NovelToon NovelToon
PERGI DENGAN SEKEPING HARAPAN

PERGI DENGAN SEKEPING HARAPAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Single Mom / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ranimukerje

Istri kedua itu memang penilaiannya akan selalu buruk tapi tidak banyak orang tau kalau derita menjadi yang kedua itu tak kalah menyakitkannya dengan istri pertama yang selalu memasang wajah melas memohon simpati dari banyak orang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ranimukerje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35

"Bu ......."

Febri berseru bahagia saat sambungan video terhubung pada ponsel milik sang ibu diseberang sana.

"Nduk, ya allah pipi mu bengkak begitu."

"Hehe, aku banyak jajan."

"Awal nanti meledak dan ga bisa kurus lagi."

Hi Terdengar celetukan menjengkelkan dari sang kakak tapi tak terlihat wajahnya.

"Mas, nanti adiknya ngambek."

"Halah, febri kok ngambek. Nanti aku jajan terang bulan juga senyum lagi bu."

Febri tak menjawab tapi suara tawanya menggema.

"Beliin sekalian sama gerobaknya loh mas."

"Siap, asal kamu senyum dan selalu bahagia."

"Insyaallah mas....."

Hening

Rasa sedih tak terima tetap mengganjal tapi sudah pilihan febri jadi mau tak mau semua harus terima.

"Suami mu kemana nduk?"

"Lagi dibawah bu, zoom meeting dia."

"Masih ga mau ngantor?"

"Iya, kerjanya dari rumah terus sekarang. Keluar cuma pas penting penting aja."

"Kamu masih kerja nduk? Kemarin ibu lihat ada iklan baru mu."

"Hehehe, masih buk. Itu duitnya gede jadi aku ambil."

"Dasar mata duitan."

"Realistis mas, aku emang suka duit. Ga ada duit aku bisa stres."

"Bapak juga duitnya banyak nduk."

"Bapak, ya allah juragan jaya makin ganteng aja." Febri berseru riang.

Melakukan video call dengan keluarga dikampung selalu berhasil membuat moodnya membaik bahkan meningkat seribu kali lipat. Obrolan terus mengalir, gelak tawa mengiringi bahkan candaan juga ejekan terus bergulir. Semua sayang febri semua rela melakukan apa saja untuk kebahagiaan cahaya hidup mereka bahkan menahan rasa sekalipun.

.

.

.

Kebahagiaan itu menyelimuti wisnu dan kedua orangtuanya. Sesuai kelakar lim kusuma beberapa hari lalu, kalau opa yang ikut temani periksa maka adik bayi akan mau menunjukkan jenis kelaminnya dan ya terbukti. Tanpa drama ngumpet ngumpet saat alat USG itu menempel diperut buncit febri si jabang bayi langsung saja berpose santai dan dapat dilihat dengan mudah kalau janin dalam rahim febri itu berjenis kelamin perempuan.

Lim kusuma langsung bersoka gembira saat dokter kandungan yang rutin memeriksa febri mengatakan kalau bayi yang dikandung febri berjenis kelamin perempuan. Kebahagiaan didalam diri lim kusuma membuncah. Selama ini diam tak menyuarakan keinginan atas hadirnya cucu dari sang putra nyatanya membuat wisnu menangis haru. Diamnya sang ayah menyimpan badai dan itu membuat wisnu dibelenggu rasa yang bercampur aduk jadi satu.

"Alhamdulilah" Lihir suara dewi mengucap syukur.

Bagi si oma, apapun jenis kelamin cucu pertamanya ini sama saja yang penting ibu dan bayi sehat juga selamat sampai hari persalinan tiba. Tapi didalam kepala, dewi sudah menyusun semua rencana. Kamar bayi perlengkapan bernuansa pink bercampur biru muda boneka dan aneka pernak pernik akan ia siapkan setibanya mereka dirumah.

"Ayo buat acara syukuran. Seperti anak teman papa itu, yang tebak tebak jenis kelamin bayinya." Lim kusuma berseru lagi, kali ini lebih antusias.

"Liwetan apa pa, sama orang rumah sambil panggil pak ustad."

Usul febri tiba tiba karena kebetulan hangatnya nasi liwet ikan asin dan sambal juga lalap pete langsung terbayang dipelupuk mata membuat febri tanpa pikir panjang mengusulkan hal tersebut dan syukurnya langsung disetujui suaminya.

"Iya pa, liwetan aja. Pesan dicatering langganan mama. Sama orang rumah aja. Nanti pas aqiqahan baru kita undang undang."

Dewi mengangguk begitu juga lim kusuma. Dan saat mobil masih melaju menuju rumah, dewi langsung menelpon catering langganan untuk memesan beberapa paket liwetan komplit untuk makan siang.

Diperjalanan mereka terus mengobrol sambil membicarakan banyak hal yang berhubungan dengan rencana rencana kedepan untuk bayi yang masih ada didalam perut tanpa mereka duga dirumah utama wijaya sudah menunggu badai yang siap nara ciptakan.

Diruang keluarga, nara duduk ditemani secangkir teh sepiring kecil cake yang bibi siapkan. Televisi menyala dengan suara kecil tapi nara tak sedikitpun fokus pada layar besar didepannya. Wajahnya datar tapi matanya menyimpan badai besar yang siap menggulung siapa yang datang mendekat.

Saat datang tadi, langkah kaki nara langsung masuk kedalam menuju ruang keluar yang tampak sepi. Bibi yang berjalan dibelakangnya memberi tahu bahwa semua keluarga inti dirumah itu sedang menemani febri untuk cek kandungan rutin setiap bulan. Dan fakta itu membuat dada nara bergemuruh, seketika hawa panas mengaliri tubuhnya. Marah marah dan marah, hanya itu yang langsung nara rasakan.

Lama menunggu, akhirnya deru mobil memasuk halaman rumah luas itu. Satu persatu langkah kaki terdengar masuk dan dewi yang lebih dulu menyadari keberadaan nara disana. Wajah dewi sempat terpaku dengan sorot mata khawatir tapi secepat itu menetralkannya dengan memberi isyarat pada sang suami. Lim kusuma sigap, meminta wisnu langsung membawa febri naik ke kamar mereka.

"Pastikan febri istrirahat nu, setelahnya kamu kesini."

"Iya pa"

Wisnu fokus lebih dulu pada istri keduanya dan sedikit abai pada istri pertamanya. Nara yang jelas sekali menyaksikan itu semua hanya bisa mengeraskan wajah. Matanya merah menatap nyalang pada perut buncit febri yang membesar dan menerima setiap perhatian manis dari ria yang juga suaminya.

"Bahagia sekali, kamu menikmati peran mu menjadi istri dan menantu kesayangan feb."

Satu kalimat sarkas lolos dari bibir nara yang sukses membuat langkah kaki febri berhenti. Dengan anggun, febri berbalik walau wisnu sudah berbisik agar tak menghiraukan nara. Febri tetaplah febri, akan selalu angkuh kalau sudah disenggol.

"Mba lihat? Ya sudah aku ga perlu jawan lagi."

Anggun sekali, febri membalas telak tanpa tenaga berlebih. Berbalik lagi dan melanjutkan langkah untuk menaiki tangga. Tapi rupanya nara tak mau berhenti, mulutnya yang biasa sarkas mulai membuka suara lagi.

"Jangan lupa tempat mu feb, kamu hanya alat dan harus tau diri kalau waktu mu tak akan lama lagi."

"Tempat ku disini dan mba tau itu. Aku ga perlu sibuk mengingat apapun karena tempat ku memang disini."

Febri terus melangkah. Wajahnya tenang tapi didalam dada sudah bergemuruh hebat namun febri memang pandai menyimpan rasa jadilah yang terbakar tetap saja nara.

"Cukup nara, ayo duduk." Suara lim kusuma terdengar tegas namun tetap tenang.

Mau tak mau nara kembali duduk ditempatnya dengan wajah jelas menyimpan amarah.

"Sudah dari tadi ra? Maaf kamu datang kami semua ga ada dirumah."

Sebelum menjawab nara melirik sinis kearah ibu mertuanya yang baru saja buka suara.

"Ga masalah, kalian kan sedang menikmati masa masa ini. Ini yang ditunggu tentu kalian akan sangat antusias."

Lim kusuma menghela napas besar dan dewi hanya mampu memejam mata. Memang selalu seperti ini, hubungan antara mertua dan menantu tak pernah bisa akur.

"Ada apa kesini ra? Kamu sudah merenungi semuanya? Sudah ada perbaikan yang kamu lakukan untuk dirimu sendiri?"

Sekarang, nara dan wisnu sudah ada diruang kerja wisnu yang sengaja sekali wisnu membawa istri pertamanya itu untuk berbicara berdua saja tanpa melibatkan orang lain.

"Maksud mas apa?"

Alis wisnu mengernyit. Dalam hati ia mengumpat, istrinya ini benar benar.

#Happyreading

1
sutiasih kasih
cerai dri nara itu anugrah buat km wisnu....
nara dan org tuanya tak benar" menganggpmu sbg bagian dri keluarga.... mereka hnya mnjadiknmu mesin uang.....
Supriaten Sukarman
masih nyimak
sutiasih kasih
benar benar bebal... otak dangkal kn istrimu nara...
sutiasih kasih
aduh mo smpe kpan km g tegas kr istri dan org tua istrimu wisnu....
miara ular ber bisa kok betah amat wisnu....
jgn nnti bilang nyesel klo febri prgi dri hidupmu krna kmunya menye" g jelas... & msih sja mmberi nara ksempatan brbuat ulah untuk yg ksekian kalinya...
sutiasih kasih
km sndiri yg mnghadirkn madu buatmu nara... jdi jgn merasa trzdolimi...
km permpuan egois... punya kekirangan tpi ttp sja g berubah tetap aja miara pola hidup buruk....
jgn salahkn suamimu bila kelak mmbuangmu nara.... suamimu jga makin lama bkalan muak dgn sikapmu yg semakin g karuan... ap lgi madumu perempuan idaman suami dan mertua...
Anonymous
Syukkaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!