"Aku hamil, Fir, tapi Daniel tidak menginginkannya,"
Saat sahabatnya itu mengungkapkan alasannya yang menghindarinya bahkan telah mengisolasikan dirinya selama dua bulan belakangan ini, membuatnya terpukul. Namun respon Firhan bahkan mengejutkan Nesya. Firhan, Mahasiswa S2, tampan, mapan dan berdarah konglomerat, bersedia menikahi Nesya, seorang mahasiswi miskin dan yatim-piatu yang harus berhenti kuliah karena kehamilannya. Nesya hamil di luar nikah setelah sekelompok preman yang memperkosanya secara bergiliran di hadapan pacarnya, Daniel, saat mereka pulang dari kuliah malam.
Di tengah keputus-asaan Nesya karena masalah yang dihadapinya itu, Firhan tetap menikahinya meski gadis itu terpaksa menikah dan tidak mencintai sahabatnya itu, namun keputusan gegabah Firhan malah membawa masalah yang lebih besar. Dari mulai masalah dengan ayahnya, dengan Dian, sahabat Nesya, bahkan dengan Daniel, mantan kekasih Nesya yang menolak keras untuk mempertahankan janin gadis itu.
Apa yang terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moira Ninochka Margo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TIGAPULUH LIMA Liburan Berselimut Honeymoon
1 tahun kemudian
SUDAH setahun selepas kejadian keguguran itu dan Firhan kembali bersama keluarga Zayn Estate. Semuanya baik-baik saja setelah drama Dian dan Karina yang terjadi sebelumnya. Kabar yang terakhir, Dian berhasil di jebloskan ke penjara, sedangkan Karina, entah mengapa dia memutuska sendiri kerjasama mereka, walaupun baru saja melakukan kontrak dan harus membayar beberapa denda. Kabar itu membuat Firhan dan sekretaris Sam tertawa.
Nesya sibuk menjadi penulis blogger di balik nama pena agar tidak mempengaruhi hobinya itu, dan Firhan semakin sibuk dengan urusannya di perusahaannya sendiri termasuk meng-handle perusahaan ayahnya sebagai komisaris. Dia bahkan dalam sebulan telah beberapa kali bolak-balik ke luar negeri untuk urusan kerjaan ayahnya, meski istrinya itu harus ikut.
Tiga hari yang lalu, untuk kali pertama, gadis itu menolak ajakan suaminya untuk ikut ke luar negeri dengan alasan ingin di rumah saja. Dan hari ini, suaminya pulang.
Begitu mendengar dari kepala pelayan kalau sebentar lagi Firhan akan tiba di rumah, Nesya begitu riang ingin menyambut. Dia telah berdiri dengan manis di depan teras rumah begitu mendengar mobil memasuki halaman rumah dan sangat antusias menunggu kedatangan suaminya.
Begitu Firhan turun dari mobil setelah Sekretaris Sam membuka pintu kok penumpang, Nesya heran kenapa para pelayan sudah siap berdiri di belakangnya membentuk formasi, seperti lingkaran yang akan mengepungnya, bahkan salah satu pelayan telah menggenggam bucket bunga mawar yang begitu besar. Sam yang masih berdiri tak jauh dari pintu mobil dan berada di samping Firhan yang tersenyum manis, di tangannya kini menggenggam sebuah kotak velvet kecil.
Sam tersenyum. Firhan lalu mengambil kotak itu yang telah di ulurkan Sekretarisnya, lalu melangkah perlahan menghampiri wanita itu yang berdiri tepat di tengah-tengah lingkaran formasi para pelayan. Kedua mata mereka saling berpandangan dengan begitu dalam sepanjangan Firhan melangkah ke arahnya.
Lelaki itu berhenti tepat di hadapan Nesya, gadis yang matanya mulai berkaca-kaca karena sangat bahagia meski tak tahu rencana apa yang akan dilakukan suaminya, namun tatapan yang begitu dalam itu membuat Nesya akhirnya tersenyum dengan pipi merona.
"Sayang.... " Lirih gadis itu tersentuh.
"Hey, aku belum melakukan apapun kenapa sudah menangis karena terharu?" protes Firhan masih memandang gadisnya dalam gurauan hingga membuat Nesya terkekeh pelan sambil mengusap airmatanya. Senyumnya menguap dengan pipi merona.
"Rencana keterlaluanmu masalahnya terkadang membuat hatiku tersentuh hingga membuatku menangis bahagia." tukasnya yang membuat Firhan tersenyum lebar dan menular ke para pelayan dan Sekretaris Sam.
"Belum saatnya, Nyonya muda! Ini baru permulaan!" selaaan Sam yang sejenak membuat Nesya memandang ke arah Sekretaris suaminya itu, seketika beralih melirik Firhan ketika kalimat itu usai.
"Permulaan?" selidiknya memandang Firhan dengan tatapan menuntut.
Suaminya malah tersenyum. “Aku tahu kamu tidak pernah minta apa-apa dariku. Kamu istri yang paling tidak pernah ribet dan menuntut yang seharusnya kamu mampu melakukannya. Tapi justru itu alasan kenapa aku ingin kamu punya semuanya,"
Alis Nesya mengernyit dan tidah mengerti yang dimaksud. Firhan lalu mengulurkan kotak kecil yang sedari tadi di genggamnya.
"Bukalah!" pinta Firhan memandang istrinya setelah Nesya meraih kotak itu.
Begitu gadis itu membuka kotak velvet, tampak sepasang kunci mobil limited edition warna emerald. Gadis itu mengangkat kepala dengan cepat memandang Firhan.
"Fir ini—"
“Bukan hadiah, tapi simbol. Kamu bisa pergi kapan pun kamu mau, Nesya. Tapi aku berharap kamu selalu balik ke sini. Ke rumah ini. Ke aku,"
"Sayang, tapi ini berlebihan!"
Suaminya tersenyum manis setelah menggeleng. "Sepertinya kamu lupa siapa dirimu." Firhan berhenti sejenak, menatap gadis itu. "Aku tidak pernah lupa, Sayang, Nesya-ku ini adalah perempuan tangguh, produktif, pekerja keras dan mandiri. Sejak kita menikah, semua itu sengaja kamu turunkan. Kamu ikuti semua apa yang aku minta, dan bahkan benar-benar kamu hanya tinggal di rumah tanpa melakukan apapun. Hanya menemaniku jika aku di rumah, melayaniku layaknya seorang istri yang baik, segala aktivitas kesibukanmu hilang seketika. Dan aku sangat mengerti bagaimana rasanya yang terbiasa produktif lalu tiba-tiba hanya berdiam diri. Kau bahkan tidak keluar rumah dan tidak protes atau mengeluh kepadaku saat aku meminta jangan kemana-mana. Padahal kamu bisa melakukan itu."
Nesya terdiam. Matanya berkaca-kaca. "Tapi berkatmu aku bisa membaca buku sepuasnya di ruang perpustakaanmu. Bahkan seri yang sangat sulit kubeli, akhirnya bisa kubaca." alasan polos Nesya membuat Firhan tergelak kemudian tersenyum dalam tatapan penuh sayang.
"Kamu memang berbeda dari wanita manapun, Sayang! Aku makin yakin dan antusias dengan kejutan-kejutan itu!"
"Jadi bukan hanya satu?" pekik Nesya terkejut.
Firhan tertawa, lalu menggeleng. "Bahkan aku maunya sepuluh, sih!"
"Sudah kubilang jangan berlebihan, Sayang!"
Lagi, tawa Firhan menggema. Khas Nesya. Dia masih memikirkan uang-uang suaminya ketika mengeluarkan kejutan untuknya. Itulah ia sangat tidak suka kejutan., walaupun pada akhirnya ia harus menerima.
Firhan menghela napas lalu tersenyum. "Baiklah. Ini yang kedua." Sahutnya lalu melirik salah satu pelayan di balik punggung Nesya.
Pelayan itu lalu menunduk sopan, kemudian melangkah ke arah mereka sambil membawa bucket bunga yang sedari tadi di genggamnya dengan kedua tangan. Saat Firhan meraih Bucket bunga yang ada di pelayan itu, Nesya berbalik dan terkejut. Ya, dia baru menyadari.
"Astaga!" pekiknya tak percaya sambil tangannya menutup mulutnya yang separo terbuka.
"Khusus nyonya muda di rumah ini!" lirih Firhan yang membuat wanita itu terpesona. Nesya lalu meraih bunganya dan spontan mencium aromanya yang sangat wangi.
"Ya ampun, bunganya banyak sekali. Ini pasti mahal kan, Sayang? Ya ampun, Fir, walaupun ini termasuk berlebihan tapi ini manis sekali. Aku sangat berterima kasih padamu untuk bunga ini dan hadiah mobil yang kamu berikan tadi!" racaunya yang begitu senang dan tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya yang membuat Firhan semakin tersenyum lebar.
"Jangan berterima kasih dulu, belum selesai!" sela Firhan.
"masih ada?"
Firhan masih menatap Nesya begitu dalam sambil tersenyum seraya meraih tangan gadis itu dan menggenggamnya setelah mengambil bucket itu dan memberikannya ke salah satu pelayan. “Besok, kita ke negara impianmu. Di Paris. Jet pribadi udah siap. Anggap aja short escape setelah kamu bikin seluruh sosialita Jakarta geleng-geleng kepala!"
"Astaga, Fir! Jangan bercanda!" mata Nesya mulai berkaca-kaca.
"Kamu lupa suamimu siapa? Aku bahkan bisa membawamu keliling Eropa!"
Nesya berhambur memeluk suaminya, ia begitu bahagia memiliki suami yang selalu memikirkan kebahagiaannya.
...* * * *...
aku mau tau kelanjutannya!:?
mampir juga yuk ke karya ku:)