pakai baju kak Mario, ukurannya sepertinya sama" ceplos Mika membuat ku tercengang, namun tiba-tiba Mario menjitak kepala Mika membuat Mika merasa kesakitan

"Kau itu kak Mia baru saja datang tahu, kau akan membuat kak Mia merasa tidak nyaman"ucap Mario begitu terdengar galak namun Mika membalas Mario dengan menginjak kakinya dengan kencang membuat Mario pun berteriak kesakitan.

Papa dan ibu sambung mencoba melerai Mario dan juga Mika yang hendak berkelahi, akan tetapi ibu sambung menjitak kepala mereka berdua dengan adil.

"Kalian itu sudah tahu kakaknya baru sampai sudah berkelahi dasar pembuat onar" ucap ibu sambung memarahi Mario dan Mika

"Maafkan mereka ya nak, mereka memang selalu berkelahi, silahkan masuk nak" tutur ibu sambung

Papa pun terlihat menahan tawanya dan kemudian papa menggandengku membawaku masuk kedalam rumahnya, sungguh rumah yang ramai diisi oleh keluarga yang hangat meski Mario dan Mika tidak terlalu akur. Ibu sambung menyambutku dengan hangat juga memasak makanan yang begitu lezat untuk kita makan bersama, aku pun tersenyum melihat papa yang sudah bahagia.

"Silahkan dimakan" ucap ibu sambung memberiku sepiring nasi dan menyendokan beberapa lauk kedalam piringku

"Terimakasih tan!!!!" ucapanku terhenti seketika"bolehkan aku memanggilmu dengan sebutan mama?"

Terlihat ibu sambung menutup mulutnya matanya berkaca-kaca seperti terharu mendengar ucapanku"boleh sekali, terimakasih nak Mia, aku pikir aku akan di tolak olehmu" ucap ibu sambung yang tiba-tiba menangis membuat semua yang melihatnya terdiam membuat suasana menjadi begitu canggung untukku.

Aku beranjak dari kursi makanku dan kemudian memeluk ibu sambungku dengan lembut"terimakasih sudah menjaga dan merawat papaku, papa terlihat sangat bahagia dan juga sehat"

Papa pun menyeka air matanya yang hendak terjatuh merasa terharu dari apa yang telah di lihatnya. Hingga akhirnya kami pun mulai makan bersama di mana Mario dan Mika masih menjadi pusat perhatianku karena mereka benar-benar seperti anjing dan kucing yang tidak akur. Setelah makan Mario dan Mika membawa ku tour ke kamar mereka dan melihat koleksi apa yang mereka sukai dan sepertinya kecerdasan Mario lebih unggul dari pada Mika bukan berarti Mika anak yang bodoh akan tetapi Mika lebih unggul bermain biola juga senang membaca komik dan Mario lebih suka belajar dan sama halnya seperti Mika senang membaca komik.

"Mario terimakasih ya kamu sudah menyelamatkan kakak" ucapku pada Mario membuatnya tersipu malu

"Aku juga terimakasih pada saat itu kakak menolongku dan membelikanku burger juga mengantarkanku sampai stasiun" tutur Mario

"Ahhh kalau begitu kakak akan membelikan kalian ice cream lets go" ucapku dengan semangat seraya sambil mengelus rambut Mario

"Kak Mia tidak mengajak aku?" sahut Mika dengan ekspresi wajah sedih

"Ah baru saja kakak mau memanggilmu, lets go" ajakku pada Mika

Sepanjang perjalanan Mika bercerita mengenai aku kepada teman-temannya bahwa Mika mempunyai kakak seorang reporter.

"Sekarang kan aku bukan lagi seorang reporter" ucapku pada Mika

"Iya tapi aku mengatakan pada mereka kakak ku sangat cantik dari pada kakak laki-laki ku" ucap Mika membuatku tertawa

"Kakak Mario kan memang laki-laki mana bisa di bilang cantik" sahutku

"Iya tapi dia begitu menyebalkan"jawab Mika dengan ketus

"Kau yang menyebalkan" sambung Mario

"Kau!!!!!!!!" teriak Mika

"Mario, kamu adalah seorang kakak untuk Mika, maka dari itu bersikap lemah lembut lah kepadanya dan menjadi panutan untuknya juga" ucaku kepada Mario hingga Mika meledek Mario dengan menjulurkan lidahnya kepada Mario.

"Hah kamu juga Mika, kamu adalah seorang adik jadi hargai dan hormatilah orang yang lebih tua darimu termasuk kakak mu Mario, kalian semua suatu saat pasti akan membutuhkan satu sama lain" nasehatku kepada Mario dan juga Mika hingga mereka semua menundukkan kepalanya.

"Kalian tahu, awalnya kakak tidak senang dengan keberadaan kalian karena kalian telah merebut papaku kakak iri karena kalian hidup bersama papa dan bisa satu rumah begitu juga bisa menghabiskan waktu bersama, namun setelah Mario mendonorkan sumsum tulangnya hanya untuk menyelamatkan kakak, pikiran kakak mulai terbuka bahwa saudara kandung akan datang kepada kita disaat kita sulit" lanjutku

"Maafkan aku kak" ucap Mario pelan

"kenapa kamu minta maaf seharusnya kakak-lah yang meminta maaf pada kalian dan kakak berjanji akan berusaha menjadi panutan untuk menjaga kalian"

Tiba-tiba Mika memelukku dengan sangat erat namun ketika aku menoleh kearah wajah Mario terlihat dirinya begitu malu-malu hingga akhirnya akupun memeluk keduanya.

Beberapa minggu kemudian Jiro datang kerumah ku sambil membawakan kue keju kesukaanku, dia memohon kepadaku untuk menikahi ku.

"Mia, ayok kita menikah" rengek Jiro sedikit terlihat kekanak-kanakan

Aku menyuap kue ku kedalam mulutku dengan santai sambil mendengar rengekan Jiro sambil memohon tidak ku sangka Jiro yang ku kenal begitu tenang ia pun bisa merengek.

"Jiro, aku memang mau menikah denganmu tapi tidak sekarang" ucapku yang masih tenang sambil memakan kue

"Kalau begitu minggu depan" tutur Jiro namun aku menggelengkan kepala

"Bulan depan?" ucapnya lagi dan aku masih menggelengkan kepala

"Tidak mungkin tahun depan" ucap Jiro

"Jiro, ayo kita menikah setelah rambutku tumbuh kembali" jawabku

"Aku tidak peduli kamu botak atau tidak pokoknya aku ingin menikahimu" ucap Jiro namun terdengar begitu menyebalkan hingga aku merasa kesal mendengarnya

"Kau lebih baik pulang saja aku tidak mood melihat wajah tampan mu itu" aku pun menyeret Jiro keluar rumah membuat Jiro merasa kebingungan dan terus mengetuk pintu, aku pun menghela nafas panjang

"Mia apa yang salah dari ucapanku tolong maafkan aku" rengek Jiro dari luar pintu

Aku menghela nafas kembali karena Jiro yang terus mengetuk-ngetuk pintu hingga akhirnya aku membukakan kembali pintu untuknya.

Aku memukul bahu Jiro dan tanpa sadar air mataku keluar"dasar kamu tidak peka"

Aku menutup mataku dengan kedua tanganku"aku ini ingin menjadi pengantin yang cantik dengan rambut asliku"

Jiro segera memelukku"maafkan aku, aku begitu sembrono hingga aku tidak memikirkan perasaanmu, tapi asal kamu tahu aku hanya ingin hidup bersamamu"