NovelToon NovelToon
Dendam Untuk Aurora

Dendam Untuk Aurora

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Romansa
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Aurora Mecca

Aurora menjalani hukuman selama 5 tahun di balik jeruji besi. Bahkan setelah keluar dari penjara, Devandra Casarius tetap menyiksa Aurora , tanpa ampun. Apakah Devandra Casarius akan berhenti belas dendam ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora Mecca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

LAKI LAKI

Mendengar hal tersebut petugas sipir berlarian dan ada beberapa yang menelpon Dokter.

"Cepat angkat dia dengan pelan pelan " perintah Tutik sipir senior di lapas tersebut.

Para tahanan yang mendengar kegaduhan tersebut, terlihat mencari asal sumber suara dan mereka akhirnya tau bahwa salah satu napi yang hamil besar sebentar lagi akan melahirkan.

Ratmi nampak menggenggam tangan Aurora yang menahan sakit.

"Sabar ya Ra,,,, kamu harus kuat kamu pasti bisa" harap Ratmi sambil terus mengusap kening Aurora penuh peluh saat berada di dalam mobil menuju rumah sakit.

Dengan mendapatkan izin dari lapas, Ratmi berhasil menemani Aurora untuk mendampinginya di rumah sakit meskipun awalnya tidak diperbolehkan, namun dengan berbagai pertimbangan akhirnya diperbolehkan.

"Will,,,, Will, Will sakit Will," Rintih Aurora sambil tangannya terus mencengkeram baju Ratmi yang nampak makin kusut.

Ratmi merasa cengkeraman Aurora begitu kuat, dia melihat ke arah depan jalan kemudian bertanya dengan salah satu sipir yang ada di dalam mobil juga tersebut.

"Apakah perjalanan ke Rumah sakit masih lama bu," Tanya Ratmi dengan keadaan gelisah dan menggigit bibir bawahnya.

Sipir yang dari terlihat mengotak ngatik ponsel, nampak menoleh ke arah Ratmi.

"Masih 10 menitan" Cetus sipir tersebut dingin dan cuek seakan tidak punya rasa simpati.

Karena pada dasarnya para sipir selalu menganggap para napi adalah sampah yang berbau dan kotor seakan akan tidak layak untuk di sentuh atau di daur ulang.

Ratmi tampak menelan ludah mendengar jawaban sipir tersebut lalu mengacuhkannya.

"Will Will,,,, Nek,,, Nenek ,, Aku kesakitan maafin Aurora nek,,, Aurora salah," Rintih Aurora yang terlihat lemas dan tidak bertenaga.

"Ra,,, ini sudah mau sampai, tunggu sebentar ya, kamu bisa dan kamu kuat," Bisik Ratmi sambil terus memberi semangat Aurora.

Saat tiba di Rumah Sakit, para perawat nampak berdiri di depan menunggu mereka tiba.

Aurora terlihat kesakitan, dia menarik napas pelan kemudian menghembuskannya mencoba bersikap tenang sesuai dengan anjuran dokter waktu periksa kemarin.

Sementara di tempat William, dia berada di ruang rapat, mendengarkan John yang sedang menjelaskan tentang pembukaan cabang baru yang berada di Kalimantan.

Sementara Devandra mulai menyimak para karyawan dan mengevaluasinya.

Tiba tiba ponsel yang berada di saku William nampak bergetar pelan.

William mencoba mengambil ponsel tersebut di bawah meja lalu membuka notifikasi pesan tersebut.

'Aurora mau melahirkan, sekarang dia ada di rumah sakit,' Batin William sambil mencengkeram ponsel tersebut.

William nampak mengeluarkan peluh yang berlebih sampai teman disebelahnya pun mulai sadar

"Kamu sakit ?, kenapa kamu begitu berkeringat padahal ini di ruangan AC" bisik Rio sambil menutupi bibirnya dengan tangan agar sekelilingnya tidak menaruh curiga kalau dia lagi mengobrol.

"iya,,, sepertinya kepalaku pusing," Jawab William dengan pelan sambil terus mengusap dahinya dengan sapu tangan miliknya mencoba untuk berbohong dna menyembunyikan kegelisahan dan kekhawatirannya.

"Lagian lama banget sih rapatnya ni,,,, pak Devandra tu kolot banget masalah kaya gini aja harus sedetail ini," Keluh Rio sambil ber pura pura terus memperhatikan John.

Devandra terdengar berdehem pelan, karena takut yang lainya dengar.

Dia juga melihat sekelilingnya nampak antusias dengan pertemuan kali ini.

William memikirkan kondisi Aurora yang saat ini melahirkan, dia sendiri masih perlu bertanggung jawab atas kelahiran anaknya nanti, walaupun dia tau perasaannya saat ini sangat jauh berbeda dengan yang dulu.

Kini terasa hambar dan dia tidak seantusias dulu, atau memang benar selama ini dia tidak mencintai Aurora atau mungkin dia hanya merasa kasihan dan tidak enak melihat ketulusan Aurora saat ini.

Bagaimana tidak, dulu Aurora sangat banyak membantunya dalam mencari biaya kuliahnya.

Bahkan Aurora hidup dengan berhemat agar bisa membantu keuangan keluarga William saat mereka mendapatkan musibah karena adik William yang terjerat kasus narkoba.

Tanpa sadar William mengacak acak rambutnya sambil mendengus pelan.

Rio mengalihkan pandangannya dari ke John ke arah William sambil menyikut pinggang William.

"Woy Will, dengusanmu terlalu keras apalagi ekspresimu terlihat frustasi," Gerutu Rio sambil pura pura menutup mulut.

"Ohhh maaf aku reflek, ada sedikit masalah," Tutur William sambil menoleh ke kanan dan ke kiri melihat sekelilingnya.

Sementara John yang serius memberikan arahan tiba tiba terhenti karena merasa ada getaran ponsel di sakunya.

John nampak menoleh kearah Devandra seakan meminta izin untuk mengambil ponsel tersebut, dan Devandra yang melihat John menatapnya nampak faham apa yang telah terjadi dan Devandra pun mengangguk.

John nampak lega, lalu meminta waktu untuk keluar dari ruangan tersebut.

"Jadi dia sekarang ada di Rumah Sakit ?, bagaimana keadaannya sekarang apakah dia baik baik saja?" Tanya John dengan penasaran.

John tampak mendengarkan dengan seksama lalu John mulai mengangguk.

"Kabari secepatnya jika ada sesuatu, tolong pantau terus keadaannya," Pinta John dengan pelan dan dia beranjak dari tempatnya lalu segera bersiap akan kembali keruang rapat karena tidak ingin peserta rapat menunggunya terlalu lama.

Setelah masuk keruang rapat, nampak yang pertama kali John lihat adalah Devandra yang lagi membaca dokumen dan tidak sadar bahwa John telah kembali.

Dia bingung, apakah hal ini harus dia ceritakan atau tidak. Sementara dia tau ucapan Devandra terakhir kali adalah dia akan membalaskan dendam saat Aurora keluar dari penjara dan Devandra juga tidak ingin mendengar kabar apa pun tentang Aurora.

Sementara di kamar bersalin nampak Aurora menahan kesakitan, dia meremas sprei tempatnya berbaring.

"Sakit bu,,, sakit," rintih Aurora sambil melihat Ratmi.

Ratmi merasa tidak tega namun mencoba menguatkan Aurora, dalam hati kecilnya merasa melihat dirinya sendiri di waktu itu.

Ratmi meneteskan air mata, lalu dia memalingkan wajah dan mengusapnya.

Awalnya Aurora nampak tidak bersemangat lalu tiba tiba dia tersadar bahwa dia harus berjuang demi bayinya.

Saat terjadinya kontraksi yang kesekian kalinya, dia mencoba tenang dengan menarik nafas pelan dan menghembuskannya.

"aaaaarg aaaarg hemmmm aaaaaarg ," jerit Aurora lalu menghembuskan nafas.

"Ayo terus buk,,,, jangan pantang menyerah kepala dedeknya sudah terlihat ini ," Pinta Dokter sambil terus menyemangatinya.

Sementara Ratmi yang ada disamping Aurora nampak khawatir dan gelisah namun yang bisa dilakukan saat ini hanyalah menyemangati dan menemaninya saja.

Aurora memejamkan mata sambil mencengkeram pinggiran tempat tidurnya dan mulai mengejan

"huuuuuuh huuuuuh aaaaaarg aaaarg aaaaarg," Teriak Aurora dengan penuh kesadaran bahwa dia yakin pasti bisa.

"Alhamdulillah bayinya cowok bu," Sambut Dokter dengan bahagia bersamaan dengan tangisan bayi yang sangat kencang dan lantang.

Aurora tersenyum dan matanya berbinar saat melihat wajah bayinya sekilas

"Ganteng sekali kamu nak,,, mirip bapakmu," Ungkap Aurora dengan tersenyum sambil mengusap air mata bahagianya.

"Apakah kamu berani membunuh bayi itu," ucap suara di seberang telepon tersebut.

1
Yuki Nagato
Makin ketagihan.
Hebe
Ceritanya keren banget, semangat terus thorr!
Bea Rdz
Gak bisa tidur sampai selesai baca ini cerita, tapi gak rugi sama sekali.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!