NovelToon NovelToon
Istri Yang Ternistakan

Istri Yang Ternistakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Mafia / Selingkuh / Pernikahan Kilat / Penyesalan Suami
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: F A N A

Menjadi istri tapi sama sekali tak di anggap? Bahkan dijual untuk mempermudah karir suaminya? Awalnya Aiza berusaha patuh, namun ketidakadilan yang ia dapatkan dari suaminya—Bachtiar membuat Aiza memutuskan kabur dari pernikahannya. Tapi sepertinya hal itu tidak mudah, Bachtiar tak semudah itu melepaskannya. Bachtiar seperti sosok yang berbeda. Perawakan lembut, santun, manis, serta penuh kasih sayang yang dulu terpancar dari wajahnya, mendadak berubah penuh kebencian. Aiza tak mengerti, namun yang pasti sikap Bachtiar membuat Aiza menyerah.

Akankah Aiza bisa lepas dari pernikahannya. Atau malah sebaliknya? Ada rahasia apa sebenarnya sehingga membuat sikap Bachtiar mendadak berubah? Penasaran? Yuk ikuti kisah selengkapnya hanya di NovelToon!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F A N A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter -23

“Sudah benarkah jalan yang kupilih ini, ya Rabb?” bisik Aiza lirih di depan cermin.

Wajah polosnya nyaris tak ia kenali. Gaun mini melekat ketat di tubuhnya, mengekspos lekuk yang dulu ia jaga rapat dari mata pria mana pun. Rambut hitamnya tak lagi lurus alami — kini mengeriting, menjuntai liar setelah ditata secara paksa. Setiap inci kulitnya mengilap oleh olesan cairan mirip minyak. Aroma pekat menggoda menyeruak dari tubuhnya, membuat siapa pun yang mendekat merasa tergoda, bahkan tanpa perlu menyentuh.

Aiza gemetar. Ia tak sedang berdandan untuk pesta — ia sedang bersiap menjadi milik malam. Sebuah kenyataan yang tak pernah masuk ke dalam mimpinya yang paling buruk sekalipun.

Tapi Bachtiar benar. Di dunia ini, tak ada makan siang gratis. Kau akan membayar — atau dibayar.

“Wah... selera Tuan Bachtiar memang luar biasa,” suara berat memotong lamunan Aiza. General Manager klub itu masuk tanpa permisi, menatap Aiza dengan mata haus. “Tadi kau terlihat polos, kini sudah menjelma jadi penggoda. Sayang... kau sudah bukan perawan. Andai masih, hargamu bisa melambung tinggi.”

Aiza menunduk. Ingin sekali ia berteriak bahwa dirinya masih suci. Tapi bibirnya terkunci rapat. Ia tahu, berkata jujur pun tak akan menyelamatkannya — justru bisa membahayakan. Terutama dari pria serigala di hadapannya, yang sejak tadi menelannya dengan tatapan seperti ingin menyobek kulitnya satu-satu.

Lampu mulai menyala — redup, berkedip, membuat pusing. Langkah Aiza menjejak panggung yang sebenarnya lebih mirip meja bundar. Sorak-sorai sudah memecah ruangan, meminta aksi, memanggil hasrat.

‘Apa aku mundur saja?’

‘Aku… aku bahkan tak bisa menari. Apalagi di hadapan orang sebanyak ini…’

Aiza ingin menangis. Ini bukan panggung yang ia impikan. Tapi detik-detik hidup ayahnya bergantung pada keputusan malam ini. Operasi jantung Nasir dijadwalkan lusa — dan waktu, juga uang, makin menipis.

Tangannya bergetar saat seorang wanita mendekat. Seksi, berpenampilan sama. Ia menyodorkan sebuah pil dan sebotol air.

“Minum ini. Akan membantumu rileks.”

Aiza menoleh. Wanita itu berkedip padanya, lalu melangkah ke tengah panggung, menari seperti air mengikuti angin. Gemulai, sensual, memancing teriakan liar dari para tamu. Penonton yang tadinya marah karena Aiza diam, kini lupa akan kemarahan mereka — berganti sorakan.

Aiza menatap pil itu. Matanya menyipit, ragu. Tapi suara Bachtiar menggema dari belakang, memaksa.

“Lakukan sekarang — atau kau takkan mendapatkan apapun untuk menolong bapakmu!”

Tanpa berpikir lagi, Aiza menenggak pil itu. Dingin. Pahit. Tapi cepat mengalir ke tubuhnya, menghangatkan, lalu melayang.

Ia menyerahkan botol itu kembali ke Bachtiar, lalu mulai menari. Pelan. Kaku. Seperti boneka tali yang lupa gerakan.

Beberapa orang melemparkan tisu. Ada pula yang menyiramkan minuman ke arahnya. Cairan lengket mengotori kulit mengilapnya.

“Jangan berhenti. Ini biasa untuk pemula,” bisik wanita tadi sambil terus menari di sampingnya. “Ikuti gerakanku. Lama-lama tubuhmu akan tahu caranya sendiri.”

Aiza mengangguk. Ini demi ayahnya. Demi hidup. Bukankah hanya menari dan membuka diri saja? Wanita di sebelahnya juga melakukan hal serupa. Apa bedanya?

Namun yang tak ia sadari: ada begitu banyak mata yang kini memandang tubuhnya bukan sebagai manusia — melainkan sebagai barang dagangan. Sebuah umpan yang siap dilelang.

Dentuman musik semakin liar. Ruangan seperti berubah jadi dunia tanpa waktu, tanpa batas dosa. Dan Aiza, kini bergerak lebih bebas. Pil itu bekerja. Ia mulai menari di tiang, meliukkan tubuh tanpa arah. Antara sadar dan tidak.

Pusing. Tapi tubuhnya terus bergerak. Seolah ada yang mengendalikan dari balik bayangan. Hingga tarian itu usai pun, ia tak kunjung berhenti.

‘Ada apa denganku? Mengapa aku… menikmati ini?’

“Aiza! Turun sekarang!” seru wanita partner-nya sambil menarik lengannya. Ia menyeret Aiza turun, lalu membawanya ke arah Bachtiar yang sudah menunggu.

“Ia sudah mabuk, Tuan,” ujar wanita itu. “Apa selanjutnya?”

“Bawa ke kamar 201. Orangnya sudah menunggu.”

Tanpa suara, Aiza dibawa pergi.

—Bersambung.

1
Aisyatul Munawaroh
Bagus sih. Alurnya nggak terlalu pasaran
Aisyatul Munawaroh
Bab pertama udah bikin mood naik turun
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!